Liputan6.com, Jakarta - Patmi, seorang peserta semen kaki di depan Istana meninggal dunia. Dia wafat setelah cor semen di kakinya dilepas.
Atas mangkatnya wanita 48 tahun tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan bela sungkawa. Dia berdoa akhir hidupnya husnul khatimah.
Baca Juga
"Innalillahi wainna illaihi rojiun, semoga almh ibu Patmi khusnul khotimah..," tulis Ganjar dalam akunnya, @ganjarpranowo yang dikutip Liputan6.com, Rabu (22/3/2017).
Advertisement
Patmi meninggal setelah diduga terserang penyakit jantung. Ketika itu, Patmi yang akan kembali pulang ke kampung halaman, membersihkan diri di kamar mandi. Lalu saat keluar, Patmi berteriak menahan sakit, ia meringis lalu muntah dan langsung jatuh.
"Tepat dekat lift ini, beliau teriak dan memegang dada kirinya, lalu muntah-muntah," ujar Muhammad Isnur, Kepala Bidang Advokasi YLBHI pada Liputan6.com saat menerangkan secara rinci bagaimana kejadiannya, Senin 20 Maret 2017.
Patmi sejatinya akan pulang kembali ke Pati, Jawa Tengah. Ia bersama beberapa peserta aksi lainnya diputuskan pulang setelah melalui rapat antarpeserta aksi dengan kaki masih disemen. Patmi bersikukuh tak ingin pulang, tak mau pasung semennya dibuka. Cerita itu baru diketahui setelah teman seperjuangan Patmi, bernama Ani berkisah dengan menahan isak.
"Dia awalnya tak mau pulang, saya ajak pulang, tapi dia maunya tetap di sini. Katanya, saya suruh ninggalin dia, tapi nggak tahu jadinya seperti ini," isak Ani.
Patmi merupakan satu dari puluhan warga Kendeng yang melakukan aksi penolakan pabrik semen dengan mengecor semen di kakinya. Lima hari sudah kaki Patmi terbenam dalam kotak berisi semen.
Awalnya, aksi mengecor kaki ini dilakukan sejumlah warga Kendeng, Jawa Tengah pada Senin, 13 Maret 2017. Aksi ini sebagai bentuk protes warga atas keputusan pemerintah yang tetap mengoperasikan pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang dan di wilayah Pengunungan Kendeng, Jawa Tengah, meski putusan Mahkamah Agung sudah membatalkan izin pendiriannya.
Peserta aksi semen kaki ini mulai duduk dan berdiri di luar pagar Monas dari siang sampai sore, dengan fasilitas sanitasi lapangan dan peneduh. Pada sore hari, peserta aksi beristirahat dan menginap di YLBHI jalan Diponegoro Jakarta.
Kemudian, pada Kamis, 16 Maret 2017, ada 55 warga dari Kabuputen Pati dan Rembang menyusul bergabung dengan para peserta aksi sebelumnya. Dari ke 55 warga ini, hanya 20 orang yang mengecor kakinya, termasuk Patmi. Kedatangannya tanpa paksaan bersama kakak dan adiknya dengan seizin suaminya.