Liputan6.com, Jakarta - Migrant Care resmi melaporkan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Politikus PKS ini dilaporkan terkait kicauaannya di twitter yang menyebut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebagai babu yang bekerja hingga ke luar negeri.
Bagi Migrant Care, kicauan Fahri telah merendahkan para TKI khususnya yang bekerja sebagai peker rumah tangga (PRT). Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah mengharapkan tiga hal dari laporannya ke MKD.
Pertama, ia berharap, MKD dapat memberikan teguran kepada Fahri Hamzah agar menjaga etika baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan serta ujaran-ujaran yang tertulisnya.
Advertisement
"Kedua, merekomendasikan untuk penggantian saudara Fahri Hamzah sebagai Ketua Tim Pengawas (Timwas) TKI DPR RI. Hal ini menjadi sangat penting karena sebagian besar buruh migran Indonesia adalah perempuan di mana sebagian besar bekerja sebagai PRT (Pekerja Rumah Tangga) migran, manusia dan profesi yang telah dilecehkan, dan direndahkan justru oleh ketua Timwas," beber Anis di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Jumat (27/1/2017).
Yang ketiga, ia melanjutkan, adalah mempertimbangkan posisi Fahri Hamzah sebagai Wakil Ketua DPR RI.
"Karena DPR pihak yang justru gagal memproteksi buruh migran, di mana revisi UU TKI yang harusnya 7 tahun lalu masuk prioritas Prolegnas mangkrak di sini karena kinerja mereka. Salah satunya saudara Fahri yang mindset-nya sangat merendahkan profesi buruh migran di luar negeri," tutur Anis.
Sebelumnya, cuitan Fahri Hamzah di Twitter memang telah ramai dibahas di media sosial. Dalam tulisannya, anggota DPR asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menyinggung soal nasib tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekeja di luar negeri.
"Anak bangsa mengemis menjadi babu di negeri orang dan pekerja asing merajalela," tweet Fahri dalam akun Twitter pribadinya @Fahrihamzah, Selasa 23 Januari 2017.
Akibat banyaknya netizen yang menanggapi tweet tersebut dan dianggap melukai para buruh migran atau TKI di luar negeri, Fahri Hamzah pun menghapusnya. Ia punya alasan menghapus tweet yang diduga melukai hati para buruh migran itu.
"Saya menghapus supaya enggak salah paham. Karena memang terminologi itu mengganggu di kupingnya (banyak orang). Padahal saya enggak maksud ke arah sana, tapi enggak apa-apa sosmed (sosial media) kan gitu, enggak ada masalah," ujar Fahri.