Liputan6.com, Jakarta: Memasuki usia 75 tahun, Taufik Ismail terlihat semakin bersemangat manakala diajak berbicara masalah kebudayaan, apalagi bila diminta membacakan puisinya. "Ini bentuk diplomasi kebudayaan yang lebih saya pahami, yakni berpuisi. Saya sampai sekarang tidak akan lupa betapa hebatnya W.S. Rendra berpuisi di luar negeri, dan memukau siapa pun yang menyaksikan," ujar penyair Taufik Ismail di sebuah kafe di Jakarta, Jumat (30/7).
Dalam Diskusi Serial Bulanan (Diserbu) "Semangat Indonesia, Diplomasi Kebudayaan", Taufik bertutur mengenai salah satu pengalamannya bersama W.S. Rendra. "Di satu acara pentas puisi yang diikuti banyak seniman dunia, W.S. Rendra mampu memukau semua penonton. Bahkan, ia mendapatkan tepuk tangan sangat meriah dan paling lama dibandingkan pembacaan puisi seniman lainnya. Ini sangat membanggakan saya hingga kini, padahal Rendra membaca puisi berbahasa Indonesia," katanya.
Kala itu, menurut Taufik, Rendra--yang meninggal pada 6 Agustus 2009 di usia 74 tahun--mendapat peluk cium dari salah seorang seniman berkumis dan berewok kelas dunia. "Saya yakin Rendra saat itu pasti geli mendapat peluk cium dari orang berkumis dan berewok. Tapi, saya sesaat kemudian sangat yakin Rendra langsung bahagia karena mendapat peluk cium dari banyak banyak orang berwajah mulus," ujar Taufik sambil tertawa. Hal ini lantaran Rendra mendapat peluk cium para wanita kulit putih.
Berdasarkan pengalamannya itu, Taufik yang juga pendiri majalah kebudayaan Horizon mengemukakan, semakin memahami pentingnya diplomasi kebudayaan khas Indonesia. "Bangsa Indonesia banyak yang memiliki talenta seperti Rendra. Mereka tentu saja memerlukan kesempatan mengembangkan ekspresinya, agar dapat mencapai kemampuan tingat dunia," katanya.
Selain itu, Taufik menyatakan, diplomasi kebudayaan Indonesia setidak-tidaknya dapat dilakukan melalui sejumlah bentuk berkesenian, seperti sastra, drama atau teater, musik, film, lukis dan tari. "Sebetulnya, kita jagoan dalam hal ini," katanya menambahkan.(ANS/Ant)
Dalam Diskusi Serial Bulanan (Diserbu) "Semangat Indonesia, Diplomasi Kebudayaan", Taufik bertutur mengenai salah satu pengalamannya bersama W.S. Rendra. "Di satu acara pentas puisi yang diikuti banyak seniman dunia, W.S. Rendra mampu memukau semua penonton. Bahkan, ia mendapatkan tepuk tangan sangat meriah dan paling lama dibandingkan pembacaan puisi seniman lainnya. Ini sangat membanggakan saya hingga kini, padahal Rendra membaca puisi berbahasa Indonesia," katanya.
Kala itu, menurut Taufik, Rendra--yang meninggal pada 6 Agustus 2009 di usia 74 tahun--mendapat peluk cium dari salah seorang seniman berkumis dan berewok kelas dunia. "Saya yakin Rendra saat itu pasti geli mendapat peluk cium dari orang berkumis dan berewok. Tapi, saya sesaat kemudian sangat yakin Rendra langsung bahagia karena mendapat peluk cium dari banyak banyak orang berwajah mulus," ujar Taufik sambil tertawa. Hal ini lantaran Rendra mendapat peluk cium para wanita kulit putih.
Berdasarkan pengalamannya itu, Taufik yang juga pendiri majalah kebudayaan Horizon mengemukakan, semakin memahami pentingnya diplomasi kebudayaan khas Indonesia. "Bangsa Indonesia banyak yang memiliki talenta seperti Rendra. Mereka tentu saja memerlukan kesempatan mengembangkan ekspresinya, agar dapat mencapai kemampuan tingat dunia," katanya.
Selain itu, Taufik menyatakan, diplomasi kebudayaan Indonesia setidak-tidaknya dapat dilakukan melalui sejumlah bentuk berkesenian, seperti sastra, drama atau teater, musik, film, lukis dan tari. "Sebetulnya, kita jagoan dalam hal ini," katanya menambahkan.(ANS/Ant)