Liputan6.com, Jakarta - Kekerasan seksual masih menjadi masalah menakutkan bagi kaum perempuan. Sebab, kekerasan ini justru kerap terjadi di lingkup keluarga.
"Kekerasan terhadap istri misalnya. Ada juga perkawinan yang dipaksakan sebuah keluarga. Di situ kami melihat adanya perkosaan yang dilakukan secara terus-menerus, celakanya ini direstui orangtua, diresmikan negara, dan dirayakan oleh komunitas, ini berbaya, sumbernya keluarga," kata Wakil Ketua Komnas Perempuan Yunianti Chuzaifah dalam diskusi di Kantor Komnas Perempuan, Rabu (8/3/2017).
Baca Juga
Dia mengatakan, bentuk lain kekerasan perempuan juga bersumber dari maskulinitas ranjang. Banyak kejadian pembunuhan sadis terhadap perempuan berdasarkan kebencian dalam hal seksual.
Advertisement
"Sederhananya dari femicide adalah mengatakan 'ah kamu bau' saat sedang melakukan hubungan. Di situ ada ketersinggungan yang berujung pada maut. Pembunuhan tidak tanggung, dilakukan sadis, mutilasi, dimasukin cangkul dengan motif (pembunuhan) irasional," jelas Yuni.
Karenanya, Komnas Perempuan ke depan akan terus mengedepankan kualitas layanan ramah korban. Komnas Perempuan juga akan memastikan petugas layanan memahami isu dan bisa memulihkan kondisi korban.
"Upaya formalitas layanan siap mengedepankan status kelembagaan, di mana korban lebih perlu layanan cepat dan juga bersahabat," Yuni menandaskan.
Kasus Pembunuhan Sadis Perempuan
Nur Astiyah (34), perempuan yang sedang hamil 7 bulan menjadi korban mutilasi dalam kamar kontrakannya di Telagasari, Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten.
Kusmayadi alias Agus, warga Kampung Jambu RT02/02 Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah pria di balik tindakan sadis tersebut. Nuri dan Agus bekerja pada sebuah restoran rumah Padang yang sama, di mana Agus menjadi kepala rumah makan dan Nuri kasirnya. Keduanya memiliki hubungan lebih dari sekadar teman.
Kasus pembunuhan sadis juga menimpa Enno Parihah. Jenazahnya ditemukan mengenaskan di kamar mess pabrik plastik PT Polyta Global Mandiri, Kampung Jatimuliya, RT 01 RW 04, Desa Jatimuliya, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat 13 Mei 2016.
Tim gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Metro Tangerang Kota, akhirnya meringkus tiga pelaku pembunuhan sadis menggunakan gagang cangkul terhadap gadis 18 tahun itu. Mereka yakni RAL atau RAH alias A, RAR alias Arif, dan IH alias Imam.
Ketiga pelaku baru saling mengenal. Mereka baru bertemu sesaat sebelum membunuh Enno di luar mess. Motif pembunuhan ini diduga karena kesal lantaran perasaan asmara mereka tak mendapatkan respons baik dari Enno Parihah.
Selain itu, ada pula Prio Santoso, pembunuh Deudeuh Alfisahrin alias Mpih alias Tata Chubby, wanita yang bekerja sebagai pekerja seks komersial via online, divonis 16 tahun penjara.
Vonis itu dijatuhkan karena Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menilai pembunuhan yang dilakukan Prio tergolong sadis. Salah satu motif pembunuhannya adalah Deudeuh mengeluh badan Prio bau. Mendengar hal tersebut, Prio pun marah lalu membekap perempuan itu.