Sukses

UI Bantu Kembangkan Kampung Ekowisata di Muara Gembong Bekasi

Adi berharap dengan keberadaan kincir angin dapat memberikan dampak luas kepada masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah berhasil membuat kincir angin sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Bayu pada 2014, Tim Pengabdi  dari Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia (UI) yang dipimpin Adi Surjosatyo mengembangkan daerah ekowisata di Kampung Bungin, Muara Gembong, Bekasi.

"Saat ini sudah ada tiga kincir angin. Keberadaan kincir angin tersebut untuk memenuhi kebutuhan turbin angin yang menghasilkan energi listrik," ujar Guru Besar Fakultas Teknik Mesin UI Adi Surjosatyo, melalui pesan tertulis, Kamis (29/12/2016).

Dirinya memaparkan kawasan ekowisata yang dimaksud adalah kawasan wisata alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

Kegiatan ekowisata lebih mengutamakan pada usaha-usaha dalam skala kecil dan menekankan pada kepentingan pelestarian lingkungan dan sosial masyarakat setempat.

"Kami saat ini fokus pengolahan hasil laut yang bernilai tambah sehingga nantinya dapat menambah penghasilan warga sekitar," tambah Adi.

Setelah masyarakat menerima program ini, tantangan lain tim adalah membuat program terjaga sustainabilitasnya. Adi menyadari perlunya suatu skema kegiatan bisnis masyarakat dengan kincir angin sebagai inti utama program. Ia mendorong kerja sama berbagai instansi dan lembaga swasta dengan Pusat Energi Terbaharui Fakultas Teknik UI (TREC FTUI) dalam pengembangan program turbin angin.

Saat ini, sudah terjalin kolaborasi antara UI, pihak swasta yakni PT Potenza Putra Makara,  Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kelistrikan Energi Baru Terbarukan Konversi Energi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (Pusdiklat KEBTKE ESDM), Lembaga Pemberdayaan Umat An-Naba, dan Kecamatan Muara Gembong.

Tingkatkan Kemandirian Energi

Pemilihan Kampung Bungin dikarenakan untuk meningkatkan kemandirian energi daerah, meningkatkan perekonomian warga, dan membuka mata berbagai kalangan untuk menyelamatkan lingkungan di sekitar pesisir pantai.

Ia mengatakan potensi angin Kampung Bungin kecepatannya berkisar 1--10 m/s, sangat potensial untuk tenaga turbin angin.

"Potensi anginnya besar karena dekat dengan pesisir. Selain di wilayah itu kecepatan angin yang besar ada di wilayah Timur kemudian juga Jogjakarta. Selain di Bekasi, kincir angin juga di bangun di NTB. Indonesia merupakan negara Kepulauan dengan potensi angin yang besar, tidak dimiliki bangsa lain," kata Adi.

Dia berharap dengan keberadaan kincir angin dapat memberikan  dampak luas kepada masyarakat.

Ia mengungkapkan saat ini sebanyak 44 persen  penduduk Kampung Bungin hanya lulusan SD. Bahkan sekitar 30 persen warga tidak mendapatkan pendidikan sama sekali. Sebagian besar warga berprofesi sebagai nelayan. Warga memanfaatkan hasil laut dan tambak sebagai sumber mata pencaharian.

"Kami menggandeng pihak swasta menggelar pelatihan pemanfaatan produk hasil laut yakni packaging atau pengemasan ikan. Dengan pelatihan ini, transfer pengetahuan dari PT Potenza sebagai industri dapat  menambah nilai jual ikan hasil tangkapan. Proses packaging oleh warga diharapkan bisa menjadi sebuah ciri khas tersendiri," pungkas Adi.