Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka, dari ribuan para pengemudi ojek online di Jakarta, di antara mereka merupakan pimpinan sebuah pondok pesantren. Dia lah Endang Irawan, seorang pengemudi ojek online yang juga mendirikan pesantren di kampung halamannya.
Endang mengaku kehidupannya mulai berubah ketika menjadi pengemudi ojek online. Selain bisa menafkahi keluarganya, dia juga bisa mengembangkan sebuah pondok pesantren bernama Nurul Iman di kawasan Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. Ada puluhan santri yang bernaung di pondok pesantren miliknya.
Baca Juga
Pria berusia 45 tahun yang biasa mengemudi ojek online di kawasan Jabodetabek ini mengaku tidak mudah dalam mengembangkan pesantren ini. Namun, lanjut Endang, ada saja bantuan dari Tuhan sehingga dirinya bisa terus menghidupkan pesantren Nurul Iman ini.
Advertisement
‎"Cobaan selalu datang, tapi Allah pasti memberikan selalu kasih cobaan melalui hambanya," ucap Endang mengawali ceritanya di Jakarta Barat, Rabu (1/3/2017).
Jalan Allah
‎Endang pun mengisahkan awal mula dirinya membangun pesantren Nurul Iman. Dua tahun lalu, keluarga Endang kala itu memiliki uang Rp 800 ribu. Namun, dengan uang tersebut dan berbekal keinginan yang kuat untuk mendirikan pesantren, Endang membelikan beras untuk anak asuhnya dengan uang itu.
Sementara sisanya, Endang gunakan untuk bergabung dengan perusahaan aplikasi ojek online. Banyak pelanggan dia temui setiap harinya. Tak jarang, ia menceritakan mengenai pesantrennya dalam perjalanan mengantar para pelanggannya.
Meski tidak bermaksud mengemis, tetapi, lanjut Endang, ada saja dari pelanggannya itu yang menawarkan bantuan untuk pesantrennya setelah mendengar kisahnya. Inilah yang menurut Endang rezeki dari Allah untuk Pondok Pesantren Nurul Iman.
"Meskipun tidak semua memberikan sumbangan, tapi banyak yang ikut mendoakan. Saya yakin kekuatan dengan doa itu," ujar laki-laki yang akrab dipanggil Soplo tersebut.
Menurut Endang, salah satu hal yang paling berkesan adalah ketika dia tanpa sadar menerima pesanan dari seorang anggota kepolisian. Hingga kini, anggota polisi yang tidak mau disebut identitasnya tersebut aktif memberikan donasi sebesar Rp 350 ribu setiap bulannya selama satu tahun terakhir.
"Bahkan namanya pun tidak tahu, cuma tahu dia anggota di Polda Metro Jaya," kata Endang.
Begitupun saat perayaan Idul Adha 1437 H pada September 2016 lalu. Dia menerima sumbangan 4 ekor kambing untuk pesantrennya dari pelanggan yang pernah dia antar.
Endang mengaku keputusannya bergabung dengan aplikasi ojek online ini merupakan jalan Allah memberi berkah untuk dirinya maupun pondok pesantren yang dia bina.
Beberapa waktu lalu, Endang masih bekerja sebagai teknisi di bidang kelistrikan selain menerima pesanan ojek pelanggan. Namun, kini dia memutuskan untuk fokus sebagi pengemudi ojek online karena lebih fleksibel dalam hal waktu kerja. Kondisi itu dianggap sebagai keuntungan karena Endang bisa lebih leluasa mengurus pondok pesantrennya.
Saat ini, pondok pesantren itu sudah memiliki 120 santri dengan usia antara 9 hingga 20 tahun. Bahkan, ada beberapa santri yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur, Sumatera, dan Kalimantan, berkat informasi dari mulut ke mulut. Pesantren itu pun sudah mampu melahirkan 10 orang penghafal Al-Quran.
"Enam orang yang masih ada di pesantren, karena aturannya mereka harus membantu santri lain selama tiga bulan, baru bisa dapat ijazah," kata Endang.
Sebagai pengemudi ojek online, dia pun memberikan 'keistimewaan' bagi anak-anak rekannya sesama pengemudi ojek online yang telah meninggal dunia saat bertugas. Anak-anak pengemudi ojek online ini akan diberikan beasiswa penuh selama menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Iman.
"Kami selalu terbuka untuk mereka (anak-anak pengemudi ojek online yang meninggal dunia), yang penting mereka cukup belajar dengan baik saja," tandas Endang.‎