Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya aktif dalam negeri, kiprah keagamaan KH Hasyim Muzadi juga diakui dalam kancah internasional. Hal itu terbukti dalam Konferensi Dunia Agama untuk Perdamaian (World Conference on Religion for Peace/WCRP) ke 8 yang berlangsung di Kyoto, Jepang.
Dalam acara tersebut, seperti dikutip dari nu.or.id, anggota dewan pertimbangan presiden KH Hasyim Muzadi ini terpilih sebagai salah satu dari 9 presiden WCRP. Sementara mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menjadi salah satu presiden kehormatan dalam acara berlangsung 25-29 Agustus 2006 lalu.
WCRP merupakan organisasi lintas agama yang menghimpun tokoh-tokoh berbagai agama dari seluruh dunia dalam upaya mewujudkan perdamaian duni. Pada pertemuan di Kyoto, hadir 600-an tokoh ragam agama dari 100 negara di dunia. WCRP sendiri didirikan pada 1970 dan saat ini berpusat di markas PBB New York.
Advertisement
Beberapa program yang dijalankan adalah menghentikan perang, mengakhiri kemiskinan dan melindungi bumi. Mereka telah berupaya untuk membantu upaya rekonsiliasi di Irak, menjadi mediator dalam perang antar suku di Sierra Leone serta membantu jutaan anak yang terinfeksi virus HIV di Afrika.
Hasyim dipilih karena perannya dalam pengembangan perdamaian baik di tingkat nasional maupun internasional. PBNU telah menggelar International Conference of Islamic Scholar (ICIS) pada 2004 dan 2006 yang dihadiri peserta dari 53 negara. PBNU juga membantu resolusi konflik di Thailand Selatan.
Saat peristiwa WTC 11 September 2001, AS langsung menuding gerakan Al-Qaeda berada di balik serangan gedung itu. Negeri Paman SAM lantas menangkapi orang-orang dan kelompok Islam yang diduga kuat terkait jaringan yang dipimpin Osama bin Laden.
Meski posisi Islam moderat Indonesia luput dari tuduhan, hal itu bukan berarti persoalan selesai. Di sini, KH Hasyim Muzadi mengambil peran penting untuk memberi pemahaman masyarakat Islam Indonesia kepada dunia internasional.
Dunia internasional dipandang perlu mengetahui Islam di Indonesia dan sikap tak setuju tindak kekerasan. Dirinya pun memandang perlu komunikasi dengan dunia luar secara intensif, tak terkecuali dengan AS.
Akhirnya, AS pun mengundang KH Hasyim Muzadi untuk menjelaskan pemahaman masyarakat Islam di Indonesia. Dia kemudian memaparkan secara gamblang terkait peta dan struktur Islam.
"Saya gambarkan, umat Islam di Indonesia itu pada dasarnya moderat, bersifat kultural, dan domestik. Tak kenal jaringan kekerasan internasional," ujar Hasyim.
Begitu pula terkait kelompok garis keras, KH Hasyim Muzadi menyarankan agar AS tidak menggunakan sikap respresif. Solusi yang ditawarkannya yaitu melalui pendekatan sosio-kultural.
"Saya minta supaya pendekatannya dengan pendidikan, kultural, dan social problem solving. Dijamin, gerakan-gerakan kekerasan akan hilang," saran Hasyim.
Muzadi juga mengakui, pejabat AS memang memiliki pandangan sendiri tentang masa depan dunia Islam dan terorisme. Namun banyak senator AS yang berharap Indonesia menjadi komunitas muslim yang pada masa depan bisa bersahabat dengan dunia.
"Itu istilahnya mereka," kata KH Hasyim Muzadi kala itu.
Kini, anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu telah wafat. Kiai NU itu mengembuskan napas terakhirnya di Malang, Jawa Timur, pada (16/3/2017) pukul 06.15 WIB.
Putra Hasyim Muzadi, Yusron Shidqi mengatakan, jenazah ayahandanya itu akan dibawa ke Depok, Jawa Barat setelah salat zuhur.
"Jenazah insya Allah akan diberangkatkan ke pesantren Alhikam Depok dari Malang bakda zuhur hari ini, dan akan disalatkan di Masjid Alhikam setibanya di pesantren," ujar Yusron.
Â