Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, pembentukan satuan tugas (satgas) oleh jajaran kepolisian sangatlah biasa. Termasuk saat pembentukan Satgas Merah Putih. Tito menjelaskan, Satgas Merah Putih terbentuk saat aksi 411 atau 4 November 2016.
"Tugas satgas melakukan pendekatan. Kenapa disebut Merah Putih karena aksi 411 jelang pilkada, ini rawan karena banyak kepentingan," ujar Tito di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu 22 Februari 2017.
Baca Juga
Kepentingan tersebut, lanjut dia, muncul dari beragam faktor jelang Pilkada Serentak 2017. Terutama di Jakarta yang sudah muncul soal faktor agama. "Ini (Satgas Merah Putih) penting karena untuk menjaga keamanan," ucap Tito.
Advertisement
Tak hanya itu, mantan Kapolda Metro Jaya ini pun memastikan netralitas dari Polri dan TNI. Karena menurutnya, kedua institusi tersebut merupakan tiang di Indonesia.
"Boleh cek, apakah ada instrukusi dari Polri untuk memenangkan salah satu paslon (pasangan calon). TNI-Polri adalah tiang," kata Kapolri.
"Kalaupun ada yang menyimpang, itu hanyalah oknum. Tapi dipastikan itu bukan merupakan instruksi dari Polri. Polri jaga netralitas karena kami juga tida memiliki hak pilih," imbuh dia.
Beragam Satgas di Tubuh Polri
Tito lalu memberikan contoh beberapa satgas yang sudah terbentuk. Di antaranya adalah Satgas Tinombala dan Satgas Bom Bali.
"Satgas memiliki kelebihan dibandingkan struktur (dalam kepolisian). Satgas Bom Bali itu yang ditunjuk pimpinannya. Sangat banyak satgas kita bentuk. Ada juga Satgas Saber Pungli. Kita serahkan Irwasum untuk memilihnya," tutur dia.
Tito menambahkan, mengingat cukup beratnya tugas dari satgas, maka mereka pun diberikan hadiah atau reward ketika berhasil menjalankan tugas dan mencapai hasil.
"Satgas ini juga pantas diberi reward. Para Satgas Santoso dapat reward salah satunya masuk Lemhanas. Sama kaya Satgas Bom Bali yang reward-nya adalah kenaikan pangkat luar biasa," terang dia.
"Namun jika tidak berhasil menjalankan tugasnya, mereka pun jadi catatan. Anggota satgas tersebut diberikan catatan," imbuh Tito.
Sebelumnya, anggota Komisi III DPR Herman Hery mempertanyakan Satgas Merah Putih yang dibuat oleh Kapolri. Ia mempertanyakan mengapa sampai ada nama seperti itu di dalam institusi kepolisian yang seharusnya bersatu.
"Kenapa namanya Satgas Merah Putih? Satgas Merah Putih berarti ada yang tidak merah putih di dalam kepolisian, apakah begitu? Tapi saya yakin dibuatnya Satgas Merah Putih pasti sesuai kebutuhan," ucap Herman.
Namun dirinya menyayangkan adanya Satgas Merah Putih ini. Karena menurut Herman, ini justru mengelompokkan aparat kepolisian.
"Saya yakin Satgas Merah Putih pasti tujuannya baik, baik untuk institusi. Tapi menurut saya, kesannya sangat eksklusif dan saya bilang polisi darah biru. Ini sangat mengelompokkan polisi, ini tidak bagus," tegas dia.