Sukses

Wujudkan Smart City, Masyarakat Perlu Kuasai Teknologi Informasi

Wewujudkan kota cerdas atau Smart City, diperlukan keseimbangan antara pemahaman dan penguasaan Teknologi Informasi (TI).

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka mewujudkan motto Kota Tangerang Selatan Cerdas, Modern dan Religius, serta visi Walikota Periode 2016-2021 yaitu Terwujudnya Tangsel Kota Cerdas Berkualitas dan Berdaya Saing berbasis teknologi dan inovasi, banyak upaya yang telah dilakukan terutama pada aspek penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik dengan menggunakan kemajuan teknologi informasi (TI).

Kepala Bagian Pengelola Teknologi Informasi (BPTI) Setda Kota Tangerang Selatan, Aplahunnajat mengatakan wewujudkan kota cerdas harus seimbang antara pemahaman dan penguasaan TI di sisi penyelenggara pemerintah dan penyelenggara pelayanan publik, dan di sisi masyarakat yang menerima pelayanan dimaksud.

"Penggunaan TI sebenarnya sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari,” ungkap Aplah beberapa waktu lalu dihadapan puluhan kader kesehatan dan warga pada wilayah kerja Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu.

Warga sudah terbiasa dan dimudahkan dalam kehidupannya dengan menggunakan kemajuan TI. Sebagai contoh pembelian tiket kereta api, tiket pesawat, ojek online, transfer uang, bahkan belanja kebutuhan sehari-hari termasuk pesan makanan, semuanya sudah bisa dan biasa dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan internet atau sistem online melalui smart phone yang selalu ada dalam genggaman.

“Di jajaran pemerintah yang tugasnya melayani masyarakat pun aktivitasnya sudah harus melakukan penyesuaian dengan cara menggunakan TI." ucap Aplah.

Hal ini untuk menghindari suatu kondisi di mana masyarakat yang sudah sedemikian dimudahkan menjalani aktifitas sehari-hari dengan menggunakan TI atau sistem online, namun ketika berurusan dengan pemerintah masih dilakukan secara manual, paparnya.

“Oleh sebab itu, setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pada saat ini dituntut untuk memiliki inovasi yang berbasis TI. Bahkan setiap peserta diklat pimpinan diwajibkan membuat proyek perubahan sebagai bagian dari syarat kelulusan diklat." bebernya. Proyek perubahan tersebut harus aplikatif dan langsung diterapkan di tempat tugasnya.

Ketika pemerintah sudah membangun dan mengembangkan smart city untuk memudahkan pelayanan masyarakat, di sisi lain warganya juga harus dapat mengikuti. Jangan sampai ketika sudah diluncurkan pelayanan berbasis TI, masyarakat masih bingung menggunakannya sehingga aplikasi yang dibangun dan dikembangkan tidak berjalan maksimal.

"Ada keseimbangan smart government dan smart people." ujar Aplah.

Ketika sudah dibuat website dan layanan pendaftaran online seperti ini, masyarakat harus tahu cara memanfaatkannya dan pemerintah selaku pengelola atau administrator harus konsisten melakukan updating pada setiap informasi. Pada prinsipnya TI bertujuan memudahkan bukan sebaliknya. Dengan pendaftaran online, masyarakat yang berobat ke puskesmas tidak perlu mengantri.

BPTI sendiri pada saat ini sedang berupaya menyediakan infrastruktur jaringan di Kota Tangerang Selatan untuk mendukung setiap sistem aplikasi yang dikembangkan. Tahap pertama, infrastruktur jaringan dibangun dengan menghubungkan setiap SKPD yang ada. Tahap berikutnya adalah pembangunan infrastruktur jaringan di puskesmas.

Dengan infrastruktur jaringan tersebut, disalurkan internet yang pusatnya di Kantor Pusat Pemerintahan Kota Tangsel yang dikelola BPTI. Dengan infrastruktur jaringan ini akan disebar free wifi di puskesmas agar ketika warga berobat, saat menunggu pada setiap antrian atau menunggu keluarga yang dirawat dapat menggunakan internet untuk berbagai keperluan.

"Untuk puskesmas, infrastruktur free wifi sedang disiapkan dan mudah-mudahan tahun 2017 sudah bisa dimanfaatkan. Di rsu, free wifi Pemkot Tangsel sudah dapat dinikmati oleh pengunjung sejak tahun lalu." jelas Aplah.

Infrastruktur yang dibangun, karena keterbatasan anggaran masih berbasis radio wireless. "Kita ingin ke depannya berbasis fiber optik (FO) karena transaksi data lebih stabil. Kalau berbasis radio, tidak stabil karena dipengaruhi cuaca, medan magnet, dan sebagainya. Apalagi Tangsel termasuk daerah rawan petir. Kalau berbasis radio ketika cuaca cerah bandwidth internet bisa mencapai 30 bahkan 50 mega, tapi pas hujan, biasanya langsung turun drastis, bisa turun menjadi 10 mega." terang Aplah.

Pada saat ini telah banyak sistem informasi yang telah berjalan di Kota Tangerang Selatan seperti Simral (Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Penganggaran dan Pelaporan) yang diterapkan sejak Tahun 2014, Sisumaker (Sistem Informasi Surat Masuk dan Keluar), Pelayanan Perijanan Online, Pelayanan Informasi di RSU, dan sebagainya.

Memberikan pemahaman smart city ke warga apalagi terhadap Ibu-ibu memerlukan seni tersendiri. "Kita bawa dalam suasana ngobrol dan diselingi candaan. Ga perlu menjelaskan apa itu bandwidth, sistem aplikasi, server, Ip publik, dan bahasa dunia maya lainnya. Kita harus bisa menjelaskan dengan bahasa dan cara yang bisa dipahami oleh mereka," papar Aplah ketika ditanya apakah efektif menjelaskan TI kepada masyarakat awam.

Peserta sosialisasi yang merupakan kader kesehatan yang pada umumnya ibu-ibu rumah tangga tersebut bisa mengikuti dan cukup antusias mendengar penjelasan tentang smart city selama lebih dari 30 menit.

(Adv)

Video Terkini