Liputan6.com, Jakarta - Taruna tingkat 1 Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Amirullah Aditya Putra atau Amir meregang nyawa usai dianiaya seniornya. Perlakuan bully dan kekerasan ke korban diduga tidak baru kali saja terjadi.
Kekasih Amir, Amira mengaku sering berjumpa Amir dengan keadaan lemas. Dirinya pun sering melihat beberapa luka lebam di tangan, dada dan perut korban. Namun Amir selalu menutupi dan tak pernah mengakui soal bekas luka-luka yang mewarnai tubuhnya.
"Selama ini dia enggak pernah ngeluh dipukulin. Saya ketemu dia tuh kadang ada bekas luka di tangan kan kelihatan agak memar gitu. Tapi dia selalu bilang enggak apa-apalah," kata Amira sambil sesenggukan, di rumah korban, Warakas, Jakarta Utara, Rabu (11/1/2017).
Advertisement
Ia melanjutkan, suatu waktu dirinya mendesak kepada Amir agar bercerita soal aktifitasnya di STIP, namun lagi-lagi korban mengatakan di sekolah semuanya berjalan baik-baik saja.
"Enggak mau cerita. Katanya biasa saja enggak pernah bagaimana-bagaimana. Tapi ya curiga kan ada bekas luka-luka gitu," tambah dia.
Kakak korban, Amar menambahkan, sebelumnya Amir memang pernah bercerita soal bully dan penganiayaan yang dialaminya dari seniornya.
"Amir pernah cerita tentang luka lebamnya yang katanya dipukul seniornya," ujar Amar.
Berdasarkan hasil autopsi RS Polri Kramatjati dan diterima penyidik Polres Metro Jakarta Utara, Amirullah tewas lantaran menderita pendarahan di beberapa organ vitalnya.
"Ada bercak serapan darah/pendarahan di paru paru, jantung, dan kelenjar liur di usus," kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Awal Chairuddin di kantornya.
Ia melanjutkan, selain Amir, ada empat taruna STIP lainnya yang dianiaya secara bergantian. Keempat teman seangkatan Amir tersebut juga masih menjalani perawatan akibat pemukulan yang dilakukan oleh senior mereka.
"Keempat rekannya dalam keadaan luka, memar memar di tubuh," kata Awal.