Liputan6.com, Jakarta Jurang kesenjangan antara si kaya dan si miskin di dunia semakin melebar. Menurut sebuah organisasi nirlaba, anti-globalisasi, Oxfam, delapan orang terkaya dunia memiliki jumlah harta yang senilai, bahkan lebih tinggi, dari jumlah pendapatan separuh penduduk bumi, yaitu 3,6 miliar orang.
Jauh berbeda dari tahun lalu, Oxfam mengatakan ada sekitar 62 orang terkaya dengan nilai setara pendapatan setengah penduduk bumi.Â
Sementara kekayaan delapan pria setara dengan 3,6 miliar orang, 1 dari 9 orang di dunia mengalami kelaparan setiap malamnya. Kala orang terkaya mengumpulkan pendapatannya dengan super dan menghasilkan triliuner pertama dalam 25 tahun, di sisi lain, 1 dari 10 orang di dunia masih berjuang hanya dengan pendapatan US$ 2 per hari atau setara Rp 26 ribu.
Advertisement
Baca Juga
Oxfam membeberkan fakta miris tersebut dalam Forum Ekonomi Dunia yang diselenggarakan di Davos, Swiss, sejak 17 Januari lalu. Namun, laporan itu dikritik oleh Mark Littlewood dari Institute of Economic Affairs. Oxfam dinilai seharusnya fokus dengan isu pemerataan kesejahteraan.
"Sebagai lembaga 'anti-kemiskinan', sangat aneh jika Oxfam bersinggungan dengan isu orang kaya," kata sang direktur jenderal lembaga think tank pasar bebas, seperti dikutip dari BBC, Senin 16 Januari 2017.
Kate Wright, kepala urusan eksternal Oxfam, membela organisasinya terkait dengan laporan mereka.
"Laporan ini justru menantang para elite politik dan ekonomi," kata Wright.
"Kita jangan berada di bawah ilusi Davos. Padahal pertemuan itu tak lain hanya membicarakan belanja bagi kaum elite," ujar dia.
Mewakili Oxfam, Wright mengatakan, kesenjangan ekonomi yang terjadi di dunia bisa berdampak negatif.
"Orang-orang marah dan mencari alternatif. Mereka merasa tertinggal, karena bagaimanapun mereka sudah bekerja keras, tetapi mereka tidak merasakan pertumbuhan bagi ekonomi negara mereka," ucap dia.
Lembaga amal itu menyerukan ekonomi yang lebih manusiawi, mendesak pemerintah untuk menindak penggelapan pajak, dan mengenakan pajak yang lebih tinggi pada orang kaya.
Mereka juga menginginkan para petinggi bisnis membayar pajak yang adil, dan mendesak perusahaan untuk membayar staf di atas upah rata-rata yang lebih tinggi dari ketentuan pemerintah.
Dalam laporan Oxfam yang berjudul "An Economy for the 99%", ada salah satu seruan ide kepada dunia, bahwa perekonomian seharusnya memberikan kebermanfaatan untuk 99 persen warga dunia, bukan 1 persennya saja.