Liputan6.com, Pelabuhan Ratu - Desa Kertajaya, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Di satu sudut desa pagi itu seorang penambang emas tradisional tengah mempersiapkan peralatan tambang dibantu seorang bocah kecil.
Hujan yang turun membasahi bumi nampaknya enggan berhenti. Namun, bukan penghalang ia mencari nafkah.
Rombongan pekerja penggali emas bergerak menuju lokasi tambang. Tenda-tenda biru milik pencari emas tradisional terselip di antara perkebunan teh jadi pertanda lokasi perburuan emas.
Advertisement
Cuaca kurang bersahabat sejak pagi, agar lubang emas tak basah tenda ekstra pun didirikan. Kondisi lubang lumayan membahayakan. Basah, lembab, serta licin. Namun, tidak membuat nyali mereka ciut. Dibantu pencahayaan senter seadanya, mereka mulai menjelajah lubang yang sempit sekali.
Perdiamater hanya cukup untuk satu orang dewasa normal dengan posisi jongkok sampai kedalaman 35 meter "Takut sih takut pak, tapi kalau tidak begini tidak dapat uang. Ya begini kalo nyari rezeki" ujar salah satu penambang emas.
Lubang galian dituruni seperti masuk ke jalan tikus dengan kondisi yang mendebarkan. Lorong semakin mengecil. Para pemburu emas tanpa rasa takut melanjutkan perjalanan.
Bahaya tanah longsor yang sewaktu-waktu terjadi tidak dihiraukan demi mengejar peruntungan mengantongi butiran emas.
Kondisi lubang yang tidak aman dan tanpa pengaman atau penyangga di dinding. Cenderung nekat, dari jauh sudah terdengar suara pemburu emas memecah dinding batu
Aril, remaja yang masih berusia 15 tahun ini sangat lihai mencari batu yang menghasilkan emas murni. Ia ditemani sang ayah Haris mencari bebatuan emas.
Bebatuan yang menghasilkan emas juga dipahat oleh Mamas, salah satu penambang. Setiap bebatuan ia pahat untuk mendapatkan butiran emas. Karena pasokan oksigen yang tipis, badan menjadi cepat letih. Mamas pun melemas, sehingga pekerjaannya digantikan oleh Dona.
Tak lama lama berselang, dua remaja tanggung ini keluar dengan sejumlah karung. Mamas si pemilik lubang langsung mengecek bungkahan batu untuk memastikan adanya emas. Tidak sia-sia bekerja di dalam lubang dengan udara tipis seharian.
Waktu rehatpun dipersingkat, dua remaja ini bersemangat kembali untuk menggali. Lembaran-lembaran rupiah terbayang dibenak mereka.
"Paling seminggu dapat Rp 20 ribu, itu sih kadang-kadang dapat kadang nggak" ujar salah satu remaja penambang emas
"Saya ingin jadi polisi" remaja ini kembali menambahkan.
Batu yang mengandung emas tidak semua di proses secara gelondongan. Ada cara lainnya, yaitu dengan proses perendaman dengan campuran air, kapur, dan bahan kimia sianida.
Proses perendaman cukup rumit dibanding dengan proses glondongan. Sejumlah proses dilakukan dengan rentang waktu yang lama dan belum tentu memuaskan.
Seperti apa kisah para penambang emas warga Desa Kertajaya, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat ini, simak kisah selengkapnya dalam Sigi SCTV edisi Minggu (19/2/2017) dalam tautan ini.
Â
Â
Â
Â