Liputan6.com, Semarang: Di Gang Warung, Kampung Pecinan, Kota Semarang, pria setengah baya bernama Tan Eng Tiong yang akrab dipanggil Suharto Martanto ini mencoba terus bertahan dengan keahlianya sebagai pelukis tradisional Cina.
Suharto merupakan salah satu pelukis tradisonal Cina di Semarang yang bertahan. Dengan melukis inilah dia mencoba tetap hidup sekaligus mempertahankan tradisi nenek moyang yang mulai luntur.
Dari cara ia melukis, dengan tinta bak atau tinta Cina, Tan Ek Tiong sangat terampil dengan pakem tradisional Cina yang tidak bergeser. Saat memasuki ruang lukisan, pengunjung seolah berada di Cina.
Sepertinya kita bisa banyak belajar dari sosok Tan Eng Tiong. Puluhan tahun di Indonesia tapi tetap teguh bisa mempertahankan budaya. Dari tangannya dihasilkan lukisan Cina yang bernilai tinggi. Cara sederhana mempertahankan budaya.(JUM)
Suharto merupakan salah satu pelukis tradisonal Cina di Semarang yang bertahan. Dengan melukis inilah dia mencoba tetap hidup sekaligus mempertahankan tradisi nenek moyang yang mulai luntur.
Dari cara ia melukis, dengan tinta bak atau tinta Cina, Tan Ek Tiong sangat terampil dengan pakem tradisional Cina yang tidak bergeser. Saat memasuki ruang lukisan, pengunjung seolah berada di Cina.
Sepertinya kita bisa banyak belajar dari sosok Tan Eng Tiong. Puluhan tahun di Indonesia tapi tetap teguh bisa mempertahankan budaya. Dari tangannya dihasilkan lukisan Cina yang bernilai tinggi. Cara sederhana mempertahankan budaya.(JUM)