Sukses

Gamelan Anak, Terapi bagi Penderita Autis

Bagi penderita autis, gamelan bisa mengubah perilaku terhadap lingkungan sekitar. Para siswa usia sekolah dasar belajar mengenal seni lewat gamelan.

Liputan6.com, Yogyakarta: Bagaimana menarik minat anak-anak untuk mencintai seni dan budaya daerah? Seorang pengelola Balai Kerajinan dan Batik di Yogyakarta menemukan jawabannya, yakni  memproduksi gamelan khusus bocah usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

Setiap hari, sejumlah karyawan yang dipekerjakan Budi Rahajo itu membuat gamelan anak. Instrumen musik tradisional itu pesanan beberapa sekolah di Yogyakarta. Sambil memamerkan ruang kerja, Budi bercerita mengenai cara membuat gamelan anak tersebut.

Para pekerja mengumpulkan bahan berupa lempengan bilahan perunggu. Kualitasnya harus sama seperti gamelan yang besar, agar kualitas suaranya bagus. Inovasi tersebut dilakukan berdasarkan penelitian yang menyebutkan bahwa anak usia TK dan SD lebih menyukai suara gamelan ketimbang alat musik lainnya.

Bagi anak-anak berkebutuhan khusus, gamelan memberi respon yang baik. Misalnya sebagai bagian dari terapi penderita autis. Ini sudah dibuktikan anak-anak dari Sekolah Luar Biasa Bina Autis Anggita Yogyakarta. Dari pantauan guru terlihat, respon terhadap lingungan sekitar menjadi lebih baik sejak siswa binaan berlatih gamelan.

Sayangnya, harga perangkat gamelan anak itu masih dirasa mahal. Hanya sedikit sekolah yang mampu memesannya. Seperangkat gamelan biasa dijual Rp 25-30 juta.(OMI/SHA)