Liputan6.com, Jakarta - Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri menyoroti banyaknya kontestan di Pilkada serentak 2017 yang mendadak relijius, kerap menyambangi tokoh agama, dan mengaku dekat dengan umat.
Mustofa juga menyentil sebagai kalangan yang gemar berteriak Allahu Akbar, tapi tak mengerti makna dari ucapan tersebut.
"Masak urusan Pilkada Gusti Allah diajak? Saya tanya, apa arti sampean mengucapkan Allahu Akbar? Allah Maha Besar. Sebesar apa Allah, kok sampean mengatakan terbesar? Wong pengajian Akbar, Masjid Akbar, dan imam besar juga ada, apa Tuhan sebesar itu?" ujar Mustofa di Masjid Raya Bandung, Senin, 13 Maret 2017.
Advertisement
Gus Mus, sapaan Mustofa, mengaku hanya tertawa kalau ada pihak yang terlibat di Pilkada merasa bahwa apa yang diyakini dan dipelajari olehnya merupakan kebenaran mutlak yang sesuai dengan apa Tuhan perintahkan.
"Ada yang merasa seperti Gusti Allah. Kalau dia marah dipikir Allah juga marah. Kalau dia geram, dia pikir Allah juga geram. Allahu sebesar itu, tapi disuruh ngurusi Pilkada, berani sekali orang-orang Indonesia ini. Jangan mengatakan Allahu Akbar, tapi merasa dirinya lebih besar dengan yang lain," ucap Gus Mus seperti dilansir dari situs resmi NU, nu.or.id.
Gus Mus menilai saat ini banyak orang yang mengucapkan pujian terhadap Tuhan, tapi hatinya justru hanya mementingkan bagaimana tujuan politiknya tercapai.
"Ketika Allahu Akbar, di kepala sampean ada siapa? Kalau mengucapkan Allahu Akbar, tapi di dalam kepada terpikir 'Haji Sulam Jualan Bubur'. Jangan sembarangan Allahu Akbar dulu, bahwa banyak ulama pingsan karena tahu betapa kecil kita ini," ucap dia.
Dalam kesempatan itu, Gus Mus juga mengutip pendapat kakaknya, yakni Kiai Cholil Bisri, "Kalau tidak bisa mengetahui bagaimana besarnya Allah, sudahlah maknai Allahu Akbar, aku sangat kecil sekali".
Gus Mus mengakui memang sulit mengecilkan diri sendiri, apalagi bagi yang mempunyai jabatan dan posisi tinggi di masyarakat.
"Jadi kita itu bagaimana, mengecilkan diri sendiri tidak bisa, membesarkan Tuhan tidak mampu,” jelasnya disambut hening oleh hadirin yang juga memenuhi Alun-alun Kota Bandung.