Sukses

Petani Kendeng Nangis Usai Bertemu Jokowi

Dia mengingatkan Jokowi soal janji saat pertemuan dengan Petani Kendeng setahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di Istana Negara, Jakarta. Petani Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, yang sedang berseteru dengan PT Semen Indonesia juga hadir dalam acara itu.

Usai acara resmi, dua petani Kendeng ini diberikan kesempatan untuk berbincang dengan Jokowi secara khusus. Tapi, setelah perbincangan, salah satu petani Kendeng memilih tak ikut foto bersama.

Petani yang belakangan diketahui bernama Gunarti itu memilih berpaling ke salah satu pilar Istana Negara. Dia kemudian menitikkan air mata.

Gunarti mengatakan, kesempatan berbincang langsung dengan Jokowi itu, digunakan untuk menyampaikan segala keluh kesah yang sedang dialami masyarakat Pegunungan Kendeng. Masalah yang disampaikan seputar konflik dengan PT Semen Indonesia terkait lokasi tambang.

"Saya menyampaikan ke Pak Jokowi sebagai kepala negara bisakah bapak itu melihat anak-anaknya seperti itu, itu apa yang bisa dilakukan Pak Jokowi?" kata Gunarti di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (22/3/2017).

Dia mengingatkan Jokowi soal janji saat pertemuan dengan Petani Kendeng setahun lalu. Jokowi berjanji dikaji ulang, menunggu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) selama setahun, dan tidak boleh ada kegiatan apapun di lokasi itu. Tapi, nyatanya perintah itu tidak dihiraukan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

"Bagi kami, sangat tertindas. Kami menangis karena melihat peta Indonesia yang dulunya subur, sekarang peta itu sudah rusak karena di mana PT-PT yang menguasai emas, menguasai kekayaannya Indonesia, itu bendera asing semua. Dan kami ini mempertahankan jangan sampai Tanah Air kami itu dimiliki oleh orang asing," imbuh dia.

Gunarti mengatakan, Jokowi meminta masyarakat Kendeng berkomunikasi lebih intensif dengan Gubernur Jawa Tengah. Tapi menurut Gunarti, Ganjar tetap ngotot kehadiran pabrik semen di sana sangat dibutuhkan. Padahal, tidak semua orang hidup untuk semen. Masyarakat Kendeng tetap memilih Tanah Air.

"Kami tetap ingin jadi petani karena mengingat pesannya Bung Karno, kita harus mencintai Tanah Air. Dan bagi kami mencintai itu ya harus merawat dengan bertani. Kami bertani juga karena eling (ingat) sama sampeyan-sampeyan (kamu-kamu), jenengan (kamu-kamu) enggak iso (bisa) tani. Jenengan-jenengan dimakanin nasi, Pak Gubernur, Presiden makan nasi, dan kita yang menanam," tutur dia.

Gunarti berharap, kawasan Kendeng tetap utuh seperti semula. Masyarakatnya bertani, yang sawah tetaplah sawah, yang gunung tetap jadi gunung, yang laut biar menjadi laut.

Dia juga ingin ada waktu yang lebih khusus untuk berbicara langsung dengan Presiden. Pembicaraan ini layaknya anak dengan orangtua.

"Kalau melihat apa yang dikatakan beliau, Pak Jokowi, rasanya saya sudah kehilangan bapak. Ini benak yang kami rasakan. Dan saya membawa amanah dari desa, kampung kami, dari Jawa Tengah. Hanya Jawa Tengah lah yang jadi lumbung pangan Nusantara. Kalau nanti Jawa Tengah rusak, maka negara ini tidak akan ada pangan lagi," Gunarti menandaskan.