Sukses

Syekh Yusuf, Ulama Makassar yang Jadi Pahlawan di Afrika Selatan

Sebelum sampai di Afrika Selatan, Syekh Yusuf dibuang ke Sri Lanka oleh Belanda. Dia dianggap membahayakan sehingga harus diasingkan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Afrika Selatan memberikan gelar pahlawan kepada Syekh Yusuf Tajul Khalwati, pejuang asal Gowa, Sulawesi Selatan.

Hal itu disampaikan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma saat bertemu Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (8/3/2017).

Zuma mengatakan, gelar pahlawan diberikan untuk Syekh Yusuf karena ikut berjuang bersama masyarakat Afrika Selatan. Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela bahkan menyebut Syekh Yusuf sebagai 'Salah Seorang Putra Afrika Terbaik'.

Tak hanya di Afrika Selatan, pemerintah Indonesia di era Presiden Soeharto juga telah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Syekh Yusuf pada Agustus 1995.

Lalu, bagaimana kiprah dan perjuangan Syekh Yusuf hingga ia bisa sampai di Afrika Selatan?

Syekh Yusuf Tajul Khalwati atau biasa dikenal dengan sebutan Syekh Yusuf Almaqassari Al-Bantani lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada 3 Juli 1626. Dia merupakan anak dari pasangan Abdullah dengan Aminah. Ketika lahir ia dinamakan Muhammad Yusuf, nama yang diberikan oleh Sultan Alauddin, penguasa Kerajaan Gowa pertama yang Muslim.

Sebelum menapaki jejaknya di Afrika, Syekh Yusuf dibuang ke Sri Lanka oleh pemerintah Belanda. Dia diasingkan dari bumi Nusantara karena perlawanannya yang gigih terhadap Belanda saat berada di Gowa dan Banten.

Ketika pasukan Sultan Ageng dikalahkan Belanda pada 1682, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Sri Lanka pada September 1684. Di Sri Lanka, Syekh Yusuf tetap aktif menyebarkan agama Islam, sehingga memiliki ratusan murid, yang umumnya berasal dari India Selatan.

Salah satu ulama besar India, Syekh Ibrahim ibn Mi'an, termasuk yang berguru pada Syekh Yusuf.

Melalui jemaah haji yang singgah di Sri Lanka, Syekh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara.

Kabar komunikasi Syekh Yusuf dengan para poengikutnya itu sampai ke telinga pemerintah Belanda. Oleh Belanda, dia akhirnya diasingkan ke lokasi lain yang lebih jauh ke Cape Town, Afrika Selatan, pada Juli 1693.

Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf tetap berdakwah dan memiliki banyak pengikut. Dia bahkan ikut berjuang bersama warga Afrika melawan imperialisme bangsa Eropa di Afrika.

Syekh Yusuf wafat pada 23 Mei 1699, pengikutnya menjadikan hari wafatnya sebagai hari peringatan. Di Tanah Air, makam Syekh Yusuf terdapat di Gowa. Konon menurut cerita, Syekh Yusuf memang meninggal dunia pada usia 73 tahun di Afrika Selatan.

Namun, atas permintaan Raja Gowa Abdul Jalil, kerangka jenazah ulama kebanggaan masyarakat Sulsel itu dipindahkan ke Gowa pada 1795. Di tempat ia dimakamkan, kini juga terdapat pusara kerabatnya dan bangsawan kerajaan Gowa.

Kampung Makassar di Afrika Selatan

Di kalangan masyarakat Muslim Afrika Selatan, Syekh Yusuf dianggap berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam. Tak hanya itu, dia juga dianggap sebagai pendiri komunitas Muslim dan budaya Melayu di Afrika Selatan.

Sebagai bukti, terdapat perumahan yang diberi nama Kramat Makassar, yang berada tak jauh dari makam Syekh Yusuf. Lokasi itu dihuni sedikitnya 40 kepala keluarga. Uniknya, sebagian besar warga di sana mengaku memiliki nenek moyang dari Makassar.

Ratusan tahun telah berlalu. Kini, perkawinan campur antarsuku telah terjadi di Kampung Makassar.

Dalam kehidupan berbagai suku masyarakat Afrika Selatan, bukan hanya masyarakat Muslim, terdapat pengaruh bahasa Indonesia ke dalam kosakata bahasa sehari-hari di kalangan warga Afrika Selatan. Seperti kata Lebaran, buka puasa, piring, terima kasih, dan sembahyang.