Sukses

Upaya Pemerintah Supaya Lulusan Sekolah Pilot Berdaya Saing

Pemerintah mendorong lulusan sekolah pilot untuk meningkatkan kompetensi dan menambah jam terbang.

Liputan6.com, Jakarta Salah satu permasalahan dunia penerbangan di Indonesia adalah penyerapan lulusan sekolah pilot ke dunia kerja. Kementerian Perhubungan mencatat setidaknya sebanyak 900 pilot masih mengganggur yang merupakan lulusan sekolah pemerintah dan swasta.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan, Dr. Wahju Satrio Utomo mengatakan 900 pilot yang belum mendapatkan pekerjaan ini menjadi tantangan tersendiri dari pemerintah. Meski jumlahnya kebanyakan dari sekolah swasta, tapi Pemerintah merasa perlu mendorong penyerapan pilot yang lebih besar di dunia kerja.

"Sekarang ini ada sekitar 900an pilot yang berasal dari sekolah pemerintah dan juga swasta belum terserap dunia kerja. Lulusan sekolah pemerintah mungkin hanya sekitar 120an, selebihnya dari sekolah swasta dan ini menjadi tantangan bagi Kementerian Perhubungan," ujar Dr. Wahju Satrio Utomo beberapa waktu lalu di Jakarta.

Sebagai putra/putri bangsa Indonesia, lanjut Tommy, pilot-pilot muda ini juga tetap harus diperhatikan. Solusi yang ditawarkan antara lain meningkatkan kualitas pilot dengan melakukan pelatihan untuk menambah keterampilan yang dimiliki.

"Kami terus mengupayakan untuk mengupgrade mereka sehingga memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan penerbangan," ucap Tommy.

Lulusan sekolah Pilot harus mengikuti proses mulai dari menerbangkan pesawat kecil terlebih dahulu sekelas Cessna Caravan atau ATR, tidak bisa langsung menerbangkan pesawat berbadan lebar baik Narrow Body atau Wide Body.

"Kami pun terus mendorong agar pilot-pilot muda ini menambah jam terbangnya dengan pesawat-pesawat kecil dan bersedia terbang di daerah-daerah kecil dan pelosok," jelas Tommy.

Ketika baru lulus sekolah pilot atau penerbang, pilot-pilot muda belum mempunyai rating untuk bisa menerbangkan Pesawat Boeing dan Air Bus. Mereka harus mengikuti diklat untuk simulator Boeing dan Air Bus dengan biaya sendiri maupun beasiswa dari pihak-pihak terkait dalam hal ini maskapai penerbangan.

Langkah lain adalah dengan membatasi penerimaan tenaga pilot asing guna memberikan ruang lebih luas terhadap kesempatan kerja pilot dalam negeri.

"Bapak Menteri sudah menghimbau untuk tidak membatasi penerimaan tenaga pilot asing, termasuk tidak memperpanjang pilot asing dengan masa kontrak 1 tahun. Kami berharap nanti dapat diisi oleh pilot dalam negeri," jelas Tommy.

Kesempatan kerja pilot-pilot Indonesia juga semakin terbuka lebar, terkait rencana pengadaan pesawat ATR 72 multi engine dalam jumlah besar oleh beberapa maskapai penerbangan. Tommy, mencatat setidaknya Lion Air akan mendatangkan 68 pesawat, Susi Air (43), Garuda Indonesia (15), Sriwijaya (12), Kalstar Aviation(9), Transnusa (6), Aviastar (3), dan Xpress Air (8).

“Itu semua pesawat ATR 72 yang bisa mendarat di bandara dengan landasan pacu 2000 Meter. Ini bisa jadi peluang para pilot untuk berkarir, namun tentunya mereka harus memenuhi syarat-syarat untuk bisa direkrut maskapai,” kata Tommy.

Powered By:

BPSDM Kementerian Perhubungan