Liputan6.com, Grobogan: Peduli pendidikan tidak harus dilakukan oleh orang berpendidikan tinggi. Di Grobogan, Jawa Tengah, seorang pria lulusan pondok pesantren memiliki kegigihan dalam memajukan pendidikan di desanya yang jauh dari perkotaan. Dengan biaya pribadi, ia mendirikan sebuah perpustakaan sederhana.
Niam Syukri namanya. Warga Desa Peting, Kecamatan Kradenan, Grobogan itu mendirikan Pondok Baca As-Shoeffah. Perpustakaan sederhana yang didirikan sejak 2007 lalu itu memiliki koleksi 1.400 buku.
Memang untuk ukuran perpustakaan, jumlah koleksi itu belum seberapa. Namun usaha Niam patut diacungi jempol dan layak dijadikan inspirasi. Sebab buku-buku itu dibeli dengan tabungan hasil jerih payahnya berjualan sayur di rumah. Karena keterbatasan biaya, awalnya banyak buku yang dibeli di pasar loak.
Kini, meski bangunannya sangat sederhana, pondok baca ini sudah memiliki komputer yang dimanfaatkan untuk data peminjam buku. Saat ini anggota pondok baca bahkan sudah mencapai 300 orang.
Tidak ada kepuasan lain bagi Niam selain melihat warga desa semakin maju dalam bidang pendidikan. As-Shoeffa yang memiliki banyak koleksi buku cerita bergambar memacu semangat anak-anak untuk semakin gemar membaca. Sementara anak-anak desa yang putus sekolah, masih tetap bisa belajar di pondok baca karena banyak tersedia buku pelajaran sekolah.
Tak hanya peduli terhadap kemajuan pendidikan di desanya, Niam juga sangat peduli dengan kemajuan informasi di desanya yang selama ini tidak pernah terjangkau oleh surat kabar. Dengan tulus, Niam mendirikan koran dinding di pinggir sawah. Tujuannya supaya warga yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani tidak buta informasi.
Penjualan sayur mayur di rumah kini dipegang sang istri. Namun Niam tidak berhenti hanya di As-Shoeffa. Setiap sore, kecuali Jumat, ia menggelar perpustakaan keliling ke desa-desa yang tidak pernah terjangkau oleh informasi.
Bermodal sepeda motor yang dilengkapi keranjang, Niam membawa berbagai judul buku. Biasanya Niam menggelar buku-bukunya di masjid dan membiarkan warga
memilih dan membaca buku sesuka hatinya. Luar biasa.(TES/YUS)
Niam Syukri namanya. Warga Desa Peting, Kecamatan Kradenan, Grobogan itu mendirikan Pondok Baca As-Shoeffah. Perpustakaan sederhana yang didirikan sejak 2007 lalu itu memiliki koleksi 1.400 buku.
Memang untuk ukuran perpustakaan, jumlah koleksi itu belum seberapa. Namun usaha Niam patut diacungi jempol dan layak dijadikan inspirasi. Sebab buku-buku itu dibeli dengan tabungan hasil jerih payahnya berjualan sayur di rumah. Karena keterbatasan biaya, awalnya banyak buku yang dibeli di pasar loak.
Kini, meski bangunannya sangat sederhana, pondok baca ini sudah memiliki komputer yang dimanfaatkan untuk data peminjam buku. Saat ini anggota pondok baca bahkan sudah mencapai 300 orang.
Tidak ada kepuasan lain bagi Niam selain melihat warga desa semakin maju dalam bidang pendidikan. As-Shoeffa yang memiliki banyak koleksi buku cerita bergambar memacu semangat anak-anak untuk semakin gemar membaca. Sementara anak-anak desa yang putus sekolah, masih tetap bisa belajar di pondok baca karena banyak tersedia buku pelajaran sekolah.
Tak hanya peduli terhadap kemajuan pendidikan di desanya, Niam juga sangat peduli dengan kemajuan informasi di desanya yang selama ini tidak pernah terjangkau oleh surat kabar. Dengan tulus, Niam mendirikan koran dinding di pinggir sawah. Tujuannya supaya warga yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani tidak buta informasi.
Penjualan sayur mayur di rumah kini dipegang sang istri. Namun Niam tidak berhenti hanya di As-Shoeffa. Setiap sore, kecuali Jumat, ia menggelar perpustakaan keliling ke desa-desa yang tidak pernah terjangkau oleh informasi.
Bermodal sepeda motor yang dilengkapi keranjang, Niam membawa berbagai judul buku. Biasanya Niam menggelar buku-bukunya di masjid dan membiarkan warga
memilih dan membaca buku sesuka hatinya. Luar biasa.(TES/YUS)