Sukses

Derita Bocah 1,8 Tahun di Bogor Berjuang Lawan Tumor di Tubuhnya

Ayahnya yang hanya pedagang es keliling di Jakarta tak mampu membiayai pengobatan penyakit tumor yang diderita Nurasiah.

Liputan6.com, Jakarta Siti Nurasiah, hanya bisa terbaring lemah di atas tikar. Tubuhnya tak mampu berdiri dan berlari seperti anak seusianya. Tumor ganas telah merenggut keceriaannya.

Bocah perempuan berusia 1,8 tahun ini hanya bisa mengerang kesakitan dan menangis ketika benjolan sebesar buah mangga di atas kemaluan dan bokongnya tergesek baju ataupun bantal.

Anak dari dari pasangan Siti Asminah (24) dan Edi Sugiono (26) menderita tumor ganas sejak lahir. Setiap hari, dia harus merasakan sakit dari perut, bokong hingga pahanya. Ayahnya yang hanya pedagang es keliling di Jakarta tak mampu membiayai pengobatan Nurasiah.

Nurasiah dan kedua orang tuanya tinggal di rumah yang tidak layak untuk dihuni di Kampung Kantalarang, RT 01/09, Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.

Awalnya, keluarga mengira di bawah perut sebelah kiri dan bokong Nurasiah hanya benjolan biasa. Seiring usianya terus bertambah, benjolannya pun semakin hari makin membesar.

"Benjolan di bawah perut dan bokongnya sebesar buah mangga. Setiap hari dia nangis dan bilang sakit terutama saat buang air besar," kata Asminah, Bogor, Jumat (31/3/2017).

Sehari-hari Nurasiah selalu ditemani ibunya. Karena untuk makan, pipis atau buang air besar dia tidak bisa sendiri. "Berdiri aja enggak bisa," ucap Asminah sambil berlinang air mata.

Asminah mengaku sudah beberapa kali membawa anaknya ke rumah sakit. Akan tetapi, karena saat itu usianya masih labil sehingga dokter menyarankan operasi pengangkatan tumor ditunda.

"Dia sudah beberapa kali dibawa ke rumah sakit, dan sempat didiagnosa di RS Fatmawati Jakarta," kata dia.

Namun semenjak kartu JKN diblokir pihak BPJS karena nunggak selama 1 tahun lebih, Asminah hanya merawatnya di rumah. Dan saat ini kondisi bocah malang ini semakin memperihatinkan.

Ayahnya juga tidak bisa berbuat banyak, penghasilannya yang tidak menentu pun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Pulangnya sebulan sekali. Bapak ngasih uang juga tidak seberapa," kata Asminah yang mengaku setiap bulan hanya diberi Rp 500 ribu.

Menurut Asminah, untuk mengobati penyakit anaknya hingga sembuh, butuh penanganan dokter ahli yang biayanya cukup besar. "Kalau sekarang berobat ke puskesmas, itu juga kalau lagi ada uang," keluh Asminah.

Iyas, kakek Nuraisah berharap ada dermawan yang berkenan membantu cucu kesayangannya itu agar sembuh sehingga bisa bermain dengan teman sebayanya.

"Semoga ada orang yang mau bantu, saya enggak tega lihat cucu saya sakit tumor seperti itu," ujarnya dengan suara lirih.