Sukses

Firasat dan Kesaksian Hendri, Korban Kapal Zahro Expres Terbakar

Dia mengaku memiliki firasat tak baik saat sebelum pergi menaiki kapal Zuhro Expres tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Hendri, pria 34 tahun korban selamat tragedi KM Zahro Expres masih dirawat di RSPAD Gatot Subrot, Jakarta. Dia mengaku memiliki firasat tak baik saat sebelum pergi menaiki kapal Zuhro Expres tersebut.

Dia sebenarnya tidak ingin ikut ke Pulau Tidung. Namun dipaksa orangtuanya, Nyuk Chen (62), ia pun tak kuasa menolaknya.

Alasan pria yang tinggal di Bogor ini untuk tidak ikut karena akan mengantarkan mertuanya untuk pulang kampung. Dia pun terpaksa mengantarkan sang mertua ke Bekasi, rumah kakak mertuanya.

"Firasat juga enggak mau ikut, mau nganterin mertua ke Jawa. Tadinya mama malah mau ngajak mertua buat ikut. Untung (mertu) enggak ikut" ujar Hendri di RSPAD Gatot Subroto, Senin 2 Januari 2016.

Hendri juga mengatakan rencana awal untuk pergi ke Pulau Tidung merupakan rencana yang sudah dipersiapkan oleh kakaknya. Rencana ini sudah diutarakan pada Sabtu 30 Desember 2016.

"Karena ini kan acara tahunan, biasanya kalau tahun baruan memang jalan-jalan, malah kita sebelumnya mau ke Bali," kata Hendri.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pengelola toko Pujasera di Bogor ini berujar sebetulnya tanggal yang dipilih untuk berpergian ialah tanggal 31 Desember 2016. Tetapi karena alasan pekerjaan, mereka mengurungkan niat berpergian pada tanggal itu.

Hendri bersama keluarga menjadi korban tenggelamnya kapal Zuhro Expres yang berlayar dari Pelabuhan Muara Angke ke Pulau Tidung. Hendri bersama keluarga besarnya yang berjumlah 11 orang termasuk dirinya berencana berlibur ke Pulau Tidung.

Terombang-ambing di Laut

Hendri mengungkapkan sebelum berangkat, KM Zahro Expres sudah terlihat asap yang berasal dari belakang. Namun ia merasa hal itu wajar lantaran mengira asap berasal dari knalpot kapal motor tersebut.

Karena melihat asap motor itu sangat mengebul dia menyuruh keluarganya untuk yang membawa anak-anak kecil untuk pindah ke depan kapal.

"Karena awalnya sebagian keluarga saya duduk di belakang dan membawa anak kecil, akhirnya saya menyuruh anak-anak pindah ke depan, " kata lelaki yang berperawakan oriental tersebut.

Hendri menjelaskan kira-kira 100 mil dari pantai pelabuhan Muara Angke, kapal tiba-tiba terbakar dan penumpang sudah berdesak-desakan untuk berusaha menyelamatkan diri dari kapal tersebut. Api itu sebenarnya masih bisa dipadamkan namun ABK dan kapten kapal langsung pergi dengan menyeburkan diri ke laut, hal inilah yang menyebabkan penumpang panik.

Hendri sebenarnya ingin menolong kakak iparnya, Indra Sumarni. Namun dia mengurungkan niat itu lantaran api sudah menyebar di seluruh kapal. Ia pun sudah tidak bisa lagi menyelamatkan sang kakak dan langsung menyeburkan dirinya ke laut.

Setelah menyeburkan diri ke laut, Hendri terombang-ambing di laut selama kurang lebih sepuluh menit sebelum kapal nelayan membantu mengevakuasi korban yang masih berada di laut.

Dirinya memuji petugas yang mengevakuasi korban yang terombang ambing di laut. Dia menuturkan jika saja masih berada di laut dalam waktu yang lama, ia kemungkinan tenggelam lantaran tidak mengenakan pelampung.