Sukses

Pangkas Rambut Ko Tang, Para Pejabat, dan Mitos Membawa Hoki

Meski pelanggan setia menunggu sejak tadi. Antrean tetap jadi prioritas.

Liputan6.com, Jakarta - Pangkas Rambut Ko Tang sudah berdiri 80 tahun. Di tempat sederhana ini, pemiliknya setia melayani pelanggan, mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat di negeri ini. Katanya, bisa mendatangkan peruntungan.

"Sudah sering Pak Jokowi ke sini, waktu mau jadi Wali Kota Solo, terus waktu nyalon jadi gubernur dan terakhir waktu sudah jadi presiden," ujar Pi Cis (56) memulai kisah pangkas rambutnya di Rabu pagi di awal Januari.

Entah memang punya hoki, entah bukan. Namun, tak hanya Jokowi yang pernah memotong rambutnya di Pangkas Ko Tang.

Banyak orang yang menggunakan jasa pangkas rambut yang beroperasi di Jakarta sejak 1936 ini. Djarot Saiful Hidayat dan Sandiaga Uno juga pernah potong rambut di Ko Tang.

"Nggak tahu, nggak ada hoki-hokian, mungkin kebetulan saja," kata Pi Cis berkilah soal ramainya calon kepala daerah dan orang-orang ternama yang singgah.

 

Ko Tang tidak hanya sekadar kedai cukur, tersimpan potensi wisata yang dapat dikembangkan. Campur tangan pihak terkait, khususnya pemerintah, dapat menjadi solusi agar tempat nan bersejarah itu dapat dilestarikan. (Liputan6.com/ Immanuel Antonius)

Bertandang ke Pangkas Rambut Ko Tang

Sebelum Indonesia ini merdeka, Kakek Koh Pi Cis sudah melayani pria-pria yang ingin tampil gaya. Dari pria era kolonial Belanda, Jepang, hingga zaman sekarang ini.

Terletak di Gang Gloria. Sebuah gang sempit di kawasan Glodok. Pangkas rambut berlantai keramik putih selebar 6 meter itu agak susah ditemukan. Sesaknya gang dan bangunan tinggi di kiri kanan serta depannya membuat cahaya matahari tak sempurna menyinari gang tersebut.

Dari Jalan Pancoran Glodok, Gang Gloria berada di sebelah kanan, di samping gedung yang belum rampung. Kawasan ini masuk dalam wilayah Petak Sembilan, Jalan Pintu Besar Selatan 3, dekat dengan Pasar Pancoran, Glodok, Jakarta Barat. Atau, jika ragu, bertanyalah pada pedagang sekitar.

Dinding tempat ini berwarna biru tua. Ada dua jendela kaca yang bertuliskan "Pangkas Rambut Ko Tang". Tempat ini berderet dengan kedai Kopi Es Tak Kie yang legendaris.

Ketika masuk ke dalam pangkas rambut itu, seorang perempuan paruh baya yang duduk di meja kasir akan menatap penuh tanya. Tentunya jika Anda pelanggan baru.

"Antara pelanggan, karyawan, pemilik hingga tukang potongnya sudah serupa keluarga, saling mengenal dengan dekat satu sama lain," kata perempuan tersebut, Ncik Yeye (46), pada Liputan6.com saat pertama kali berkunjung.

Di dalamnya, ada seperangkat alat cukur rambut lama, empat kaca besar, dua kursi, dan satu kursi pangkas rambut klasik bermerek Belmont keluaran tahun 1950 akhir. Selain itu ada tiga lampu sorot dan dua westafel disinari lampu kuning redup.

"Koh Pi Cis-nya masih lama, mau menunggu atau balik lagi siang nanti?" tanya Ncik Yeye yang sudah belasan tahun bekerja dengan keluarga Tionghoa Po Kin Tien.

 

Seiring berjalannya waktu, pelanggan Kedai Ko Tang kian berkurang. Kebanyakan anak muda lebih memilih salon modern ketimbang salon berusia tertua di Jakarta tersebut. (Liputan6.com/ Immanuel Antonius)

Setelah menunggu beberapa jam, seorang pria lanjut usia memegangi tongkat kayunya membuka pintu. 

"Pagi, Koh," ucap Ncik Yeye dengan senyum di bibirnya.

"Ya," jawab pria yang rambutnya sudah putih semua.

Ncik Yeye berbisik. "Ini langganan paling lama, dia gak mau dianggap lemah walau sudah tua, karena itu tak usah dibantu pas masuk tadi," kata dia dengan suara sangat pelan.

Kopi Susu

Seorang wanita muda mengetuk pintu pangkas Ko Tang. Ia membawa baki, satu gelas kopi susu panas mengepul asapnya. Kopi itu ditaruh di meja tunggu.

Pria lansia tadi, tak mau diganggu. Ia asyik membaca koran kemarin, sesekali ia menyeruput kopi susu.

Lalu, tiga pria tua lain masuk. Mereka saling mengenal. Obrolan seputar anak, cucu dan usaha masing-masing mengalir cair. Sesekali lelucon soal pemerintah mereka selipkan dalam obrolan itu. 

"Semua saling kenal, karena sering bertemu selama puluhan tahun saat menunggu antrean cukur," jelas Ncik Yeye.

Dua tukang cukur datang. Satu orang plontos kepalanya, sedang Pi Cis tetap dengan potongan rambut gaya lama.

"Sudah lama?" tanya Pi Cis.

Meski pelanggan setia menunggu sejak tadi. Antrean tetap jadi prioritas. Pi Cis merasa aneh. Sudah lama ia tak dapat pelanggan yang berusia muda.

"Jarang anak muda ke sini," kata Pi Cis, ia menyibakkan kain bersih berwarna putih. Sebuah handuk hangat kering ia taruh di leher. Kain putih lalu dipakaikan untuk menutupi baju.

"Mau potong model apa?" tanya dia.

2 dari 3 halaman

Tradisi Sejak 80 Tahun lalu

Sembari memotong rambut, Pi Cis dengan rinci menerangkan berbagai kegunaan alat potong rambut manual. Dari besi yang pakai capit, alat potong yang memakai silet di dalamnya, hingga minyak yang dipakai untuk memperhalus bunyi mesin potong rambut.

"Terakhir alat-alat itu dipakai tahun 1998, setelah itu kami pakai mesin potong listrik, sudah nggak dipakai lagi, kecuali ada yang mau dipotong pakai alat itu," terang Pi Cis.

Tak terasa Pi Cis hampir menyelesaikan kerjanya, suasana yang tenang, riuhnya pasar redam oleh pintu kaca Pangkas Rambut Ko Tang.

Selain Pi Cis, ada dua tukang cukur lainnya. A Pauw, dan Ji Sin. Hanya mereka bertiga yang tersisa, sebelumnya ada 11 orang tukang cukur di pangkas rambut Ko Tang ini.

Usai dipotong, Liputan6.com diarahkan ke sebuah westafel. Ada bangku di sana. Setiap orang yang selesai dipotong rambutnya harus menundukkan kepala, dan membungkukkan badan untuk membilas rambut. Aliran air dingin segar mengalir di kepala, terus ke dahi.

"Beda dengan cuci rambut di salon lainnya, sudah begini sejak dulu," kata Pi Cis.

Pangkas Rambut Ko Tang (Liputan6.com/ Muslim AR)

Ilmu Korek Kuping dari Tiongkok

Ada layanan tak biasa yang dimiliki Pangkas Ko Tang. Layanan yang tak Anda temui di berbagai tempat pangkas lainnya. Layanan ini disebut pelanggannya dengan nama layanan korek kuping.

Ia tak mau asal menawarkan layanan korek kuping andalan Pangkas Rambut Ko Tang. Selain prosesi korek kuping yang hanya dinikmati pelanggan membutuhkan waktu lama, belum lagi tak semua orang suka dengan layanan ini. Ada yang beralasan soal kesehatan dan lainnya.

Namun, layanan korek kuping ini tak asal-asalan. Tekniknya  sudah berusia puluhan tahun, hanya dilakukan profesional dan berasal dari Tiongkok.

Di Pangkas Rambut Ko Tang, cuma tiga orang yang mampu melakukannya. Sebelumnya, ada 11 orang, tapi mereka sudah meninggal dunia.

"Ini yang tak bisa diajarkan ke sembarang orang, saya generasi ketiga," terang Pi Cis.

Meski banyak karyawan yang silih berganti, tukang cukur yang dididik dengan cara kekeluargaan. Tetap saja, teknik korek kuping ini tak diajarkan ke sembarang orang. Karena menurut Pi Cis, teknik ini sangat langka dan hanya ada di Pangkas Ko Tang.

Korek kuping, bukan sekadar membersihkan bagian dalam kuping saja. Pi Cis juga membersihkan bagian daun telinga hingga rongga lubang telinga setiap pelanggan setianya atau bila layanan ini diminta.

Lima buah besi bulat kecil, dan satu pinset. Alat ini dirancang khusus, dua besi bulat kecil ini misalnya, di setiap ujung besi berbalut kapas. Sedang dua besi bulat lainnya memiliki ujung berupa sikat.

"Ini kami bikin sendiri, sudah begini sejak pangkas rambut ini ada," terang Pi Cis.

Setelah potong rambut dan korek kuping selesai, uang Rp 80.000 pun dibayarkan. Bila hanya potong rambut, tarif yang dikenakan di Ko Tang adalah Rp 50.000.

3 dari 3 halaman

Membawa Hoki?

Banyak yang percaya, pangkas rambut Ko Tang ini punya peruntungan. Bahkan, peruntungannya bisa menular hingga ke pelanggan.

Boleh percaya boleh tidak, namun memang pangkas rambut ini selamat dari kebakaran besar di Gang Gloria pada 2009 lalu.

"Sudah beberapa kali kebakaran sih," kata Pi Cis.

Ia juga pernah mencukur rambut Jokowi. Orang nomor satu di republik ini. Jokowi merupakan salah seorang pelanggan saat mencalonkan jadi Gubernur Ibu Kota dan maju dalam Pilpres 2014.

"Sejak 2012 Pak Jokowi sudah potong rambut di sini. Sekarang sudah nggak datang lagi," kata Pi Cis sembari menunjukkan beberapa foto dirinya dan Jokowi yang selesai potong rambut di berbagai kesempatan.

Pangkas Rambut Ko Tang sering disambangi pejabat (Liputan6.com/ Muslim AR)

Selain Jokowi, Wakil Gubernur nonaktif DKI Jakarta yang kini jadi wakil cagub DKI Djarot Saiful Hidayat juga jadi pelanggan tetap pangkas rambut Ko Tang.

"Pak Djarot pelanggan tetap kami," kata Pi Cis.

Dan baru-baru ini, calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno juga pernah mencukur rambutnya di Pangkas Rambut Ko Tang, kira-kira sepekan sebelum penetapannya sebagai calon wakil kepala daerah dari Partai Gerindra.

Semua peralatan pangkas, masih kuno. Westafel dan beberapa peralatan lainnya bahkan berusia lebih tua kusen pintu pangkas rambut itu.

Para pelanggan Ko Tang, adalah pria-pria berusia lanjut dan sangat fanatik. Mereka berasal dari berbagai daerah. Bahkan, menurut Pi Cis ia punya pelanggan tetap yang kini berdomisili di Surabaya. Namun, tetap rajin singgah ke Ko Tang untuk potong rambut dan mengorek kupingnya.

Sandiaga Uno menyambangi pangkas rambut di Gang Gloria, Glodok. (Liputan6.com/Muslim AR)

Senjakala Pangkas Rambut Tertua

Berjalannya waktu, banyak yang tidak lagi suka gaya cukur lama. Pria metroseksual tak banyak yang singgah di pangkas rambut Ko Tang. Pi Cis mengakuinya.

Antara mempertahankan tradisi, kenyamanan langganan, kualitas dan jati diri. Pangkas rambut Ko Tang harus berhadapan dengan omzet yang terus turun setiap tahun.

Dia mengatakan, keadaan sudah. Saat masa jaya, ada yang harus memesan lebih awal. "Kalau bicara sekarang mah, 10 saja sudah banyak," cerita Pi Cis.

Meski begitu, Ko Tang tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi pelanggan. Meski tak lagi banyak yang ingin menikmati potong rambut. Sebab di luar sana, banyak salon dan kios pangkas rambut yang menawarkan berbagai gaya, harga, dan kecepatan memotong rambut.