Liputan6.com, Meureudeu - Warga Aceh masih trauma dengan gempa bumi berkekuatan 6,5 Skala Richter (SR) di Kabupaten Pidie Jaya yang mengguncang pada Rabu pagi, 7 Desember. Akibat gempa Aceh ini, ratusan bangunan roboh dan menyebabkan 102 orang meninggal dunia.
Dari pantauan yang dilansir dari Antara pada Kamis 8 Desember malam, setiap ada gempa susulan yang berukuran kecil, warga yang sedang nongkrong di warung kopi akan langsung sigap berlarian ke luar.
Baca Juga
Setelah mereda goyangannya, warga kembali duduk di warung kopi dan terus berulang-ulang ke luar masuk kedai kopi tersebut.
Advertisement
"Saya khawatir saja bangunan warung kopi roboh. Lihat, Bang, itu ada retakan," kata salah seorang pengunjung warung kopi yang berada di muka kantor Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Pidie Jaya, Amir.
Demikian pula, warga kebanyakan memilih bertahan di halaman rumah dengan berbekalkan alas tikar atau plastik bersama keluarga.
"Lihat saja, di sepanjang jalan raya warga tidur. Mereka masih takut," kata Nadar (38), warga Gampong Masjid Tuha.
Di salah satu penginapan, tamunya lebih banyak duduk-duduk di teras ketimbang di ruang tidur, hal itu tidak terlepas dari rasa takut akan ambruknya bangunan tersebut.
Gempa Aceh terjadi pada Rabu pagi 7 Desember 2016 pukul 05.03 WIB dengan kekuatan sebesar 6,5 SR.
Gempa Aceh terjadi pada titik 5,25 derajat LU dan 96,24 derajat BT. Pusat gempa terjadi di darat pada jarak 106 km arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 15 km.