Liputan6.com, Jakarta - Kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, memancing berapa elemen bergerak. Pro dan kontra mewarnai kasus yang di sidang perdana 13 Desember kemarin.
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ahmad Najib Burhani mengatakan, terdapat kepentingan politik, baik untuk jangka pendek ataupun panjang dalam kasus Ahok. Dalam hal ini untuk kepentingan Pilkada ataupun Pilpres 2019 nanti.
Menurut dia, ada sebagian pihak, yang memanfaatkan kasus Ahok , agar bisa kembali berkuasa.
Advertisement
"Kalau bicara teori politik, yang berkuasa ingin selalu berkuasa. Berkuasa itu bukan hanya dia menjabat atau tidak, tapi paling tidak, dia tidak terusik. Yang jelas beberapa orang memiliki power, ekonomi mapan, kekuasaan mapan, ingin terus bertahan," ucap Najib dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Senin 19 Desember 2016.
Dia menyebut, ada beberapa kelompok, yang memprotes Ahok, terlihat memihak salah satu pasangan di Pilkada DKI 2017. "Kita bisa melihat berapa orang dari elemen kegiatan kemarin, ada yang memihak. Kita pasti tahulah," jelas Najib.
Dia menegaskan, hal ini menjadi tidak baik untuk politik Indonesia ke depannya. Sebab, lanjut dia, akan ada yang menggunakan isu agama untuk kepentingan politik.
"Sesuatu yang mengerucut tidak terkontrol, tidak baik secara politik. Karena akan memanfaatkan isu agama terus," pungkas Najib.