Liputan6.com, Jakarta - Laurentius Rando tak pernah menyangka, peminat musik beatbox terus berdatangan ke Sekolah Beatbox Indonesia yang dia dirikan. Satu per satu, calon murid datang buat mendaftar di sekolah.
Ruang kelas yang dimiliki sekolah hanya satu. Sementara, pengajar sudah mulai kewalahan untuk memberi pengetahuan soal teknik bermain beatbox. Akibatnya, banyak calon murid yang membatalkan rencana belajar beatbox. Meski kelas sudah dibuka dari Jumat, Sabtu, dan Minggu.
"Orang itu buat antre booking sampai bulanan," ucap Gazelle, sapaan Laurentius Rando kepada Liputan6.com, Sabtu 18 Februari 2017.
Advertisement
Gazelle tak lantas hilang akal. Lelaki 24 tahun ini kemudian berinisiatif membuka kelas baru buat mengakomodasi peminat yang terus berdatangan. Kelas tersebut yakni kelas homeschooling.
Untuk merealisasikan rencana ini, kata Gazelle, dia butuh pengajar baru. Sebab, empat pengajar lain termasuk dirinya, sudah tak mungkin mengampu kelas di luar sekolah.
Kala itu, Gazelle mengatakan, dia menghubungi Malvin Johannes (23). Malvin merupakan kawan Gazelle di grup Jakarta Beatbox bersama Gustaf Sailendra (23) yang sebelumnya sudah menjadi pengajar di Sekolah Beatbox Indonesia.
Menurut Gazelle, tim pengajar homeschooling sangat membantu. Sebab, anak-anak yang ingin belajar jadi terfasilitasi. "Karena gue enggak mungkin ngebiarin orang yang request," kata Gazelle.
Malvin mengungkap cerita tentang pengalamannya menjadi pengajar beatbox. Selama lebih dari setahun mengajar, Malvin banyak mendapat pengalaman. Namun pengalaman yang paling berkesan, kata dia, tatkala mengajar seorang anak down syndrome.
Malvin mengaku sempat ragu saat pertama kali mendapat murid dengan kebutuhan khusus. Dia khawatir gagal. Ia pun kemudian mencoba mengajak orangtua si anak untuk bernegosiasi tentang kemungkinan-kemungkinan terburuk.
"Gue paitin dulu awalnya. Tapi nyokapnya setuju," kata Malvin.
Setelah terjadi kesepakatan, Malvin mengaku, dirinya malah semakin pesimistis. Tapi, mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta ini mencoba membangun kepercayaan diri.
"Gue sudah punya janji sama bokap-nyokapnya. Gue sudah dikasih amanat. Setidaknya, gue mesti bikin ini anak bisa (beatbox)," ucap Malvin.
Target itu yang diterapkan Malvin. Selama tiga bulan berjalan, Malvin mulai melihat ada hasil yang signifikan. Anak down syndrome tersebut nyatanya bisa memainkan teknik dasar beatbox.
Bagi Malvin, itu sebuah pencapaian. Sebab menghadapi anak berkebutuhan khusus harus lebih mengeluarkan energi. Bahkan Malvin pun mendapat kepuasan tersendiri.
"Karena sifat mereka memang berbeda. Jadi mereka malah melatih mental gue," kata Malvin. Lebih dari itu, Malvin merasa senang. Sebab, musik beatbox memang bisa melintasi berbagai dimensi yang tanpa sadar menghalangi cara dan sudut pandang.