Sukses

Cerita Seputar Pesawat Hercules Jatuh di Wamena

Pesawat ini juga untuk pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, ambulans udara, dan pengangkut logistik.

Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Hercules TNI AU C-130 HS dengan kode penerbangan A-1334, jatuh Minggu pagi kemarin di Wamena, Papua dalam misi penerbangan latihan Timika-Wamena. Pesawat bertubuh tambun itu, menghantam darat dengan sangat cepat. Ini kali kedua, Hercules asal Australia menewaskan prajurit udara republik Indonesia dalam insiden kecelakaan.

Sebelumnya, pesawat yang sama juga jatuh tahun lalu. Hercules C-130 yang dioperasikan TNI Angkatan Udara (AU) dengan nomor registrasi A1310 jatuh di Jalan Jamin Ginting, Kawasan Simpang Sima Lingkar, Medan pada 30 Juni 2015.

Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Wakasau)  Marsekal Madya (Marsdya) TNI Hadiyan Sumintaatmadja menyebut, dua Hercules itu berasal dari negara yang sama, yakni Australia. Namun, bedanya pesawat yang jatuh di Medan dihibahkan, sedangkan pesawat yang jatuh di Papua dibeli.

"Yang ini kami beli, mulai beroperasi sejak Februari (2016)," ujar Hadiyan dalam keterangan persnya di Lanud Halim Perdana Kusumah, Jakarta Timur, Minggu 18 Desember 2016.

Dua pesawat itu, bahkan memiliki tahun pembuatan sama yakni 1980. "Masih ada 69 jam terbang lagi sebelum perawatan untuk 1.000 jam terbang," kata Hadiyan merujuk pada pesawat Hercules yang jatuh di Wamena, Papua.

Dugaan awal disebutkan, pesawat kemungkinan jatuh karena cuaca buruk dan tak mampu mencapai ujung landasan pacu 33 Wamena.

2 dari 3 halaman

Pesawat Multi Fungsi

Sejatinya pesawat dengan daya angkut mencapai 20 ribu kilogram itu, bisa memuat 2-3 kendaraan tempur Humvees atau sebuah kendaraan angkut personel lapis baja M113. Pesawat Hercules ini juga tidak perlu runway (landas pacu).

Pesawat ini dirancang bisa mendarat darurat, bahkan di tempat yang tak memiliki landas pacu. Meski kapasitas muatan 33 ribu kilogram, berat maksimum saat lepas landas bisa mencapai 70.300 kilogram. Sementara kapasitas penumpang bisa mencapai 92 orang (sipil), atau 64 prajurit lintas udara (militer), atau 74 pasien dengan tambahan dua tenaga medis.

Sayangnya pesawat sepanjang 29,8 meter, dengan tinggi 11,6 meter, rentang sayap 40,4 meter dan berat kosong pesawat sekitar 38 ribu kilogram ini menghantam bumi. Dua Hercules asal Australia itu bernasib buruk.

Pesawat yang memuat 12 orang kru dan satu penumpang tersebut diduga jatuh karena cuaca buruk. Padahal, pesawat yang paling banyak digunakan di dunia untuk membawa pasukan militer dan warga sipil ini juga dipakai untuk pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, ambulans udara, dan pengangkut logistik bencana alam.

Sebanyak 12 kru dan satu penumpang meninggal dunia di lokasi. Pesawat bermesin empat turboprop dengan sayap tinggi (high wing) ini sejatinya dioperasikan oleh 4-6 awak (2 pilot, 1 loadmaster, 1 teknisi).

"Pesawat ini dioperasikan dua pilot yang tengah berlatih di bawah pengawasan instruktur Mayor (pnb) Marlon Kawer," jelas Hadiyan.

Sampai saat ini, tim investigasi belum mengetahui banyak penyebab kecelakaan dan kronologisaat kecelakaan. Namun, pesawat dengan daya jelajah mencapai 3.800 km ini mampu terbang dengan kecepatan rata-rata 540 km/jam.

3 dari 3 halaman

610 km/jam

Entah berapa kecepatan pesawat menghantam bumi, namun Hercules ini mampu mencapai kecepatan maksimum 610 km/jam dengan ketinggian terbang sekitar 10 ribu kilometer. Saat konferensi pers di Lanud Halim Perdana Kusumah, Hadiyan menyebut pesawat hanya mengangkut 13 orang dan 12 ton semen.

Ke-13 orang dengan rincian 12 kru dan 1 penumpang yang kesemuanya adalah prajurit TNI itu tak selamat. Hadiyan menerangkan, beberapa saat sebelum jatuh, menara kontrol sempat melihat pesawat dan berkomunikasi.

Menara kontrol melihat pesawat di ujung landasan 33, tapi pilot menginformasikan cuaca buruk dan berkabut, pilot tak melihat menara kontrol. Setelah itu, menara kontrol lost contact dengan pesawat dan Hercules kedua dari Australia itu menjadi tragedi selanjutnya.

Pesawat ini berangkat dari Timika pukul 05.35 WIT dan dijadwalkan mendarat di Wamena pukul 06.13 WIT. Namun pukul 06.09 WIT, pesawat mengalami lost contact.

Dalam penerbangan ini, pesawat yang sudah dipakai sejak tahun 1980 oleh Australia itu memilki misi latihan untuk penerbang dan sekaligus mengangkut bahan bangunan.

Pesawat itu diduga jatuh sekitar pukul 06.05 WIT dengan membawa 12 kru, dan satu penumpang yang semuanya merupakan anggota TNI AU. Diduga jatuh karena cuaca buruk. "Perkiraan awal, kecelakaan karena cuaca," kata Hadiyan.

Nama-nama penumpang persawat Hercules C 130 dengan kode penerbangan A-1334 yakni Mayor (pnb) Marlon Kawer, Kapten (Png) J.Hontian Saragih, Lettu (Pnb) HanggoFitradhi, Lettu (nav) Arif Fajar Prayogi, Peltu Lukman Hakim, Peltu Suyata, Peltu Kusen, Serma Kudori, Peltu Agung Tri, Pelda Agung S dan Serma Fatoni.