Sukses

Kiprah Politik Hasyim Muzadi, Pernah Cawapres hingga Wantimpres

Selain sebagai tokoh NU, Hasyim Muzadi juga memiliki prestasi mentereng dalam kancah politik nasional. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - KH Hasyim Muzadi meninggal dunia di Malang, Jawa Timur, pada pukul 06.15 WIB. Sepanjang hidupnya, sejumlah prestasi ia torehkan selama bangsa dan negara.

Selain menjadi Ketua Umum PBNU selama dua periode pada 1999–2010, Hasyim juga pernah tercatat sebagai anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah PPP.

Perjalan politik Hasyim Muzadi terus menanjak. Pada Pilpres 2004, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mendapuknya sebagai calon wakil presiden (cawapres). Dalam ajang pilpres itu, selain Megawati-Hasyim Muzadi, ada empat pasangan kontestan lainnya, yaitu SBY-JK, Wiranto-Salahuddin Wahid, Amien Rais- Siswono Yudo Husodo, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Pengumuman pinangan untuk Hasyim disampaikan Megawati pada Kamis, 6 Mei 2004 di Gedung Pola, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, pukul 11.00 WIB. Integritas Hasyim dalam ijtihad politik diuji. Dia kemudian menerima tawaran PDIP untuk menjadi cawapres. Langkah ini dianggap sebagai bagian dari sosoknya yang moderat.

"Saya ingin menyatukan antara kaum nasionalis dan agama," ujar Hasyim Muzadi saat berorasi dalam deklarasi pasangan capres dan cawapres Megawati-Hasyim Muzadi itu.

Predikatnya sebagai ketua Umum PBNU tak membuatnya semena-mena untuk menggaet suara basis dari ormas tersebut. Hasyim Muzadi menegaskan, tak akan melakukan upaya lobi-lobi kepada para kiai, khususnya di kalangan NU.

Hal itu ia ungkapkan usai menemui pengasuh Pesantren Lirboyo KH Idris Marzuqi di Kediri, Jatim, 15 Mei 2004. Kedatangannya di Kediri hanya sebatas hubungan antara kiai dengan santri.

"Jadi wajar saja saya dilakukan ini dan bukan dalam rangka mencari dukungan sebagai cawapres," kata dia.

Menyingggung soal dukungan PKB Jatim terhadap Wiranto-Gus Sholah, ia tak ambil pusing. Hasyim Muzadi menyerahkan sepenuhnya kepada PKB Jatim. Karena tujuan NU melakukan diversivikasi calon adalah untuk mengembangkan iklim demokratisasi, supaya di tubuh NU sendiri tidak terjadi polarisasi.

Ajang Pilpres pun digelar. Dalam putaran pertama, pasangan Wiranto-Gus Sholah mendapat suara 22,15 persen, Megawati-Hasyim 26 persen suara, Amien Rais-Siswono 14 persen suara, SBY-JK 33 persen suara, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar mengantongi 3,1 persen suara.

Dengan begitu, pasangan Megawati-Hasyim dan SBY-JK maju dalam Pilpres babak kedua. Proses pemilihan presiden selanjutnya pun diselenggarakan pada 20 September 2004. Hasilnya pasangan SBY-JK meraih suara 60,62 persen mengungguli suara pasangan Mega-Hasyim 39,38 persen.

Selain itu, jabatan politik yang pernah ia emban ialah menjadi anggota dewan Pertimbangan Presiden (wantimpres) Jokowi-JK. Tugas wantimpres yaitu memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden.

Jabatan itu ia terima pada 19 Januari 2015 berdasarkan Keppres No. 6/P Tahun 2015 dan Keppres 8/P Tahun 2015. Presiden Joko Widodo yang melantiknya bersama 8 orang lain untuk periode 2015–2019.

Dalam tugasnya, Hasyim Muzadi duduk bersama Sri Adiningsih, Sidarto Danusubroto, Yusuf Kartanegara, Suharso Monoarfa, Rusdi Kirana, Jan Darmadi, Abdul Malik Fadjar, dan Subagyo Hadi Siswoyo.