Liputan6.com, Jakarta - Sehari setelah kematian keluarga Dodi Triono, polisi bekerja keras memburu para pelaku perampokan sekaligus penyekapan di Jalan Pulomas Utara, Nomor 7A, Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Melalui sistem digital security, polisi akhirnya menemukan titik terang. Pelaku perampokan sadis Pulomas itu yang diperkirakan empat orang.
Dengan CCTV atau kamera pengintai di rumah Dodi Triono, dan dibantu anjing pelacak serta pemeriksaan saksi, polisi akhirnya menangkap dua di antara empat perampok di rumah arsitek itu.
Kedua perampok itu bernama Ramlan Butarbutar dan Erwin Situmorang. Keduanya ditangkap pada Rabu siang di rumah kontrakan milik Kimley, Jalan Kalong, RT 08 RW 02, Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Penangkapan Ramlan dan komplotannya merupakan gabungan dari jajaran Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Timur dan Polresta Depok.
"‎Saya apresiasi jajaran Polda Metro Jaya yang di-back up Mabes Polri. Karena kami dapat info (dari Polda Metro Jaya), bahwa dari empat pelaku, dua pelaku sudah ditangkap," ujar Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dalam jumpa pers akhir tahun 2016 di Gedung Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu 28 Desember 2016.
"Saya menghargai kecepatan langkah ‎teman-teman Polda Metro Jaya. Ini kasus yang menghentakkan kita di tengah suasana ibadah Natal," Tito menambahkan.
Meski ini hanya kasus kriminal biasa, yakni perampokan, tapi banyaknya jumlah korban meninggal hingga enam orang mengejutkan pihaknya.
"Tapi kesigapan Polda Metro hanya satu hari mengungkap kasus ini, saya anggap luar biasa," ujar Tito.
Namun, seorang perampok terpaksa ditembak mati karena diduga melawan saat penangkapan. Sementara satu lainnya selamat.
"Satu orang bernama Ramlan Butar Butar, satu lagi bernama Erwin Situmorang," ucap Tito.
Keberhasilan mengendus jejak para perampok sadis Pulomas itu murni dari pengembangan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) di kediaman Dodi Triono. Termasuk menganalisis rekaman CCTV.
"Ini murni dari pengembangan di tempat olah TKP. Kemudian dari CCTV juga. Ini sangat luar biasa," kata mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri dan Kepala BNPT itu.
"Sebagian besar kasus Pulomas (terungkap) karena CCTV. Mobilnya keliatan CCTV. Kemudian pelakunya, juga wajahnya lebih jelas. Ini kan kita punya jaringan informasi. Ketika dicek informan itu kan cepat sekali. Apalagi pelaku pemain lama. Dengan adanya CCTV ini memperkuat digital security," sambung Tito.
Berkaca dari kasus perampokan Pulomas, Tito berharap seluruh gedung perkantoran, toko, tempat-tempat publik, sebaiknya dipasang CCTV.
"Ruang publik, jalan, taman, harus di-cover dengan CCTV. Nanti di-connect CCTV pemerintah dengan yang punya swasta. Ini namanya digital security. Kasus Pulomas jelas CCTV besar perannya," ujar Tito.
Advertisement
Bukan Pembunuh Bayaran
Ramlan yang dikenal dengan panggilan Porkas itu, disebut-sebut sebagai perampok 'pemain' lama. Karena itu, polisi lebih mudah menangkapnya.
"Saya tadi malam baru dapat nama-nama itu dari tim lapangan Polda Metro Jaya. Salah satunya Ramlan Butarbutar. Itu kalau nama panggilannya Porkas. Dia yang di CCTV yang kaki pincang. Itu pemain lama waktu saya masih jadi Kasat Reskrim," ujar Tito.
Komplotan Ramlan ini menyebut dirinya kelompok 'Korea Utara'. Ramlan cs kerap nongkrong di sekitar Bekasi dan Pulo Gadung. Mereka memang dikenal sebagai pelaku perampokan atau pencurian dengan kekerasan.
"‎Memang dikenal sebagai pelaku pencurian dengan kekerasan. Modusnya korban diiket, mulutnya dilakban. Nongkrongnya di Bekasi, Pulo Gadung," ujar Tito.
Polda Metro Jaya membantah Ramlan bersama komplotannya merupakan pembunuh bayaran. Sebab dari fakta di lapangan, perampokan dan disertai penyekapan.
"Bukan pembunuh bayaran, tapi ini perampokan. Jadi jangan asumsikan dulu. Jadi jelas itu perampokan disertai pembunuhan dan penyekapan," kata Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu 28 Desember 2016.
Menurut mantan Kapolda Jawa Barat ini, Ramlan bersama komplotan perampokan sadis Pulomas itu, masuk ke kediaman Dodi Triono, dengan menanyakan kamar utama.
"Setelah aksi itu dilakukan, Dodi baru datang dan langsung dimasukkan juga ke kamar mandi," kata Iriawan.
Pembuluh Darah Pecah
Ramlan Butarbutar tewas saat dibekuk aparat kepolisian. Meski tertembak di kedua kakinya, namun dia tak dapat bertahan dan menghembuskan napas terakhirnya.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan mengatakan, dirinya sudah menanyakan penyebab tewasnya Ramlan ke dokter Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. Pecah pembuluh darah menjadi penyebab utama pelaku tidak dapat bertahan.
"Satu orang meninggal. Ramlan Butarbutar pendarahan di kaki. Ada dua luka tembakan kena pembuluh darah," tutur Iriawan di RS Bhayangkara Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu 28 Desember 2016.
Ramlan meninggal selama perjalanan saat dilarikan ke RS Bhayangkara Polri. "Meninggal di perjalanan karena darah keluar banyak. Kenapa di kaki bisa meninggal? Kata dokter karena kena pembuluh darah," jelas Iriawan.
Sementara satu pelaku lagi bernama Erwin Situmorang dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Bhayangkara Polri, karena timah panas yang bersarang di kakinya. Keduanya terpaksa ditembak karena berusaha melawan polisi menggunakan senjata tajam.
"Sodara Ramlan Butarbutar ini paling dominan dengan sodara Erwin (saat perampokan). Mereka melawan dengan senjata tajam jenis golok," Iriawan menandaskan.
Tanpa Pakaian
Diona Arika Andra Putri, korban penyekapan sadis Pulomas, ditemukan tak memakai pakaian. Diona dan 10 korban lainnya ditemukan dalam kamar mandi berukuran 1,5 m x 1,5 m. 2690545
"Yang pasti kan begini, di dalam ruangan itu, sangat-sangat sempit, ditambah lagi ruangannya tidak ada ventilasi," ucap Erlinda, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di lobi RS Kartika Pulomas, Jakarta Timur, Rabu 28 Desember 2016.
Lantaran ruangan sesak dengan sedikit oksigen, hal apa pun bisa saja dilakukan demi menghilangkan rasa panas. Hal tersebut juga yang dialami oleh gadis 16 tahun tersebut.
"Mereka melakukan apa yang bisa membantu menghilangkan rasa panas, mungkin bisa saja baju terlepas karena saking panasnya," sambung Erlinda.
Selain tak memakai pakaian, Diona dan korban lainnya yang meninggal juga sempat mengeluarkan darah.
Advertisement
Kekurangan Oksigen
Hasil autopsi polisi menunjukkan 6 korban perampokan sadis Pulomas, Jakarta Timur, meninggal karena kehabisan oksigen. Pemeriksaan itu juga mengungkap tidak ada luka tusuk di tubuh korban, termasuk sang pemilik rumah Dodi Triono.
Awalnya, ada dugaan korban tewas setelah dianiaya atau dilukai. Sebab, jasad Dodi berlumuran darah saat pertama kali ditemukan.
"Kemarin ada yang bertanya, ada luka tusuk di Dodi (Triono), tapi ternyata tidak ada," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di kantornya, Jakarta, Rabu 28 Desember 2016.
"Hasil autopsi pertama menyatakan korban meninggal karena kekurangan oksigen dalam darah. Ini hasil autopsi tadi malam dan hari ini mungkin hasilnya diberikan ke penyidik," Argo menambahkan.
Darah yang ada di tubuh Dodi Triono dan anak-anaknya serta korban lain, keluar dari hidung korban akibat pembuluh darah pecah. Sementara luka di kepala diduga akibat benturan saat disekap dalam kamar mandi.
"Jadi ada sumbatan dan pembuluh darahnya pecah. Pokoknya korban pembuluh darahnya pecah dan keluar darah dari hidung. Luka di kepala karena benturan," Argo menandaskan.
Pemukulan
Ramlan cs, pelaku pembunuhan sadis Pulomas diketahui memasuki kediaman Dodi Triono ada Senin 26 Desember 2016 pukul 14.27 WIB. Ketika masuk ke dalam, mereka mendapati Dodi tidak berada di tempat.
"Awal masuk saudara Ramlan menanyakan kamar majikan kamu di mana (kepada asisten rumah tangga /ART). Karena almarhum Dodi tidak ada di tempat," tutur Iriawan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu 28 Desember 2016
Setelah dijawab dan diarahkan menuju kamar Dodi oleh ART, Ramlan pun memaksa penghuni rumah yang berjumlah sembilan orang masuk ke dalam kamar mandi. Bahkan, dia memperlakukan kasar anak Dodi yakni Dianita Gemma Dzalfayla yang masih berumu sembilan tahun itu.
"Satu orang Dianita Gemma Dzalfayla yang diseret dari kamar ke tangga dan dipukul dengan pistol," jelas Iriawan.
Para korban mulai disekap di kamar mandi dengan luas 1,5x1,3 meter itu sekitar pukul 14.45 WIB. Mereka pun dengan leluasa mencari barang berharga yang sesuai dengan keahlian perampokan.
"Setelah aksi itu dilakukan, Dodi baru datang bersama suopirnya dan langsung dimasukkan juga ke kamar mandi," ujar Iriawan.
Usai menyekap, Ramlan bersama komplotannya yang berjumlah empat orang itu langsung kabur, menggunakan mobil yang diparkir persis di depan rumah yang diketahui menggunakan plat nomor palsu.
Dodi Triono dan keluarganya baru ditemukan sekitar pukul 10.10 WIB, Selasa 27 Desember 2016 setelah salah seorang saksi yakni Sheila Putri datang untuk bermain.
Seheila lalu melapor ke petugas keamanan sekitar komplek, karena merasa ketakutan dengan suara rintihan yang didengarnya dari dalam kamar mandi rumah mewah itu. Petugas lantas meneruskan aduan itu ke Pospol Kayu Putih.
"Semua (6 orang) meninggal karena kekurangan oksigen dalam darah. Karena mereka disekap dalam satu ruangan dan tidak ada sirkulasi udara," Iriawan menandaskan.