Sukses

Ketum PKB Minta Kapolri Tindak Tegas Penghina Bendera Merah Putih

Muhaimin mengatakan, melecehkan bendera Merah Putih dengan menuliskan kalimat 'lailahailallah' adalah bentuk pemahaman Islam salah kaprah.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, meminta Polri menindak tegas pelaku yang menghina bendera Merah Putih saat aksi demonstrasi Front Pembela Islam (FPI) di depan Mabes Polri, Senin 16 Januari 2017.

"Soal pelecehan bendera Merah Putih, itu memang melanggar aturan. Maka tolong kepada Pak Kapolri untuk ditindak," kata Muhaimin dalam acara Musyawarah Pimpinan Nasional Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa di Bidakara, Jakarta, Kamis (19/1/2017).

Dalam acara yang turut dihadiri Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian itu, pria yang akrab disapa Cak Imin ini menilai, pelecehan bendera Merah Putih dengan menuliskan kalimat 'lailahailallah' adalah bentuk pemahaman Islam yang salah kaprah.

"Kemungkinan saking semangatnya. Dikira bendera Merah Putih ditulisi kalimat 'laillahailallah' itu bentuk Islam Nusantara, jadi salah kaprah dan salah tafsir," ujar Cak Imin.

Menurut dia, akhir-akhir ini umat Islam di Tanah Air memang tengah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang penuh dengan gairah.

Buktinya, kata dia, 85 persen jemaah umrah di Mekah dan Madinah beberapa pekan lalu adalah orang Indonesia.

Namun, kata dia, kegairahan perkembangan Islam di Tanah Air hendaknya disertai kecerdasan dalam berpikir, sehingga tidak salah memahami Islam.

"Jangan karena saking semangatnya malah jadi salah paham. Ada orang tidak percaya akhirat, malah marah. Ada yang berbeda pendapat, mengancam-ngancam. Ini kegairahan terhadap Islam yang salah, semangat yang tanpa arah," ujar Cak Imin.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum DKN Garda Bangsa, Cucun Ahmas Syamsurijal, mengatakan, sejauh ini organisasinya telah membentuk kelompok Garda Santri di seluruh perwakilan ranting Garda Bangsa, untuk memberikan pemahaman mengenai Pancasila dan kegamaan.

"Garda Bangsa berkomitmen untuk membendung hal-hal negatif, terutama terkait pemahaman radikalisasi," ucap Cucun.

Cucun menekankan, derasnya arus informasi dan globalisasi serta perkembangan teknologi belakangan ini telah membawa perubahan di tengah masyarakat. Perubahan yang dipahami secara salah kerap kali justru menghadirkan ancaman dan keresahan di tengah anak muda.