Liputan6.com, Bekasi - Keterbatasan diri tak membuat Elsa Salsabila (15) hanyut dalam keterpurukan. Siswi kelas 2 SMP yang menyandang disabilitas ini mampu menunjukkan prestasinya seperti siswa lain.
Bersama sejumlah temannya sesama penyandang disabilitas, Salsa, terlihat mahir menunjukkan potensi dirinya. Ia tergabung dalam pelajar Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tan Miyat, Bekasi.
Aksi pelajar dari PSBN ini berhasil menyabet piagam penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai Marching Band Pertama dengan Penyandang Tuna Netra di Indonesia.
Advertisement
Tak hanya itu, sejak dibentuk 6 bulan lalu, PSBN ini mampu memboyong sejumlah penghargaan kompetisi sekolah, baik tingkat kota maupun provinsi.
Seperti lagu 'Maju Tak Gentar' yang dimainkan mereka. Siapapun tidak akan menyangka jika Salsa dengan 15 kawannya adalah remaja-remaja berkebutuhan khusus.
Bahkan, walau tak mampu melihat dengan baik, aksi marching band mereka sungguh tak kalah sempurna. Dengan riang, Salsa dan teman-temanya mampu kompak mendendangkan nada dan gerak laras ciptaan Cornel Simanjuntak tersebut.
"Terakhir kita main di Cianjur, juara satu. Hanya kita yang Tuna Netra," kata Salsa, pemain alat musik marching bell, PSBN Tan Miyat Bekasi kepada Liputan6.com, Bekasi, Sabtu 21 Januari 2017.
Semangat Berkarya
Putri pasangan M. Nasir dan Ananda Helmi (almarhum) ini, menegaskan keterbatasan tak membuatnya patah semangat untuk berkarya. Ia dan teman lainnya justru tertantang untuk terus menggali potensi dirinya, sehingga dapat berperan di tengah masyarakat.
"Awalnya memang susah, karena tuts yang dipukul kecil dan rapat. Tapi, karena dikasih kesempatan terus sama guru, kita jadi mudah mainkan alat musiknya," jelas Salsa.
Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial tengah mengupayakan agar penyandang disabilitas bisa lebih berperan dalam pembangunan nasional. Caranya, dengan menggenjot kreativitas yang dimiliki kaum disabilitas agar lebih produktif dalam berkarya.
Bahkan menurut Sekretaris Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos, Kanya Eka Santi, pihaknya telah mengupayakan 39 panti di bawah naungan Kemensos agar produktif dan mampu menyumbang pemasukan berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
"Kami meyakini, semua yang memiliki masalah bukannya tidak berdaya," ucap Eka, saat melakukan kunjungan ke PSBN Tan Miyat Jalan H Moeljadi Djojomartono, Margahayu, Kota Bekasi.
Advertisement
Kegiatan Produktif
Ia menambahkan, beberapa pelatihan kreatif untuk menciptakan penyandang disabilitas menjadi insan mandiri dan produktif pun terus gencar dilakukan di seluruh panti yang ada di Indonesia.
Sebut saja, berbagai pelatihan vokasi seperti kelas multimedia, keterampilan komputer braille dan pemanfaatan internet, serta pelatihan ekonomi kreatif, seperti pembuatan kripik buah, keterampilan memijat dan kemampuan seni budaya terus diupayakan.
"Kami terus bekerja mengupayakan agar dari seluruh panti, ada kegiatan produktif yang kira-kira bisa dijual dan itu akan menjadi penerimaan negara bukan pajak, yang juga tidak hanya dikembalikan negara tapi mengasah mereka yang menerima manfaat untuk nanti setelah keluar panti bisa lebih produktif," jelas Eka.
Dengan bekal kemampuan tersebut, para penyandang disabilitas diharapkan dapat 'unjuk gigi' dengan mengukir prestasi serta berperan bagi masyarakat dan sesamanya.
"Kita harus terus menguatkan pikiran dan perasaan mereka, bahwa bukan berarti mereka tidak berdaya. Dengan bimbingan keterampilan yang sesuai keinginan dan kompetensi mereka, maka pengetahuan mereka tidak hanya bermanfaat untuk sekarang tapi buat mereka di hari yang akan datang," pungkas Eka.