Liputan6.com, Pidie Jaya - Gempa berkekuatan 6,5 skala richter yang menguncang Pidie Jaya, Aceh menelan korban 101 orang meninggal, 666 luka-luka, dan 21.301 jiwa mengungsi. Korban gempa Aceh itu di antaranya anak-anak.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, gempa Aceh tentunya juga berdampak bagi piskologis anak-anak. Untuk itulah, beberapa pondok anak ceria di beberapa tempat didirikan.
Baca Juga
Tujuannya membuat anak-anak melupakan pengalaman buruk dan traumatik nya, supaya mereka kembali mengembangkan perasaan-perasaan positif, gembira, percaya diri, semangat belajar dan bisa memaafkan apa yang sudah terjadi dan tetap semangat menghadapi masa depannya.
Advertisement
"Mengajak mereka bermain kembali. Kami sudah catat beberapa anak-anak yang terluka cukup dalam, mereka akan kami berikan terapi psikologis khusus," ujar Seto Mulyadi, atau yang lebih dikenal Kak Seto di Pidie Jaya, Aceh, Jumat 9 Desember 2016.
Kak Seto menambahkan, semua anak harus mendapatkan perhatian khusus. Pendekatan-pendekatan secara bertahap dan penuh dengan kasih sayang merupakan hal yang paling penting bagi anak.
"Nomor satu adalah pemulihan kondisi psikologis dari anak-anak yang mengalami trauma. Karena ini yang lebih jauh terbawa hingga masa depan, kalau tak ditangani dengan serius," ujar Kak Seto saat menghibur anak-anak di pengungsian sekitar Masjid At Taqarrub, Kabupaten Pidie Jaya.
Belajar dari anak-anak di Jepang yang terdampak tsunami, menurut Kak Seto, anak-anak di Negeri Sakura itu sudah mulai melatih kewaspadaan, hingga mereka selalu siap setelah gempa untuk mengungsi.
"Anak-anak yang kehilangan orangtua. Mereka memang terluka, tapi melalui treatment psikologis yang tepat, semua itu bisa diatasi. Sekali lagi semuanya dikembalikan pada Allah SWT, semua itu adalah cobaan dan takdir. Pendekatan pada ajaran agama itu jauh lebih mudah menangani semua masalah kejiwaan yang muncul," tambah tokoh yang terkenal dengan Si Komo ini.
Dia mengatakan, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia memonitor anak-anak yang dulu juga trauma saat tsunami, beberapa di antara mereka sudah lebih tahan banting.
Kak Seto berharap, semua pihak turun tangan untuk memulihkan trauma di kalangan anak-anak korban gempa Aceh, agar masa depan anak tersebut dapat terus terjaga.
"Ibarat luka, jika cepat disembuhkan, itu tak akan membekas. Tapi, kalau dibiarkan teru menganga, lama-lama menjadi membusuk dan akhirnya meninggalkan cacat. Begitu juga dengn kondisi psikologis anak-anak," ucap Kak Seto.
Dia juga berharap agar anak-anak di Aceh atau yang tinggal di wilayah rawan gempa secara terus menerus mendapatkan pelatihan mengenai kebencanaan, khususnya gempa dan tsunami.
Sementara itu, kedatangan Presiden Jokowi ke lokasi pengungsian pada Jumat 9 Desember 2016 siang itu memekarkan seyuman di wajah generasi masa depan negeri ini. Saat kedatangan orang nomor satu di republik ini ke tenda pengungsian, wajah anak-anak kegirangan, berlari – lari kecil sambil berteriak, "Jokowi, Jokowi, Jokowi,"
Wajah mereka bertambah semringah saat Presiden membagi-bagikan buku.