Sukses

Harapan Terpendam Abil, Bocah Pramuka Tertidur Saat Jualan

Sang ayah, Aep Saepudin, mengaku berulang kali menasehati Abil untuk berhenti berdagang, karena sejak jualan ia sering kesiangan.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang bocah berseragam Pramuka lengkap dengan dasi duduk tertidur di tepi jalan. Mulutnya menganga, tanda terlelap karena lelah. Didepannya sebuah kardus berisi aneka macam makanan ringan, yang ia jajakan kepada setiap orang yang lewat.

Foto bocah tertidur di tepi jalan ini pun langsung viral setelah diunggah di media sosial. Banyak netizen tersentuh hatinya melihat foto tersebut.

Lalu siapa bocah itu?

Namanya Abil Alifudin. Usianya 13 tahun, namun masih duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tanjung Barat 09 Pagi, Jakarta Selatan.

Kemiskinan membuat Abil telat mengenyam pendidikan. Seharusnya dia sudah duduk di bangku SMP, tapi karena keluarganya tak mampu dia pun kini masih siswa SD.

Abil merupakan anak keempat dari lima bersaudara, anak pasangan suami istri Aep Saepudin dan Lina Herlinawati. Saban hari setiap pulang sekolah, dia mengitari ruas Jalan Nangka No 58 Tanjung Barat, Jakarta Selatan untuk berjualan.

Abil menjajakan makanan ringan ke sejumlah pejalan kaki untuk membantu ekonomi keluarganya. Macam-macam rupa makanan itu, ada kripik, kerupuk, dan ciki. Produk cemilan itu diambil dari sebuah grosir bernama Afwan Cemilan.

"Saya menawarkan diri kepada grosir itu, mbak saya jualin ya. Ternyata pemiliknya mau," tutur Abil ketika ditemui di rumahnya, Senin (20/3/2017).

Terkait fotonya yang viral, Abil mengungkapkan, "foto itu diambil setelah Ujian Tengah Semester (UTS) dua minggu lalu. Saya tidak tahu siapa yang foto, habis waktu itu ngantuk banget pulang dari Pramuka, dan ke rumah temen, langsung jualan," ucap bocah pengidola Persib Bandung ini.

Sebenarnya, kata Abil, ia malu berjualan. Apalagi teman-temannya sering meledeknya.

"Sering banget diledekin bau-bau. Padahal udah pakai minyak wangi. Tetap saja diledek. Tapi sekarang saya sudah diam saja enggak didengar kata mereka," tutur Abil.

Abil

Mengenai kenapa ia harus berdagang sambil sekolah, Abil mengatakan, ia ingin membantu orangtuanya sekaligus berlatih mencari uang sedini mungkin, agar kelak menjadi seorang pengusaha sukses.

"Saya belajar dagang dari melihat orang. Mulai kelas III lah saya berjualan. Awalnya jualan batu akik, rambutan, buku tulis, dan kemudian jualan cemilan, tisu, dan air mineral," ujar polos.

Abil mengaku berjualan sambil sekolah sejak tinggal di Bandung, Jawa Barat, beberapa tahun lalu. Saat itu, dia kerap merapihkan sandal di masjid. Setiap kali mengerjakan pekerjaan tersebut dia diupah Rp 1000.

Telat ke Sekolah

Sang ayah, Aep Saepudin, mengaku berulang kali menasehati anaknya untuk berhenti berdagang, karena sejak jualan ia sering kesiangan.

"Sekolah suka kesiangan. Kalau langsung jualan suka ngantuk, kayak di foto itu. Hati kecil saya, tidak mau anak seperti itu, cuma apa boleh buat," ucap Aep.

Dia mengatakan, anaknya tak mau berhenti berdagang karena ingin membantu ekonomi keluarga.

Abil berdagang mulai pukul 13.00 hingga 22.00 WIB. Dalam sehari ia bisa memperoleh Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu.

"Abil cari ulang halal, kenapa tidak boleh? Kenapa dilarang?" ujar Aep menirukan ucapan anaknya. "Saya bangga anak segini bisa bantu orangtua," kata Aep lagi sambil tersedu-sedu.

Aep, 44 tahun, saat ini sedang tidak bekerja. dia baru saja sembuh dari sakit tipes. Sebelumnya, sehari-hari dia hanya berjualan makanan kecil untuk anak-anak berjalan dari kampung ke kampung.

Sementara ibunya, hanya ibu rumah tangga. Kakak-kakaknya yang sudah remaja, putus sekolah. Sementara adiknya, masih kecil.

Abil bersama 4 saudara dan dua orangtuanya tinggal di sebuah kontrakan kecil dan pengap di daerah Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

Video Terkini