Liputan6.com, Jakarta - Dari balik telepon, suara Benah terdengar parau. Maklum, perempuan yang tinggal di Serang, Banten itu sudah berumur 50 tahun. Dengan jelas, ia menceritakan kisah anaknya, Siti Aisyah (25). Â
Cerita Benah itu, terkait dugaan keterlibatan anaknya dalam pembunuhan Kim Hong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Kim Jong-nam meninggal pada Senin, 13 Februari 2017. Ia diduga diracuni sebelum naik pesawat di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), Malaysia.
"Ibu ada anak empat. Satu sudah enggak ada (meninggal dunia), yang ini (Aisyah) malah ketangkep," kata Benah memulai perbincangan dengan Liputan6.com, Jumat 17 Februari 2017.
Advertisement
Di mata keluarga, ia menurutkan, Siti Aisyah dikenal pendiam. Alasannya, ia jarang bercengkrama dengan orang lain. "Dengan keluarga aja jarang," kata dia.
Pada 2007, Benah mengungkapkan, anak keempatnya itu merantau ke Jakarta untuk mencari kerja bersama seorang temannya. Siti Aisyah diketahui bekerja di sebuah konfeksi rumahan di Tambora, Jakarta Barat. Di sana dia bertemu dengan suaminya yang tak lain anak dari pemilik konfeksi tersebut. Pernikahan berjalan pada 2008.
Dari pernikahan tersebut, dia dikarunia seorang anak laki-laki. "Sekarang anaknya tinggal dengan neneknya di Tambora, usianya 7 tahun," kata Benah.
Tiga bulan setelah sang cucu dilahirkan dari anak bungsu empat bersaudara tersebut, Aisyah dan suaminya pindah ke Batam. Sementara anak mereka tinggal dan menetap dengan kakek-neneknya di Tambora.
"Mereka cari kerja ke Batam. Siti Aisyah kerja sebagai karyawan di toko BH. Sering kalau pulang dia perlihatkan foto-fotonya pas kerja di toko BH. Kalau suaminya enggak tahu kerja di mana," kata Benah.
Pribadi Siti Aisyah
Liang Kiong mengaku sempat tak percaya ketika mendengar mantan menantunya Siti Aisyah diduga terlibat pembunuhan Kim Jong-nam di Malaysia. Bagi dia, Aisyah yang kerap disapa Isah itu merupakan pribadi yang baik.
"Dia itu sopan loh, tutur katanya bagus, menurut sama orangtua, baik juga, pintar mengurus rumah tangga," ujar Liang Kiong kepada Liputan6.com, di kediamannya, Pasar Kampung Bebek, Tambora, Jakarta Barat, Jumat 17 Februari 2017.
Melihat pribadi Siti Aisyah itu lah, yang membuat Liang Kong setuju anaknya, Gunawan Hasyim atau Ajun, menikahi wanita asal Serang, Banten itu.
"Kalau dia tidak baik, bagaimana saya mau menjadi mertuanya saat itu?" ucap dia.
Sebelum menjadi menantunya, Liang Kion mengungkapkan, Siti Aisyah bekerja di konveksi miliknya selama kurang lebih tujuh tahun. Siti Aisyah selama bekerja, terlihat baik dan rajin.
Kala itu, Siti Aisyah adalah orang desa yang merantau ke Ibu Kota. "Saya itu memang mencari anak dalam untuk jadi karyawan saya. Memang sengaja, biar mereka bisa mendapat uang tambahan. Aisyah itu dari pedalaman," kata Liang Kiong.
Melihat pribadi Siti Aisyah yang begitu baik, Liang Kiong tak percaya mantan menantunya itu bisa melakukan pembunuhan terhadap kakak tiri Kim Jong-un, Kim Jong-nam.
"Saya pribadi sih enggak percaya. Anak lugu begitu kok," kata Liang Kiong.
Advertisement
Agen Korut?
Berita terangkapnya Siti Aisyah, terdengar hingga ke Senayan, DPR. Anggota Komisi I DPR Bobby Aditya Rizaldi mengatakan, pihaknya akan memastikan siapa Siti Aisyah yang ditangkap Polisi Diraja Malaysia, atas dugaan keterlibatan pembunuhan Kim Jong-nam.
Hal tersebut, menurutnya, perlu dipastikan mengingat wacana yang berkembang di luar Siti Aisyah diduga merupakan agen intelijen yang direkrut Korut. Karena itu, ia mengaku, akan mempertegas wacana tersebut kepada Badan Intelijen Negara (BIN) saat rapat kerja dengan Komisi I DPR nantinya.
"Termasuk jika memang yang bersangkutan adalah WNI atau memang ada proses rekrutmen agen spionase dari WNI (Siti Aisyah) oleh Korea Utara," kata Bobby di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat 17 Februari 2017.
Politikus Golkar ini menyampaikan, Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang bersahabat dengan Korea Utara. Namun, dia menegaskan, Indonesia tentunya tidak ingin terlibat dalam kegiatan spionase atau mata-mata Korut.
"Kami ingin memastikan bahwa Indonesia bersahabat dengan Korut tapi tidak ingin dilibatkan aksi spionase Korut. Itu yang ingin kami pastikan kepada BIN," ucap dia.
Bobby mengaku, ia mendapat isu yang menyatakan aktivitas bisnis warga negara Korut di Indonesia seperti rumah makan, pabrik tekstil, yang diduga bagian tempat merekrut agen dari Korut juga akan dicek kebenarannya.
"Itu yang sekaligus akan kami konfirmasi ke BIN. Nanti dalam rapat kerja akan kami tanyakan juga," kata Bobby.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) hingga saat ini belum mendapat informasi mengenai peran Siti Aisyah dalam kasus tersebut. Termasuk terkait kabar Siti Aisyah agen intelijen Korut.
Wakil Menteri Luar Negeri, Abdurrahman Mohammad Fachir, mengaku hingga kini masih mencoba mencari rekam jejak Siti dan memastikan kabar apakah benar Siti Aisyah merupakan mata-mata Korut.
"Iya pastinya dia orang WNI. Dia WNI, hanya itu ada datanya. Belum itu (soal agen mata-mata)," ucap Fachrir, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (17/2/2017).
Saat ditegaskan, apakah ada WNI yang terlibat selain Siti? Fachir mengaku belum mendapat informasi lagi. "Kita belum dapat info itu. Kita fokus pada yang ada sekarang. Kalau ada info berikutnya, kita akan kasih tahu," tandas Fachrir.
Siti Aisyah, Korban dari Korban Agen
Wakil Presiden Jusuf Kalla meragukan Siti Aisyah agen intelijen Korut seperti yang ramai diperbincangkan. JK menilai Kim Jong-nam merupakan korban pembunuhan, sementara Aisyah merupakan korban rekayasa kasus dan penipuan.
"Jadi Kim itu ya korban dari korban, karena ini Aisyah korban juga. Korban dari semacam rekayasa atau penipuan," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat 17 Februari 2017.
Alasan JK meragukan Siti Aisyah agen intelijen Korut adalah soal keberadaannya. Sebab, kalau benar Aisyah merupakan agen, pasti sudah tidak diketahui keberadaannya. Nyatanya, Aisyah tidur di sebuah hotel di kota yang baru dikunjunginya dan sangat dekat dengan bandara.
"Jadi artinya dia korban dari korban. Jadi suatu metode, cara baru untuk, tapi ini kan mempermaikan suatu apa namanya ilmu lah atau teknologi bahwa racun dengan cara sederhana disemprotkan bisa kena orang," jelas JK.
Dia mengatakan, kasus pembunuhan ini juga dirasa terlalu didramatisir. Setiap orang bisa melihat di media dan terbentuk kalau WNI yang menjadi pelaku pembunuhan.
"Jadi juga ini ditipu dengan cara seakan-akan permainan media kan. Apa namanya yang show itu, iya reality show, itukan orang bisa lihat di media, dia pikir begitu. Kadang-kadang pakai kamera tersembunyi atau jarak jauh," imbuh JK.
"Jadi kalau sementara itu, menurut saya seperti itu, korban dari korban ini. Berlapis korbannya ini," pungkas JK.
Advertisement