Liputan6.com, Surabaya Sunarto Sumoprawiro akhirnya dicopot dari jabatannya sebagai Walikota Surabaya. Posisi Cak Narto--begitu Sunarto disapa--digantikan Wakil Wali Kota Bambang D.H. Keputusan ini diambil dalam Sidang Paripurna DPRD di Gedung DPRD di Jl. Yos Sudarso, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (15/1). Sidang tersebut dipimpin ketua DPRD Mochammad Basuki dan didampingi empat pimpinan lainnya.
Sebelumnya, sidang yang menentukan nasib Wali Kota Sunarto sempat diwarnai kericuhan di antara anggota Dewan. Pasalnya, mereka terlebih dahulu memperdebatkan tata cara pemilihan suara. Untuk menengahinya, pimpinan sidang segera menskors pertemuan tersebut selama 15 menit. Berarti, sidang tertunda selama setengah jam dari jadwal yang direncanakan pada pukul 10.00 WIB. Nasib Cak Narto akhirnya ditentukan melalui voting terbuka. Dari hasil voting yang berlangsung sekitar tiga jam, 31 suara setuju Cak Narto diberhentikan, 12 suara menolak, dan dua suara abstain.
Menurut Mochammad Basuki, pencopotan Cak Narto sebagai Wali Kota Surabaya terlebih dahulu harus mendapat pengesahan Presiden Megawati Sukarnoputri. Dengan kata lain, penggantian secara resmi masih menunggu keputusan Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno dan persetujuan Presiden. Ia mengatakan pula, memang Cak Narto belum resmi dilengserkan dari jabatannya. Tapi sebenarnya Sunarto telah menyerahkan tongkat kepemimpinan Kota Surabaya kepada Wakil Wali Kota Bambang D.H.
Sementara di luar gedung, sebanyak 250 warga berunjuk rasa menentang penghentian Sunarto. Akibatnya, jalan raya di sekitar gedung macet total. Menjelang siang, ribuan massa anti-Sunarto tiba dengan menggunakan puluhan truk dan sejumlah kendaraan pribadi. Kedatangan mereka praktis mengepung massa pendukung Sunarto. Untuk itulah, Kepolisian Daerah Jatim terpaksa menurunkan delapan satuan setingkat kompi untuk membarikade kedua kelompok yang saling bertentangan. Tujuannya, untuk mengantisipasi kerusuhan.
Memang, proses pemecatan Cak Narto dari kursi Wali Kota berawal saat dia mangkir dinas pada Oktober tahun silam [baca: Wali Kota Surabaya Mangkir Dinas Dua Pekan]. Saat itu, ketidakhadirannya diketahui setelah permasalahan penutupan lahan pembuangan akhir sampah di Keputih Sukolilo hanya ditangani Kepala Dinas Kebersihan dan Sekretaris Kota setempat. Namun, seorang bawahannya mengatakan bahwa Sunarto sedang melakukan studi banding ke luar negeri untuk mencari masukan tentang Otonomi Daerah.
Hal itulah yang menyebabkan sejumlah anggota Dewan berang. Sebab, Sunarto tak memberitahukan akan kepergiannya. Apalagi, penanganan sampah di Surabaya ternyata menjadi masalah besar [baca: Warga Keputih Memblokir TPA, Surabaya Dipenuhi Sampah]. Dengan merujuk sejumlah kesalahan tersebut, berbagai kalangan termasuk anggota Dewan mendesak Cak Narto lengser. Selanjutnya, DPRD Surabaya menggelar sidang paripurna, Senin pekan silam.
Seiring dengan hal itu, keluarga Cak Narto mengklarifikasi bahwa ketidakhadirannya lantaran ia tengah dirawat di sebuah rumah sakit di Melbourne, Australia. Bahkan, sudah mendapat izin dari Departemen Dalam Negeri [baca: Keluarga Sunarto: "Bapak Berobat, Bukan Kabur"]. Lantaran itulah, sejumlah anggota DPRD Surabaya berangkat ke Australia untuk melihat secara langsung keadaan Sunarto [baca: DPRD Surabaya Mengecek Kondisi Sunarto]. Hingga akhirnya, Wali Kota Surabaya itu muncul di ruang kerjanya pada Selasa kemarin. Namun ibarat nasi telah menjadi bubur, mayoritas anggota Dewan menganggap kesalahannya cukup fatal.(KEN/Benny Cristian dan Bambang Ronggo)
Sebelumnya, sidang yang menentukan nasib Wali Kota Sunarto sempat diwarnai kericuhan di antara anggota Dewan. Pasalnya, mereka terlebih dahulu memperdebatkan tata cara pemilihan suara. Untuk menengahinya, pimpinan sidang segera menskors pertemuan tersebut selama 15 menit. Berarti, sidang tertunda selama setengah jam dari jadwal yang direncanakan pada pukul 10.00 WIB. Nasib Cak Narto akhirnya ditentukan melalui voting terbuka. Dari hasil voting yang berlangsung sekitar tiga jam, 31 suara setuju Cak Narto diberhentikan, 12 suara menolak, dan dua suara abstain.
Menurut Mochammad Basuki, pencopotan Cak Narto sebagai Wali Kota Surabaya terlebih dahulu harus mendapat pengesahan Presiden Megawati Sukarnoputri. Dengan kata lain, penggantian secara resmi masih menunggu keputusan Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno dan persetujuan Presiden. Ia mengatakan pula, memang Cak Narto belum resmi dilengserkan dari jabatannya. Tapi sebenarnya Sunarto telah menyerahkan tongkat kepemimpinan Kota Surabaya kepada Wakil Wali Kota Bambang D.H.
Sementara di luar gedung, sebanyak 250 warga berunjuk rasa menentang penghentian Sunarto. Akibatnya, jalan raya di sekitar gedung macet total. Menjelang siang, ribuan massa anti-Sunarto tiba dengan menggunakan puluhan truk dan sejumlah kendaraan pribadi. Kedatangan mereka praktis mengepung massa pendukung Sunarto. Untuk itulah, Kepolisian Daerah Jatim terpaksa menurunkan delapan satuan setingkat kompi untuk membarikade kedua kelompok yang saling bertentangan. Tujuannya, untuk mengantisipasi kerusuhan.
Memang, proses pemecatan Cak Narto dari kursi Wali Kota berawal saat dia mangkir dinas pada Oktober tahun silam [baca: Wali Kota Surabaya Mangkir Dinas Dua Pekan]. Saat itu, ketidakhadirannya diketahui setelah permasalahan penutupan lahan pembuangan akhir sampah di Keputih Sukolilo hanya ditangani Kepala Dinas Kebersihan dan Sekretaris Kota setempat. Namun, seorang bawahannya mengatakan bahwa Sunarto sedang melakukan studi banding ke luar negeri untuk mencari masukan tentang Otonomi Daerah.
Hal itulah yang menyebabkan sejumlah anggota Dewan berang. Sebab, Sunarto tak memberitahukan akan kepergiannya. Apalagi, penanganan sampah di Surabaya ternyata menjadi masalah besar [baca: Warga Keputih Memblokir TPA, Surabaya Dipenuhi Sampah]. Dengan merujuk sejumlah kesalahan tersebut, berbagai kalangan termasuk anggota Dewan mendesak Cak Narto lengser. Selanjutnya, DPRD Surabaya menggelar sidang paripurna, Senin pekan silam.
Seiring dengan hal itu, keluarga Cak Narto mengklarifikasi bahwa ketidakhadirannya lantaran ia tengah dirawat di sebuah rumah sakit di Melbourne, Australia. Bahkan, sudah mendapat izin dari Departemen Dalam Negeri [baca: Keluarga Sunarto: "Bapak Berobat, Bukan Kabur"]. Lantaran itulah, sejumlah anggota DPRD Surabaya berangkat ke Australia untuk melihat secara langsung keadaan Sunarto [baca: DPRD Surabaya Mengecek Kondisi Sunarto]. Hingga akhirnya, Wali Kota Surabaya itu muncul di ruang kerjanya pada Selasa kemarin. Namun ibarat nasi telah menjadi bubur, mayoritas anggota Dewan menganggap kesalahannya cukup fatal.(KEN/Benny Cristian dan Bambang Ronggo)