Sukses

Soal Nenek Hindun, Djarot Teringat Tulisan Bung Karno

Djarot Saiful Hidayat meminta agar kejadian seperti nenek Hindun di Setiabudi, Jakarta Selatan, yang sempat ditolak disalatkan jenazahnya.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur petahana DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meminta agar kejadian seperti Nenek Hindun di Setiabudi, Jakarta Selatan yang sempat ditolak disalatkan jenazahnya tidak terulang. Ia pun teringat Presiden RI pertama Soekarno yang pernah menulis soal Islam sontoloyo.

"Bung Karno (Soekarno) kan pernah menulis Islam sontoloyo bahwa ada sebagian umat Islam sontoloyo. Sukarno tulis kira-kira tahun 1930-an, lha ini kok sekarang masih ada," ujar Djarot usai blusukan di Pasar Timbul Tomang, Jakarta Barat, Senin (13/3/2017).

Ia sangat heran jika hingga saat ini masih ada Islam yang tidak bisa berpikiran luas.

"Kok sekarang masih ada (Islam sontoloyo). Kalau sekarang ada, itu artinya kita mundur ke belakang. Hal-hal seperti ini janganlah dikembangkan di Ibu kota karena berbahaya," imbuh dia.

Pemikiran sempit seperti ini, kata Djarot, sangatlah berbahaya jika ada di Ibu kota. "Sebagian kecil masih berpikir sempit. Tapi yang sabar aja. Bung Karno pernah menulis sebagian kecil umat Islam masih berpikir seperti ini," ucap dia.

Nenek Hindun
Jenazah nenek Hindun 78 tahun ditelantarkan masyarakat sekitar. Sebab, sang nenek yang sudah tak bisa berjalan sejak lama itu memilih Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat saat Pilkada DKI putaran pertama.

Menurut keterangan Neneng, usai nenek bernama Hindun bin Raisman itu mencoblos Ahok-Djarot, keluarganya menjadi pergunjingan. Neneng adalah putri bungsu Hindun.

"Kami ini semua janda, empat bersaudara perempuan semua, masing-masing suami kami meninggal dunia, kini ditambah omongan orang yang kayak gitu, kami bener-bener dizalimi, apalagi ngurus pemakaman orang tua kami aja susah," ujar Neneng, pada Liputan6.com di kediamannya, Jalan Karet Raya II, Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat, 10 Maret 2017.

Neneng menceritakan, kronologi jenazah ibundanya ditolak disalatkan di musala oleh ustaz Ahmad Syafii. Neneng mengatakan, saat itu dia dan keluarganya ingin agar jenazah Hindun disalatkan di mushola. Namun, ditolak oleh Ustaz Ahmad Syafii lantaran tidak ada orang di musala.

Selain itu, tak ada orang yang menggotong jenazah Hindun ke musala. Sehingga Ustaz Ahmad Syafii mensalatkan Hindun di rumahnya.

"Alasannya, enggak ada orang yang mau nyalatin (di musala), padahal kami ini anak dan cucunya ramai menyalatkan, tapi memang orang lain (warga lain) cuma empat orang (yang datang ke rumah)," terang Neneng, salah satu anak nenek Hindun.