Liputan6.com, Humbang Hasundutan: Dolok Sanggul mencekam. Ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara, masih sepi dari aktivitas warga, Rabu (26/5). Mereka takut pascakerusuhan yang terjadi Senin silam.
Sepanjang Selasa hingga Rabu dinihari, suasana Dolok Sanggul lengang. Sebagian besar toko di tengah kota tutup. Belum banyak pegawai yang masuk kantor. Sebaliknya, ban yang dibakar pendukung pasangan Saut Simamora dan Parlaungan Lumbantoran masih berserak di tengah jalan. Sejumlah polisi yang berjaga di sejumlah titik membuat kota ini kian mencekam.
Kerusuhan yang terjadi di Dolok Sanggul berawal ketika ribuan pendukung Saut-Parlaungan berunjuk rasa di DPRD Humbang Hasundutan. Mereka meminta pasangan ini diikutsertakan dalam pemilihan bupati dan wakil bupati [baca: Calon Bupati Tak Lolos, Pendukung Anarkis]
Tak hanya berunjuk rasa, massa yang marah juga merusak Gedung DPRD Humbang Hasundutan dan rumah warga. Sedikitnya, enam rumah dan empat kantor rusak. Sebanyak 25 pengunjuk rasa dan polisi juga cedera dalam amuk massa ini. Polisi menetapkan status siaga di Dolok Sanggul. Enam warga yang diduga sebagai pelaku perusakan ditangkap. Bahkan, dua di antaranya dijemput paksa dari rumah mereka. Penangkapan ini membuat anggota keluarga protes dan menangis.
Ketua KPU Humbang Hasundutan Cosmas Manalu mengungkapkan, pasangan Saut dan Parlaungan tak diikutkan dalam pilkada karena dinyatakan tak lolos verifikasi. Namun, PTUN Medan memenangkan gugatan pasangan itu terhadap KPU Humbang Hasundutan, 10 Mei silam. Atas putusan tersebut, KPU Humbang Hasundutan masih menunggu petunjuk dari KPU Pusat, padahal waktu kampanye pemilihan bupati sudah dimulai Selasa kemarin.
Waktu kampanye dan jadwal pilkada inilah yang membuat pendukung Saut-Parlaungan marah. Mereka meminta calon bupatinya bisa ikut pemilihan. Terlebih, pemungutan suara akan dilakukan sebentar lagi, yakni 9 Juni mendatang. Massa berjanji akan kembali berunjuk rasa apabila jagoannya tetap tak diikutsertakan dalam pemilihan.(ULF)
Sepanjang Selasa hingga Rabu dinihari, suasana Dolok Sanggul lengang. Sebagian besar toko di tengah kota tutup. Belum banyak pegawai yang masuk kantor. Sebaliknya, ban yang dibakar pendukung pasangan Saut Simamora dan Parlaungan Lumbantoran masih berserak di tengah jalan. Sejumlah polisi yang berjaga di sejumlah titik membuat kota ini kian mencekam.
Kerusuhan yang terjadi di Dolok Sanggul berawal ketika ribuan pendukung Saut-Parlaungan berunjuk rasa di DPRD Humbang Hasundutan. Mereka meminta pasangan ini diikutsertakan dalam pemilihan bupati dan wakil bupati [baca: Calon Bupati Tak Lolos, Pendukung Anarkis]
Tak hanya berunjuk rasa, massa yang marah juga merusak Gedung DPRD Humbang Hasundutan dan rumah warga. Sedikitnya, enam rumah dan empat kantor rusak. Sebanyak 25 pengunjuk rasa dan polisi juga cedera dalam amuk massa ini. Polisi menetapkan status siaga di Dolok Sanggul. Enam warga yang diduga sebagai pelaku perusakan ditangkap. Bahkan, dua di antaranya dijemput paksa dari rumah mereka. Penangkapan ini membuat anggota keluarga protes dan menangis.
Ketua KPU Humbang Hasundutan Cosmas Manalu mengungkapkan, pasangan Saut dan Parlaungan tak diikutkan dalam pilkada karena dinyatakan tak lolos verifikasi. Namun, PTUN Medan memenangkan gugatan pasangan itu terhadap KPU Humbang Hasundutan, 10 Mei silam. Atas putusan tersebut, KPU Humbang Hasundutan masih menunggu petunjuk dari KPU Pusat, padahal waktu kampanye pemilihan bupati sudah dimulai Selasa kemarin.
Waktu kampanye dan jadwal pilkada inilah yang membuat pendukung Saut-Parlaungan marah. Mereka meminta calon bupatinya bisa ikut pemilihan. Terlebih, pemungutan suara akan dilakukan sebentar lagi, yakni 9 Juni mendatang. Massa berjanji akan kembali berunjuk rasa apabila jagoannya tetap tak diikutsertakan dalam pemilihan.(ULF)