Liputan6.com, Jakarta Lemahnya pengawasan di Lapas Kerobokan Bali mengakibatkan peredaran narkoba masih ditemukan di dalam lapas. Sudah menjadi pengetahuan umum, Lapas Kerobokan ini merupakan 1 dari 39 tempat sumber bisnis narkoba di Indonesia dan menjadi salah satu dari 72 jaringan internasional.
"Ketika kami meninjau Lapas Kerobokan, sebenarnya areanya tidak terlalu luas, tapi kenapa kecolongan dan kebobolan terus. Kami akui memang rasionya tidak masuk akal, sekitar 1.800 tahanan hanya diawasi sekitar 30 petugas dan kapasitasnya hanya 300 sel atau kamar, ini menjadi persoalan pelik juga," kata Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo saat rapat dengan Kapolda dan Kepala BNNP Bali dalam rangkaian acara Kunker di Bali, Jum'at (10/3) lalu
Kemudian, sambung Bamsoet, panggilan akrab Ketua Komisi III DPR ini, ia menyarankan agar Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) dan Polda Bali berkoordinasi dgn Kemenkumham untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat lagi agar peredaran narkoba tidak lebih meluas.
"Kepala BNNP Bali fokus saja dengan pencegahan narkoba di lapas, jika kami masih mendengar lagi ada bandar-bandar dalam lapas, selain kegagalan Kumham berarti ini juga menjadi kegagalan Kepala BNNP,"tekan Politisi F-Golkar itu.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi III DPR Desmon J Mahesa mengatakan masih beredarnya narkoba di dalam Lapas karena lemahnya pengawasan keluar masuk orang atau tamu. Hal itu juga diungkapkan oleh Kepala BNN saat raker di Jakarta.
"Pasti ada peran aparat terhadap lalu lintas keluar masuknya orang oleh petugas lapas. Ada tuntutan wacana yang dilempar Pak Buwas, BNN mau masuk melakukan pengawasan, pertanyaan saya BNNP sendiri sudah beres atau belum. Karena peredaran narkoba sumbernya kan pasti dari luar, berarti peran BNNP dan Dir Narkoba yang tidak bisa mencegah barang dari luar masuk," ungkap Politisi F-Gerindra itu.
Kepala BNNP Bali, I Putu Gede Suastawa menyatakan, sebulan sekali pihaknya melakukan sweeping ke dalam Lapas Kerobokan, dan selalu menemukan barang bukti sabu-sabu, sound system, hp, dan kelengkapan lainnya.
Ia mengakui, memang pengawasan di Lapas masih lemah, di luar pihaknya bekerja keras dengan Polda, dan di dalam menekan agar barang-barang tidak bisa masuk. Dari hasil pemeriksaan pengembangan kasus-kasus hampir 30 persen akhirnya bermuara juga ke lapas , ada juga beberapa yang dijadikan tersangka untuk diproses hukum.
"Inilah kerja keras yang harus kita lakukan secara bertahap, hasil penangkapan dari bulan Januari sampai Maret sangat besar. Di luar masih banyak beredar, dari data yang ada sebanyak 61.353 orang di Bali adalah penyalaguna narkoba," tutupnya.
(*)
Â
Advertisement