Sukses

Misteri Terbunuhnya Mahasiswi Esa Unggul

Tri Ari Yani Puspo Arum (22) ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya di Jalan H Asmat Ujung, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Liputan6.com, Jakarta - Warga Jalan H. Asmat Ujung, Perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat, mendadak riuh pada Senin pagi, 9 Januari kemarin. Sesosok jasad berlumuran darah dibopong ke sebuah mobil. Tak berselang lama, belasan polisi mendatangi lokasi yang merupakan rumah kontrakan. Jaraknya hanya 100 meter dari dari kantor Kelurahan Kebon Jeruk.

Jasad tersebut adalah Tri Ari Yani Puspo Arum (22), mahasiswi jurusan Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta. Arum, sapaan Tri Ari Yani Puspo Arum, diduga tewas karena dibunuh. Di tubuhnya ditemukan dua luka tusuk di leher. Ceceran darah juga tertinggal di kusen pintu, lantai, tembok kamar, dan tangga.

"Dugaan sementara korban pembunuhan," ujar Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk, AKP Andry S. Randotama, pada Liputan6.com, Senin, 9 Januari 2017.

Jasad Arum pertama kali ditemukan Zainal Abidin, yang merupakan kekasih Arum. Pagi itu, seperti biasanya Zainal mengucapkan selamat pagi. Ia mengingatkan sang kekasih agar semangat menghadapi hari Senin.

Zaenal dan korban sempat berbicara di telepon pada pagi itu. Namun, ketika kembali menghubungi korban saat akan berangkat kerja, telepon Zainal tidak mendapat respons. Mendadak nomor telepon Arum tak lagi bisa dihubungi. Dia pun curiga.

"Kan, biasanya dia duluan datang. Di telepon enggak aktif. Saya pikir ketiduran. Terus perasaan saya enggak enak, enggak nyaman. Langsung saya samperin, sekitar pukul 08.30 WIB," ujar Zainal usai diperiksa polisi di Mapolsek Kebon Jeruk, Senin, 9 Januari 2017.

Zainal pun menceritakan kemesraan terakhirnya dengan Arum pada pagi itu.

"Saat ditelepon, dia (Arum) bilang, 'Sayang, bangun'. Terus saya jawab, 'Tadi kan saya WhatsApp, baca saja'. Dia bilang, 'Ya sudah'," kata Zainal.

Itu adalah komunikasi terakhir mereka. Setelah itu, kecurigaan Zainal menjadi pengungkap petaka.

Karena tak ada jawaban saat menghubungi kembali nomor telepon Arum. Zainal mendatangi kosan Arum. Saat tiba, Zaenal makin curiga karena pintu kamar tidak terkunci. Dia mengetuk pintu dua kali, tetapi tak ada jawaban. Zainal pun memaksa masuk ke kamar kontrakan yang ada di lantai dua itu.

Di dalam kamar, Zainal melihat Arum berlumuran darah. Perempuan belum lama dia hubungi sekarat. Zainal bergegas mendekati Arum, ia pegang pergelangan tangan Arum. "Mungkin masih bernyawa," duga Zainal, seperti keterangannya ke polisi.

"Saya lihat dia sudah tergeletak di dekat kamar mandi. Saya lihat ada dua lubang di sini (menunjuk punggung). Saya enggak lihat yang di leher," ujar Zainal.

Zainal panik, ia langsung melihat telepon genggamnya. Ia mencari nama teman-teman Arum yang bisa dihubungi.

"Pikiran saya cuma Hernita (sahabat Arum). Saya telepon dia, suruh ambil mobil. Saya enggak bisa angkat, minta bantuan orang Nigeria tadi bawa ke mobil," kata Zainal.

2 dari 4 halaman

Tetangga Kamar Dengar Teriakan

Kepanikan Zaenal mengundang kedatangan tetangga kamar Arum. Ezeugwu Clivert (31), warga negara Nigeria yang menjadi tetangga kamar korban, membantu membopong tubuh Arum ke dalam mobil.

Usai menolong, Clivert (31) mengaku sempat mendengar teriakan. Namun, ia tak tahu siapa yang berteriak.

"I just hear sound two sound, one high, and one a low sound and low tune like mmrrrggghh," ujar Clivert yang ditemui Liputan6.com di Polsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin, 9 Januari 2017.

Pintu kamar Clivert pertama kali diketuk oleh Zainal Abidin. Zainal, kata Clivert, meminta pertolongan dari dirinya. Saat itu ia tengah asyik menelepon.

"I came with her friend, her boy friend (ke dalam kamar Arum) and then her body (Arum), so I bring to the car," jelas Clivert menerangkan bagaimana ia membantu teman-teman Arum membawa jenazahnya ke dalam mobil.

Setelah membawa mayat Arum yang berlumuran darah. Clivert lalu menukar baju berdarah itu dengan baju baru dan ia langsung dibawa ke kantor polisi.

Dugaan sementara, pembunuhan Arum terjadi dalam rentang pukul 07.00 hingga pukul 08.00 WIB. Hernita Amalliyah, teman korban, mengaku masih sempat menelepon Arum sekitar pukul 07.00 WIB, begitu pula dengan Zainal.

Sedangkan Clivert terakhir tengah menelepon pacarnya pada pukul 08.15 WIB. Lalu, tiba-tiba pintu kamar Clivert diketuk. Telepon pun ia hentikan. Seseorang meminta tolong.

"You can check my phone, its about 08.15 or 08.40 in my phone," ujar Clivert.

Clivert mengaku mendengar Arum adu mulut dengan seorang perempuan.

"I just hear sound two sound of girl, one high and one low sound and low tune. I hear two sound," kata dia.

Clivert tak terlalu ingat jam berapa ia mulai bangun dan menjawab telepon dari pacarnya. Saat menelepon itulah dia mendengar suara itu dari balik kamarnya yang bersebelahan dengan kamar korban.

"I dont know who the suspect, I just hear two sound," terang Clivert.

Baru Mengontrak

Meninggalnya Tri Ari Yani Puspo Arum atau Arum (22) membuat Ketua RT 08  Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jayadi kaget. Ia diminta polisi menyaksikan sebuah penggeledahan di kamar kontrakan.

"Banyak darah di tembok sebelah kanan," ujar Jayadi kepada Liputan6.com di lokasi penemuan jasad mahasiswi Esa Unggul tersebut, Senin, 9 Januari 2017.

Jayadi menggambarkan apa yang dia lihat di dalam kamar tempat pembunuhan pada wanita berusia 22 tahun, Senin pagi itu.

Selain di tembok, Jayadi juga melihat bercak darah di dipan yang sudah berantakan. Tak sempat melihat sisi kamar lainnya, Jayadi disuruh menepi. Ada seekor anjing pelacak yang masuk kamar kontrakan Arum.

"Banyak darah, darah di tembok dan lantai. Ada anjing pelacak saya disuruh minggir. Darahnya di sebelah kanan saat buka pintu," ujar Jayadi.

Selaku Ketua RT, Jayadi mengaku tak tahu menahu jika ada warga baru yang mengontrak. Ia menyesalkan pemilik kontrakan yang tak melaporkan adanya penghuni baru.

"Enggak ada laporan, saya aja baru tahu, kalau kontrakannya sudah bisa ditempatin," terang Jayadi.

Kontrakan dua lantai, enam kamar itu memang baru selesai dibangun. Masih ada beberapa material yang akan dipasang tergeletak di sudut tangga.

3 dari 4 halaman

Polisi Dalami Motif

Dalam penyidikan sementara, polisi masih memeriksa para saksi. Namun, untuk keterangan sementara polisi mendapati petunjuk bahwa ada barang korban yang hilang dari dalam kamar. Entah itu terjadi saat pembunuhan atau setelah Arum dibawa ke rumah sakit.

"Keterangan saksinya ada barang korban yang hilang, tapi kami masih telusuri kebenarannya," ucap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Eko Hadi Santoso, Senin, 9 Januari 2017.

Dengan adanya barang hilang tersebut, polisi menjadi memperlebar asumsi, orang-orang yang dicurigai, dan memperlebar penyidikan soal aksi perampokan.

Namun, menurut hasil indentifikasi dan olah tempat kejadian perkara awal terhadap beberapa harta benda korban yang hilang seperti laptop, telepon genggam dan dompet korban. Kejadian tersebut bisa diduga sebagai kasus perampokan murni. Namun, dengan luka serupa itu bisa jadi pembunuhan terencana.

"Kami belum bisa memastikan, bisa saja untuk mengaburkan perbuatannya, pelaku menghilangkan barang-barang korban untuk menyamarkan pembunuhan," kata Eko.

Dugaan pembunuhan ini diperkuat oleh keterangan Clivert. Warga negara Nigeria itu di malam sebelumnya melihat Arum bersama orang yang mencurigakan. Orang mencurigakan itu dilihat sehari sebelum Arum ditemukan tewas dengan luka tusuk.

"Tanggal 8 Januari (2017), dia melihat si korban ngobrol dengan seorang pria. Pertama pukul 16.32, lalu pergi keluar. Kemudian pukul 17.42 pas dia balik. Lelaki itu masih ada," kata Eko menirukan ucapan Clivert saat diperiksa di Polsek Kebon Jeruk.

Clivert menyebut ciri-cirinya pria tersebut memiliki codet di sekitar mulutnya. Dia terlihat berbincang dengan korban.

"Si pria di depan kamar, si korban di dalam. Sepertinya korban tidak mau dia masuk ke dalam. Sepertinya saling mengenal," ujar Eko mengulang keterangan Clivert.

Saat ditemukan, Arum diketahui punya dua luka tusuk di bagian leher. Inilah yang membuat darah mengucur deras. Di lantai kamar kontrakan Arum, darah berceceran hingga tangga dan sepeda motor yang terparkir.

Menurut Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk AKP Andry S. Randotama, polisi masih mendalami penyebab kematian korban.

Andry yang menunggu hasil autopsi korban di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan hasil autopsi sudah ia terima. Namun, ia masih menunggu hasil lengkapnya.

"Hasil autopsi sementara sudah keluar, tapi belum bisa saya sampaikan. Tapi kalau dua luka tusuk di bagian leher itu benar dan juga ada beberapa bekas luka perlawanan," ucapnya.

Andry menyebut dari hasil autopsi awal, korban sempat melakukan perlawanan. Polisi masih terus memeriksa beberapa saksi-saksi dan menunggu hasil autopsi selanjutnya guna mengetahui pelaku dan motif di balik tewasnya Tri Ari Yani Puspo Arum.

4 dari 4 halaman

Sosok Baik dan Pintar


Tri Ari Yani Puspo Arum (22), mahasiswi Universitas Esa Unggul, ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya di Jalan H. Asmat Ujung, Perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat. Arum, sapaan akrabnya, meregang nyawa dengan dua lubang menganga di leher.

Selain tercatat sebagai mahasiswi di Universitas Esa Unggul, Arum juga bekerja paruh waktu sebagai sales enginer di PT Metropolitan Bayu Industri, sebuah perusahaan yang menjual beragam pengatur suhu ruangan (AC).

Kepala HRD PT Metropolitan Bayu Industri Jamal Iqbal mengatakan, Arum dikenal sebagai sosok yang baik dan cerdas. Ia diketahui baru lulus pendidikan D3 di Politeknik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan melanjutkan pendidikan S1-nya di Universitas Esa Unggul.

"Baik, pintar, gigih, dia baru lulus Politeknik D3 Jurusan Elektro di UNJ, terus dia sekolah lagi di Esa Unggul, sambil kerja," kata Iqbal di Mapolsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin, 9 januari 2017.

Iqbal menuturkan Arum merupakan anak ketiga di keluarganya. "Anak ketiga. Anak pertama cowok di Kalimantan, satu lagi cewek. Dia anak ketiga," ucap Bayu.

Sri Ratna (53), ibunda Arum, tak menduga kalau anak ketiganya tewas dengan cara mengenaskan di dalam kosannya.

Sri mengaku dapat kabar kalau anak bungsunya tewas dari seorang saksi bernama Zaenal. Zaenal yang merupakan kekasih Arum, kata dia, menghubunginya melalui sambungan telepon dan menyampaikan kabar kalau Arum tewas dengan luka tusuk di bagian leher dan punggung.

"Zaenalnya telepon kalau Arum berdarah dan dibawa ke Rumah Sakit Siloam. Sampai Siloam dokter bilang Arum meninggal kerena ada luka tusuk, bukan karena sakit," kata Sri, Senin, 9 Januari.

Menurut dia, anak ketiganya itu tidak pernah memiliki masalah dengan siapa pun. Itu sebabnya Sri mengaku kaget kalau anaknya tewas dengan kondisi luka tusuk. Ia berharap aparat kepolisian bisa segera meringkus pelaku yang membunuh Arum.

"Saya harap polisi bisa mengungkap kasus ini. Anaknya baik, pendiam, dan enggak banyak omong," tutur Sri sambil menangis.

Dia menerangkan, sebelum kejadian, pada Sabtu, 7 Januari 2017, Arum menyempatkan diri pulang ke rumahnya di Jakarta Timur, di Kampung Dukuh tepatnya.

"Dia main ke sini (Kampung Dukuh) terus pulangnya hari Minggu pukul 13.00 WIB siang," cerita Sri.

Dia mengatakan, putri bungsunya bekerja di sebuah perusahaan kontraktor AC sambil berkuliah di Esa Unggul. Karena jauh bekerja, dia akhirnya memilih kos di Kebon Jeruk, tidak jauh dari perusahaannya.

"Arum rumahnya kan di Kampung Dukuh, Jakarta Timur, makanya kejauhan kalau harus bolak-balik ke sana. Dia pilih ngekos saja dekat tempat kerjanya. Dia lagi nerusin S1-nya di Esa Unggul. Arum ambil teknik industri. Dia itu baru lulus kuliah dari PNJ dia D3 Teknik Elektro," tandas Sri.