Liputan6.com, Ambon: Arus balik penumpang libur panjang tujuan Tenggara Jauh, Kabupaten Maluku Tenggara, membludak di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, Senin (5/4). Ribuan penumpang tersebut berencana kembali ke kampung halamannya di Tenggara Jauh setelah berlibur panjang perayaan Paskah selama tiga hari di Kota Ambon.
Akibatnya, Kapal Perintis KM Banda Naira yang melayari tujuan Tenggara Jauh penuh sesak. Tak hanya itu para penumpang bahkan rela bergelantungan di samping kapal asalkan dapat sampai ke tujuan. Padahal aksi tersebut amat beresiko. Diduga kebiasaan buruk yang kerap terjadi di Maluku karena kurangnya kesadaran mereka akan keselamatan jiwa dalam pelayaran dan tidak ditanggapi serius oleh pihak syahbandar setempat.
Kapal Perintis KM Banda Naira itu sudah penuh sesak, kapal miring mencapai 35 derajat dan nyaris terbalik akibat kelebihan muatan. Kendati demikian, kapal tersebut tetap diizinkan berlayar. Padahal, KM Banda Naira idealnya untuk mengangkut penumpang sebanyak 150 orang, namun dipaksakan menjadi 500 orang.
Boleh dibilang, kondisi yang memprihatinkan itu terjadi selain karena faktor manusia, juga disebabkan kurangnya armada angkutan laut yang dimiliki Provinsi Maluku. Betapa tidak, kapal yang melayani rute Ambom-Tenggara Jauh hanya berjumlah tiga buah. Ketiga kapal tersebut adalah KM Bandar Naira, KM Manusela, KM Maloli.(BJK/AYB)
Akibatnya, Kapal Perintis KM Banda Naira yang melayari tujuan Tenggara Jauh penuh sesak. Tak hanya itu para penumpang bahkan rela bergelantungan di samping kapal asalkan dapat sampai ke tujuan. Padahal aksi tersebut amat beresiko. Diduga kebiasaan buruk yang kerap terjadi di Maluku karena kurangnya kesadaran mereka akan keselamatan jiwa dalam pelayaran dan tidak ditanggapi serius oleh pihak syahbandar setempat.
Kapal Perintis KM Banda Naira itu sudah penuh sesak, kapal miring mencapai 35 derajat dan nyaris terbalik akibat kelebihan muatan. Kendati demikian, kapal tersebut tetap diizinkan berlayar. Padahal, KM Banda Naira idealnya untuk mengangkut penumpang sebanyak 150 orang, namun dipaksakan menjadi 500 orang.
Boleh dibilang, kondisi yang memprihatinkan itu terjadi selain karena faktor manusia, juga disebabkan kurangnya armada angkutan laut yang dimiliki Provinsi Maluku. Betapa tidak, kapal yang melayani rute Ambom-Tenggara Jauh hanya berjumlah tiga buah. Ketiga kapal tersebut adalah KM Bandar Naira, KM Manusela, KM Maloli.(BJK/AYB)