Liputan6.com, Bandung: Sekitar 350 warga di Kampung Cieunteung, Kelurahan dan Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sudah genap empat bulan mengungsi karena rumah mereka terendam banjir. Warga berharap ada solusi agar banjir tak lagi mendatangi rumah mereka.
"Musim banjir ini luar biasa. Sepertiga tahun 2010 ini, kami di pengungsian," kata Ketua RT 09 Kelurahan Baleendah Rahmat, di Bandung, Sabtu (17/4).
Rachmat merupakan salah satu warga Cieunteung yang mengungsi pada gelombang pertama. Rumahnya tergenang banjir setinggi 1,5 meter dan kini menyisakan lumpur setebal satu meter yang sulit dibuang.
Meski banjir sudah reda, Rahmat dan warga lainnya belum bisa membersihkan rumahnya yang rata-rata diisi endapan lumpur yang tebal. Pria yang juga karyawan PT Pindad Bandung itu sudah dua minggu tak menengok rumahnya karena mereka harus berjibaku menyeberangi lumpur.
"Tak terpikirkan mebel apa yang masih bisa digunakan lagi. Sebagian besar terkena lumpur. Hancur semua," kata Rachmat.
Meski demikian, ia belum ada niat untuk pindah ke tempat lain. Ia berharap ada solusi bagi warga di sana sehingga tidak terganggu aktivitasnya.
Penderitaan warga Cieunteung kian komplit, setelah pabrik garment PT Tri Daya yang berlokasi di Cieunteung dan menjadi tempat mencari nafkah hampir sebagian warga di sana tidak lagi beroperasi.
"Pabrik itu sudah tiga bulan tidak beroperasi karena terkena banjir," kata Rahmat.
Banjir di kawasan Baleendah terjadi sejak minggu kedua Desember 2009 lalu. Pada awal 2010, warga sempat bisa kembali ke rumahnya, namun setelah itu banjir besar yang terjadi dalam satu dekade terakhir itu tak kunjung surut.
"Biasanya banjir baru menggenang saat hujan terus menerus selama tiga hari, yang terjadi sekarang baru hujan tiga jam saja sudah banjir akibat luapan Citarum," kata Rachmat.
Banjir di Baleendah dan Dayeuhkolot merendam sedikitnya 6.500 rumah penduduk, bahkan juga sempat memutuskan arus lalu lintas Baleendah-Bandung akibat jalan raya terendam banjir.(Ant/TES/SHA)
"Musim banjir ini luar biasa. Sepertiga tahun 2010 ini, kami di pengungsian," kata Ketua RT 09 Kelurahan Baleendah Rahmat, di Bandung, Sabtu (17/4).
Rachmat merupakan salah satu warga Cieunteung yang mengungsi pada gelombang pertama. Rumahnya tergenang banjir setinggi 1,5 meter dan kini menyisakan lumpur setebal satu meter yang sulit dibuang.
Meski banjir sudah reda, Rahmat dan warga lainnya belum bisa membersihkan rumahnya yang rata-rata diisi endapan lumpur yang tebal. Pria yang juga karyawan PT Pindad Bandung itu sudah dua minggu tak menengok rumahnya karena mereka harus berjibaku menyeberangi lumpur.
"Tak terpikirkan mebel apa yang masih bisa digunakan lagi. Sebagian besar terkena lumpur. Hancur semua," kata Rachmat.
Meski demikian, ia belum ada niat untuk pindah ke tempat lain. Ia berharap ada solusi bagi warga di sana sehingga tidak terganggu aktivitasnya.
Penderitaan warga Cieunteung kian komplit, setelah pabrik garment PT Tri Daya yang berlokasi di Cieunteung dan menjadi tempat mencari nafkah hampir sebagian warga di sana tidak lagi beroperasi.
"Pabrik itu sudah tiga bulan tidak beroperasi karena terkena banjir," kata Rahmat.
Banjir di kawasan Baleendah terjadi sejak minggu kedua Desember 2009 lalu. Pada awal 2010, warga sempat bisa kembali ke rumahnya, namun setelah itu banjir besar yang terjadi dalam satu dekade terakhir itu tak kunjung surut.
"Biasanya banjir baru menggenang saat hujan terus menerus selama tiga hari, yang terjadi sekarang baru hujan tiga jam saja sudah banjir akibat luapan Citarum," kata Rachmat.
Banjir di Baleendah dan Dayeuhkolot merendam sedikitnya 6.500 rumah penduduk, bahkan juga sempat memutuskan arus lalu lintas Baleendah-Bandung akibat jalan raya terendam banjir.(Ant/TES/SHA)