Liputan6.com, Jakarta - Masa kampanye Pilkada Serentak 2017 akan berakhir pada masa tenang 12-14 Februari mendatang. Seiring dengan rencana sejumlah ormas untuk menggelar demo pada 11 Februari mendatang, banyak yang menyebut aksi itu sarat akan motif politik lantaran dihelat menjelang masa tenang.
Menanggapi itu, Sekretaris Jenderal Front Pembela Islam (FPI) Novel Bamukmin memberi alasan. Menurut dia, pemilihan tanggal tersebut karena memang mengincar akhir pekan sebelum masuk masa tenang.
"Kita mengambil tanggal 11 karena itu bukan masa tenang, mengambil momen hari libur (Sabtu). Mungkin mereka (massa) ini kan kalau Jumat mengganggu jalan hari kerja, ya kita coba ini hari Sabtu," kata Novel di Jakarta Pusat, Selasa (7/2/2107).
Advertisement
Dia mengatakan, aksi ini murni dan benar-benar damai. Aksi berkonsep jalan santai tersebut dimulai dari pagi hingga menjelang siang atau sebelum waktu salat Zuhur sekitar pukul 12.00 WIB.
"Mulai jam 7 pagi sampai sebelum Zuhur. Karena kita momennya bukan aksi ibadah kan, ini momennya jalan santai. Artinya ajang silaturahmi yang betul-betul kita aksi super, super, super damai," kata Novel.
Disinggung terkait jumlah massa yang akan ikut, dia mengatakan jumlahnya tidak akan semasif aksi 212. Aksi ini disebut lebih kepada aksi jalan kaki super damai dari Bundaran Hotel Indonesia hingga Monumen Nasional.
"Kalau ini kan (112) hanya sekadar mengingatkan, enggak ada aksi gelar sajadah lagi seperti kemarin. Hari Sabtu besok kita cuma longmarch dari HI ke Monas," ucap Novel.
Meski unjuk rasa kerap bersentuhan dengan isu politik, dia mengaku tidak ada hal seperti demikian dalam aksi yang akan digelar. Pihaknya pun secara tegas akan menyeleksi sumber dana yang masuk agar tidak ada tudingan bahwa yang mereka lakukan adalah aksi titipan.
"Tidak ada (titipan). Kita menjaring donasi, kita buka rekening. Tidak ada parpol dalam aksi, lepaskan parpol, kita harus koordinasi mengingatkan (mengawal) Al Maidah ini adalah kewajiban," Novel memungkasi.