Sukses

Duka Keluarga Korban Kapal Zahro untuk Ibunda yang Masih Hilang

Lina terus menciumi KTP milik ibundanya, Otih Sugiarti, yang ditemukan dalam tas bermerek Elle.

Liputan6.com, Jakarta Lina Amdiati terus memandangi barang-barang temuan tim gabungan Basarnas yang terdapat di Posko Penanggulangan Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara.

Wanita 48 tahun itu seolah tak percaya melihat isi tas sang bunda, Otih Sugiarti, yang dipegang petugas jaga posko. Ada kacamata, dompet, sampai tas bermerek Elle.

"Ini kacamatanya, pak? Iya benar ini tasnya, pak. Semuanya barang punya mamih. Itu kebakar ya pak tasnya, sampai hangus hitam begitu? Iya terbakar, ya pak? Mamih saya, pak?" tanya Lina dengan bibir bergetar di Jakarta Utara, Selasa 3 Januari 2016.

Lina tak sanggup menahan air mata, saat petugas posko membuka dompet panjang yang diduga milik Otih. Kaca-kaca bening di mata Lina memancar penuh harapan.

Harapan itu juga terpancar dari mata sang adik, Irfan Hadisiswanto, dan kerabat lain yang menemani Lina. Hanya satu yang jadi harapan Lina dan Irfan, ibunda Otih ditemukan dalam keadaan baik-baik.

Tapi kenyataan berkata lain. Petugas posko menyebut, sampai saat ini perempuan 69 tahun itu belum juga ditemukan tim Basarnas.

"Ini beneran punya ibu?" tanya Lina memastikan sambil mengusap air matanya.

Seraya menenangkan Lina dan kerabatnya, petugas jaga posko mendata keterangan dan barang-barang yang diduga milik Otih. Barang-barang itu antara lain tas, uang Rp 300 ribu, parfum merek Shannel, dan dua kartu ATM Bank Mandiri dan Bank BNI yang terselip di dompet.

"Sini bu sebentar, ya. Kami data barang-barang bawaannya yang punya milik Ibu (Otih)," ujar petugas jaga posko.

"Ada juga kacamata merek Monalisa, satu STNK atas nama Irna. Itu atas nama kakak pertama saya STNK-nya. Satu buah HP Samsung J5. Ya Allah mamih," ujar Lina sambil menciumi KTP milik sang ibunda yang ditemukan dalam tas.

Adik Lina, Irfan pun bercerita, sang bunda Otih pergi dari Bandung, Jawa Barat, untuk berlibur ke Pulau Tidung bersama ayah mereka, Masduki.

Keduanya tiba di Jakarta pada Jumat 30 Desember 2016. Mereka diajak berlibur oleh Irna, yang tak lain merupakan kakak Lina dan Irfan. Dalam liburan itu, Irna juga mengajak suaminya, Zainal dan ketiga anaknya.

Namun takdir berkata lain. Masduki yang berumur 75 meninggal karena tenggelam. Sedangkan Irna bersama suaminya dan ketiga anaknya kini dirawat di Rumah Sakit Pertamina, lantaran mengalami luka bakar.

"Kalau kakak saya yang pertama itu (Irna) juga korban saat kebakaran Zahro Expres, bersama suaminya, Zainal, sama tiga anaknya. Irna dan Zainal masih di Rumah Sakit Pertamina kena luka bakar. Tiga anaknya Irna dan Zainal juga luka bakar, tapi enggak parah seperti ibunya," beber Irfan, pria 46 tahun itu.

Menurut Irfan, Zainal dan Irna mengalami luka bakar di punggung sekitar 30 persen. Sedangkan sang ayah telah dimakamkan. Dia berharap sang ibu selamat dan segera ditemukan, kalaupun meninggal, pihak keluarga berharap segera membawa jenazahnya agar bisa segera dimakamkan.

"Ayah saya Pak Masduki sudah dimakamkan kemarin di Bandung. Ayah saya itu meninggal tenggelam. Sekarang kami ada di sini untuk meminta kepastian, soal ibu saya (Otih) yang belum ditemukan," Irfan menandaskan.

Tragedi Zahro Expres

KM Zahro Expres tujuan Pulau Tidung tiba-tiba terbakar setelah berlabuh sekitar satu mil dari Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, pada Minggu 1 Januari 2017, sekitar pukul 08.30 WIB.

Akibat kebakaran tersebut, 23 penumpang dinyatakan meninggal, 17 luka-luka, 17 hilang, dan lebih dari 200 lainnya selamat. Sedangkan nakhoda dan anak buah kapal atau ABK Zahro Expres diduga menyelematkan diri saat insiden terjadi.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menyelidiki penyebab kebakaran tersebut. Namun penyelidikan sementara, ada dugaan kelalaian dalam insiden maut Kapal Zahro Expres.

Video Terkini