Sukses

Sorak Sorai Warga Bali Sambut Lambaian Tangan Raja Salman

Sambil membuka kaca mobil, Raja Salman melambaikan tangan ke warga yang sudah menunggunya sejak sore hari. Sorak sorai anak-anak terdengar.

Liputan6.com, Jakarta Hari memasuki senja ketika rombongan Raja Salman tiba di Bandar Udara Ngurah Rai Denpasar, Bali. Angin saat itu bergerak lembut, membasuh terik sepanjang hari yang membakar kulit.

"Sang pangeran datang…sang pangeran datang," ujar seorang bocah ketika rombongan Raja Salman melintas di depan Taman Satrya Gatotkaca. Penduduk setempat menyebutnya Taman Patung Kuda.

Raja Salman berada di mobil nomor dua dari depan. Iring-iringan yang dikawal polisi dan Paspampres itu mendapat sambutan meriah dari seluruh penjuru kota.

Sambil membuka kaca mobil, Raja Salman melambaikan tangan kepada penduduk yang sudah menunggunya sejak sore hari. Sorak sorai anak-anak terdengar, sambil mengabadikan kedatangan Raja dengan telepon seluler mereka.

Bendera Merah Putih dan bendera Arab Saudi berkibar di sekujur Bali. Mulai sopir taksi hingga ibu-ibu penjaja makanan juga tak luput membicarakan kedatangan Raja di tanah dewata itu.

Pesawat Raja Salman tiba di Bali. (Liputan6.com/Aris Andrianto) Ni Ketut Yuli Puspasari, salah satu warga Denpasar mengatakan, kedatangan Raja Salman disambut baik oleh warga Bali. "Meskipun mempunyai perbedaan kultur dan agama, tapi perbedaan bukan sesuatu yang harus diributkan," kata dia.

Ia berharap, kedatangan Raja Salman bisa menjadi contoh yang baik untuk rakyat Indonesia. Bahwa toleransi bisa menyejukkan ketimbang saling gontok-gontokan persoalan agama.

Di Bali sendiri ada empat nilai kearifan lokal yang mendukung toleransi. Yakni, paros-paros yang berarti merasa senasib sepenanggungan.

Selanjutnya menyamabraya yang berarti merasa selalu bersaudara. Nilai ketiga adalah matilesang raga yang berarti pandai menempatkan diri. Terakhir, nawang lek yang artinya berperilaku tidak neko-neko.

Pesan toleransi ini juga disampaikan oleh Raja Salman saat bertemu tokoh agama di Jakarta. Menurut dia, toleransi dan keberagaman harus terus dijaga oleh semua pemeluk agama.

Bagi Bali, selama ini perbedaan kultur dengan Timur Tengah memang menjadi salah satu penghambat masuknya wisatawan dari kawasan itu.

"Rajanya saja berlibur ke sini, rakyatnya seyogyanya juga ikut berlibur ke Bali," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Artha Ardana Sukawati.

Saat ini, kata dia, wisatawan dari Timur Tengah tercatat 48 ribu orang di tahun 2016. Tahun ini, dengan adanya kunjungan Raja Salman diharapkan wisatawan dari Timur Tengah bisa mencapai 100 ribu orang.

Â