Liputan6.com, Jakarta - Sekjen DPD Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta Novel Bamukmin merespons kabar mengenai adanya bendera Merah Putih yang dicoret dengan tulisan Arab dan silang pedang berwarna hitam saat aksi unjuk rasa pihaknya di depan Mabes Polri, Senin, 16 Januari 2017 kemarin. Novel mengaku dirinya mengetahui dan melihat keberadaan bendera tersebut.
Begitu melihat ada bendera yang tak sesuai di antara kerumunan massa aksi, Novel langsung mengamankannya. Namun, dia belum bisa memastikan apakah orang yang mengibarkan bendera tersebut merupakan peserta aksi.
"Kalau itu saya yang ngamanin. Kejadian bendera itu berkibar, anak ABG yang bawa. Dia enggak pakai baju koko, enggak pakai kopiah, enggak paham saya. Langsung saya suruh laskar amanin itu bendera," ujar Novel saat dikonfirmasi, Jakarta, Kamis (19/1/2017).
Advertisement
Novel menuturkan, pihaknya tidak sempat menginterogasi remaja yang membawa atribut bendera Merah putih yang dicoret itu. Sebab, saat itu dirinya tengah fokus menyampaikan aspirasi di depan Gedung Baharkam Mabes Polri.
"Pas begitu kita minta, enggak lama duduk, delegasi yang di dalam keluar, (massa) pada bubar. Kita enggak tahu itu anak ke mana lagi. Yang pasti itu bukan bendera FPI, LPI, GNPF," tegas dia.
Bendera tersebut langsung digulung dan diamankan tanpa koordinasi dengan kepolisian. FPI tak ingin keberadaan bendera Merah Putih yang dicoret tersebut justru berdampak negatif bagi aksi tersebut.
Novel curiga bendera tersebut sengaja dikibarkan penyusup di tengah-tengah massa aksi. Tujuannya yakni untuk merusak citra aksi yang dilakukan FPI, LPI, dan GNPF itu.
"Atribut yang amanin bukan polisi, tapi kita. Karena itu fitnah buat kita. Kita lagi konsentrasi mendengarkan orasi. Kita nggak mau terpecah konsentrasi dengan hal itu. Kita enggak tahu itu penyusup, intel, atau provokator," Novel memungkasi.