Liputan6.com, Jakarta - Guyuran hujan dan banjir yang mengepung wilayah Jakarta dan sekitarnya, membuat aksi 212 atau 21 Februari yang berlangsung di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, tak berjalan maksimal. Massa yang sebelumnya direncanakan datang sejak subuh ke lokasi demo, terpaksa datang lebih siang karena hujan tak juga berhenti hingga pukul 10.00 WIB.
Massa yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) pun terpaksa datang dengan menggunakan payung dan jas hujan. Bahkan banyak di antara mereka memilih berteduh ketimbang turun ke jalan.
Baru setelah hujan reda pada saat memasuki siang hari, massa mulai ramai di depan Gedung DPR. Sebagian dari mereka yang tadinya berteduh jauh dari lokasi demonstrasi, bergegas merapat.
Advertisement
Pantauan Liputan6.com, atribut bendera besar dengan gagang tiang panjang dikibarkan di sepanjang jalan lokasi aksi. Orator dari atas mobil komando pun mulai berapi-api menyerukan bela Islam
"Ini bukan masalah DKI Jakarta. Ini masalah umat Islam," tegas salah seorang orator menggunakan pengeras suara di lokasi, Selasa 21 Februari 2017.
Peserta aksi 212 tampak mengenakan pakaian dengan warna yang beragam. Meski didominasi putih dan hitam, atribut hijau hingga merah putih pun terlihat di antara rombongan demonstran.
Sejumlah perwakilan massa aksi 212 kemudian diterima oleh sebagian anggota Komisi III DPR. Terlihat yang menemui massa adalah Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo, Wakil Ketua Komisi III DPR Trimedya Pandjaitan, dan seluruh perwakilan fraksi Komisi III.
"Hari ini kita mendengarkan rapat tunggal menerima perwakilan massa aksi demonstrasi," kata Bambang Soesatyo di ruang rapat komisi III, Gedung DPR, Senayan.
Rapat berlangsung terbuka hingga pukul 12.00 WIB. "Apakah disepakati?" tanya pria yang akrab disapa Bamsoet itu kepada anggota Komisi III yang hadir.
"Sepakat," jawab anggota yang hadir serempak. Dalam rapat ini, Komisi III DPR juga sepakat dengan aspirasi yang disampaikan massa aksi.
"Hampir seluruh anggota fraksi hadir. Kami sepakat menerima aspirasi saudara, (salah satunya) tidak mengkriminalisasi ulama, menghentikan kriminalisasi ulama, hentikan penangkapan masahasiswa," kata Bambang di atas mobil komando peserta.
"Nanti pimpinan DPR menyampikan kepada Presiden," ujar politikus Partai Golkar ini.
Bamsoet menambahkan, Komisi III DPR akan menanyakan beberapa hal kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian, terkait apa saja yang menjadi tuntutan massa aksi 212 ini.
"Kami besok akan bertemu dengan Kapolri dalam rapat dengar pendapat dan nanti akan kita tanyakan," tandas Bamsoet.
Kemunculan Rizieq Shihab
Seperti aksi-aksi sebelumnya, demonstrasi untuk menuntut pencopotan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dari jabatannya ini juga dihadiri petinggi Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.
Rizieq datang setelah sebelumnya diminta oleh massa. “Mari kita sama-sama minta Habib Rizieq untuk hadir. Hadir Habib Rizieq, hadir Habib Rizieq!" teriak seorang orator di depan kompleks parlemen.
Sang orator juga menyerukan massa aksi 212 tetap bertahan, meski nantinya Rizieq tidak turut hadir. Dia meminta massa untuk terus berada di depan Gedung DPR RI sampai Ahok dicopot dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Kalau seandainya Habib Rizieq tidak hadir, kita bertahan di sini," ujar dia.
Secara tak terduga Rizieq pun muncul di tengah ribuan massa sekitar pukul 12.15 WIB. Dia langsung mengambil alih orasi di atas mobil komando.
Rizieq mengatakan, kedatanganya agar dapat bersama dengan para demonstran menyampaikan aspirasi kepada wakil rakyat di DPR RI.
"Kami datang ke tempat ini untuk menyampaikan aspirasi. Bukan untuk kerusuhan. Bukan untuk memecah belah warga," tutur Rizieq.
Dia lantas meminta DPR RI dapat memenuhi tuntutan peserta Aksi 212. Di antaranya, massa meminta pemerintah untuk memberhentikan Ahok dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Kami minta Gubernur DKI Jakarta Ahok diberhentikan dari jabatannya. Pengadilan Ahok harus terus kita kawal sampai Ahok diputuskan dipenjara," ujar dia.
Tak lama, Rizieq pun kemudian mengimbau massa aksi untuk pulang. Dia mengatakan, ada hal lebih penting untuk dilakukan oleh ribuan peserta aksi 212 yang hadir, yakni membantu korban banjir Jakarta.
"Mari kita sama-sama pulang. Lebih baik kita sibukkan membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban banjir," imbau Rizieq.
Dia menyampaikan, massa aksi 212 dapat membantu dengan salah satunya mempersiapkan masjid bersama para pengurus untuk pengungsi banjir. Dia pun mengaku melakukan hal tersebut sejak semalam.
"Saya disibukkan mempersiapkan masjid-masjid. Selesai dari sini kita juga akan datang ke lokasi banjir untuk memberi bantuan," ujar dia.
Pantauan Liputan6.com, massa aksi 212 mulai membubarkan diri sekitar pukul 13.20 WIB. Para demonstran aksi 212 bergegas membelakangi Gedung DPR RI dan menuju kediamannya masing-masing. Aksi pun tak bisa berlangsung hingga pukul 18.00 WIB seperti yang direncanakan sebelumnya.
Advertisement
Disindir Djarot
Aksi 212 ini disindir oleh wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Djarot mengatakan, lebih baik membantu warga korban banjir ketimbang melakukan aksi 212 di depan DPR.
"Daripada begitu kita ketuk hatinya mereka untuk membantu warga. Masak mereka kalah kesadarannya sama warga Cipinang Muara," kata Djarot saat mengunjungi lokasi banjir di Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa 21 Februari 2017.
Mantan Wali Kota Blitar ini mengaku tak mau ambil pusing terkait aksi demo 212 di depan Gedung DPR. Sebab, korban banjir lebih membutuhkan penanganan.
"Persoalan warga ini lebih penting. Jadi saya enggak ngurusin itu (aksi demo 212), biarin saja," ujar Djarot.
Di hari aksi ini, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengadakan pertemuan dengan sejumlah ulama. Mereka yang hadir adalah Salahuddin Wahid atau Gus Solah, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Didin Hafidhuddin, dan sejumlah ulama lainnya.
Didin mengatakan, dia dan beberapa ulama yang hadir membicarakan masalah yang kini acap kali dibicarakan masyarakat.
"Bahas jalan keluar kondisi yang ada. Banyak kan masalahnya," ucap Didin di Kantor Menko Polhukam, Jakarta.
Dia tak menampik ada pembahasan berkaitan dugaan adanya kriminalisasi terhadap beberapa ulama. Meski demikian, dia menuturkan tidak membahas soal aksi 212 hari ini.
"Oh enggak. Bicarakan biasa saja. Masalah yang sudah lama. Persoalan penegakkan hukum, keadilan, soal kriminalisasi ulama," kata Didin.
Di tempat yang sama, Gus Solah menyebutkan, pertemuan itu hanya sekadar tukar pikiran. Sehingga tak ada yang pembahasan soal umat Islam yang sedang menggelar aksi 212 di depan gedung DPR.
"Tukar pikiran aja, kan sudah lama kami enggak ketemu Pak Wiranto. Yang dibicarakan, keadaan sekarang inilah. Bagaimana cari jalan keluar. Itu aja. Engak ada sesuatu yang anu Lah," kata Gus Sholah.