Liputan6.com, Bukittinggi: Di antara aneka macam oleh-oleh haji, peci sering menjadi kebanggaan jemaah maupun kerabat di Tanah Air. Tapi, ternyata selain buatan India dan Turki, peci haji juga banyak yang berasal dari Indonesia. Terutama dari Desa Ampek Angkek Candung, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Demikian hasil pemantauan SCTV di Bukittinggi, baru-baru ini.
Nazarudin Sutan Saidi, pembuat peci haji, mengaku tak pernah menyangka produk kopiahnya sampai ke Tanah Suci. Pasalnya, ia merasa tak pernah mengekspor produknya ke Tanah Suci. Nazarudin mengatakan, kebanyakan produk yang dihasilkannya dibeli para pedagang dari Malaysia. Ia juga mengaku baru mengetahui bila kopiah haji merek Sakinah produknya dijual di Mekah, saat bertemu dengan seorang yang pulang haji di Bukittinggi. "Menurut orang tadi, kopiah itu dibeli dari pedagang Turki," kata Nazarudin. Tapi, saat ia memeriksa bagian dalam kopiah itu, ia mendapati merek Sakinah. "Berarti peci tadi bukan buatan Turki, tapi bikinan daerah Ampek Angkek Candung," ungkap Nazarudin.
Menurut Nazarudin, produk kopiah hajinya dikerjakan lima pekerja. Dalam satu hari, setiap pekerja di tempatnya dapat memproduksi 10 kodi atau 200 kopiah. Tapi saat musim haji, produksi bisa mencapai 500 kopiah. "Warna yang dihasilkan pun bukan putih saja, tapi ada juga hitam, hijau, dan warna hati ayam," jelas Nazarudin.
Nazarudin menerangkan, biasanya para pedagang Malaysia membeli langsung ke rumahnya. Satu kodi kopiah dijual Rp 90 ribu atau Rp 4.500 per peci. Tapi, ketika sampai di Mekah, harganya bisa 20 kali lipat dari harga jual di Bukittinggi. Untuk itu, buat anda yang pergi haji, bila mau membeli kopiah di Tanah Suci, lihat dulu bagian dalam peci. Jika bermerek Sakinah, berarti itu buatan Kabupaten Agam, Sumut. Jadi, lebih baik beli di Tanah Air saja.(ICH/Denni Risman dan Aldian)
Nazarudin Sutan Saidi, pembuat peci haji, mengaku tak pernah menyangka produk kopiahnya sampai ke Tanah Suci. Pasalnya, ia merasa tak pernah mengekspor produknya ke Tanah Suci. Nazarudin mengatakan, kebanyakan produk yang dihasilkannya dibeli para pedagang dari Malaysia. Ia juga mengaku baru mengetahui bila kopiah haji merek Sakinah produknya dijual di Mekah, saat bertemu dengan seorang yang pulang haji di Bukittinggi. "Menurut orang tadi, kopiah itu dibeli dari pedagang Turki," kata Nazarudin. Tapi, saat ia memeriksa bagian dalam kopiah itu, ia mendapati merek Sakinah. "Berarti peci tadi bukan buatan Turki, tapi bikinan daerah Ampek Angkek Candung," ungkap Nazarudin.
Menurut Nazarudin, produk kopiah hajinya dikerjakan lima pekerja. Dalam satu hari, setiap pekerja di tempatnya dapat memproduksi 10 kodi atau 200 kopiah. Tapi saat musim haji, produksi bisa mencapai 500 kopiah. "Warna yang dihasilkan pun bukan putih saja, tapi ada juga hitam, hijau, dan warna hati ayam," jelas Nazarudin.
Nazarudin menerangkan, biasanya para pedagang Malaysia membeli langsung ke rumahnya. Satu kodi kopiah dijual Rp 90 ribu atau Rp 4.500 per peci. Tapi, ketika sampai di Mekah, harganya bisa 20 kali lipat dari harga jual di Bukittinggi. Untuk itu, buat anda yang pergi haji, bila mau membeli kopiah di Tanah Suci, lihat dulu bagian dalam peci. Jika bermerek Sakinah, berarti itu buatan Kabupaten Agam, Sumut. Jadi, lebih baik beli di Tanah Air saja.(ICH/Denni Risman dan Aldian)