Liputan6.com, Jakarta - Selasa 27 Januari 2015, Arab Saudi kedatangan tamu penting, yaitu Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Ibu Negara Michelle Obama. Selain bertemu Raja Salman untuk meningkatkan kerja sama kedua negara, tujuan kedatangan Obama adalah untuk secara langsung mengungkapkan bela sungkawa atas wafatnya Raja Abdullah bin Abdulaziz.
Tidak sendirian, Obama didampingi anggota rombongan yang tak kalah penting. Ada Menteri Luar Negeri John Kerry, Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice, serta delegasi tingkat tinggi yang mencakup Sekretaris Negara James Baker dan Condoleezza Rice, serta mantan Penasihat Keamanan Nasional Brent Scowcroft, Sandy Berger, dan Stephen Hadley.
Lazimnya kedatangan tamu seorang kepala negara, Raja Salman menyambut langsung Obama di Bandara King Khalid International Airport, Riyadh pada sore itu.
Advertisement
Usai bersalaman dengan Presiden ke-44 AS itu, Raja Salman dan Obama saling memperkenalkan pejabat masing-masing yang hadir di Bandara. Sejumlah petinggi militer Arab Saudi pun terlihat menyalami Obama dan Michelle.
Namun, tiba-tiba salah seorang staf Arab Saudi mendekat ke arah Raja Salman dan berbicara dengan singkat. Disebutkan, staf tersebut memberitahukan bahwa saat itu azan salat Asar sudah berkumandang.
Seketika, Raja Salman langsung pamit dan menyalami Obama untuk kemudian bersama pengiringnya meninggalkan Presiden dari negara adidaya itu.
Kejadian itu langsung saja membuat heboh lantaran tak biasa terjadi dalam sebuah acara kenegaraan pada umumnya. Apalagi tamu yang ditinggalkan di bandara itu sekelas Obama.
Azan dan Berhentinya Aktivitas
Namun, bagi yang memahami budaya Arab Saudi, hal itu dinilai lumrah. Bagi warga Arab Saudi, azan adalah penanda untuk dihentikannya seluruh akvitas dan menyegerakan melaksanakan salat.
Adalah pemandangan biasa di negara ini, begitu azan berkumandang, kantor-kantor, toko-toko, dan pusat perbelanjaan segera tutup. Jalanan mendadak lengang dari kendaraan. Seketika pula mobil patroli Badan Amar Ma’ruf Nahi Munkar mulai bergerak memasuki jalan dan gang di perkampungan.
Dengan pengeras suara di tangan, mereka mengajak orang ke masjid, mengingatkan mereka yang masih sibuk dengan pekerjaan dan menindak toko atau kantor yang belum tutup. Bagi yang membandel, surat izin usaha mereka bisa dicabut karena kesalahan itu.
Rohman (33), seorang karyawan swasta di Jakarta, menceritakan pengalamannya saat menjalankan ibadah umrah beberapa waktu lalu. Menurut dia, pentingnya azan dan melaksanakan salat lima waktu sesegera mungkin memang sudah menjadi kewajiban bagi warga Arab Saudi.
"Saya menyaksikan sendiri, saat azan berkumandang, para pemilik toko buru-buru menutup dagangannya dan bergegas ke Masjidil Haram untuk menunaikan salat," cerita Rohman kepada Liputan6.com.
Jika memasuki musim haji, pemandangan akan lebih menggetarkan. Saking padatnya jemaah haji, ibadah salat pun akan dilakukan para pemilik toko dan jemaah haji dengan menggelar sajadah di jalanan atau di depan deretan toko yang terdapat di luar Masjidil Haram.
Tak hanya saat berada di Kota Mekah, pengalaman serupa juga disaksikan Rohman saat berada di Kota Madinah, Arab Saudi.
"Bahkan, di Madinah saya melihat pedagang meninggalkan tokonya begitu saja saat azan berkumandang dan bergegas menuju Masjid Nabawi untuk melaksanakan salat," ujar dia.
Jadi, jika dilihat dari sisi kebiasaan di Arab Saudi, apa yang dilakukan Raja Salman merupakan hal lumrah. Bahkan, tak sedikit yang memuji sikap itu sebagai bukti bahwa syariat Islam di Arab Saudi tetap yang utama dibandingkan sekadar seremoni kenegaraan.
Lantas, bagaimana dengan Obama dan rombongannya? Tak ada keterangan resmi yang dirilis terkait kejadian itu.