Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meminta orang tua mewaspadai penggunaan teknologi dalam jaringan (daring) yang melibatkan anak-anak mereka guna mengantisipasi beragam doktrin yang bertentangan dengan ajaran agama.
"Mereka melalui media sosial dan itulah yang berjalan dan itu yang paling aman menurut mereka (jaringan teroris)," ujar Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius dalam acara Harlah Ke-71 Muslimat NU di GOR Jayabaya, Kediri, Jawa Timur, Minggu 2 April 2017.
Baca Juga
Kemajuan teknologi itu, kata dia, sengaja dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk memasukkan beragam doktrin yang bertentangan dengan ajaran agama. Hal itu sangat berbeda dengan sebelumnya.
Advertisement
"Jika dahulu proses baiat itu bertatap muka, secara fisik untuk mendoktrin orang, sekarang baiat lewat online, dilakukan berulang ulang," kata dia.
Ia menyebut sudah ada korban dengan baiat lewat daring, yaitu Ivan Armadi Hasugian (18). Ivan merupaka pelaku aksi percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Kota Medan, Sumatera Utara, Agustus 2016.
Komunikasi Ivan dengan jaringan teroris dilakukan berulang-ulang melalui dunia maya. Dari situ, kemudian dicuci otaknya sehingga Ivan melakukan amaliah dengan menyerang.
Di Indonesia, kata dia, masih kesulitan untuk memberantas beragam praktik doktrin yang memanfaatkan teknologi daring ini, sebab beragam media sosial di Indonesia bisa dimanfaatkan. Hal itu berbeda di Tiongkok, yang memblokir beragam situs, misalnya Facebook, Google, dan sejumlah media sosial lainnya.
Untuk itu, dia pun aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat sebagai upaya meminimalkan beragam doktrin buruk tersebut. Salah satunya, meminta warga NU untuk ikut mengawasi keluarganya.
"Saya minta ibu-ibu Muslimat NU, tolong awasi keluarga kita karena bisa terjadi. Karena rutin lewat media sosial, lama-lama orang yang mungkin tidak terpapar, akan terpikirkan dengan dalil-dalil seperti itu," kata Suhardi seperti dilansir dari Antara.
Ia mengatakan, BNPT juga berupaya membuat langkah kontra-propaganda. Ketika ada muatan negatif, ayat-ayat yang menurut mereka benar, akan langsung dibahas oleh tim khusus dengan melibatkan pakar-pakar sehingga bisa dikontrol.
"Ketika ada muatan negatif ayat-ayat yang menurut mereka benar, kita konter. Jika tidak, akan dianggap benar masyarakat sehingga kami buatkan kontranarasi bagian sebenarnya dalam konteks ayat itu. Kita buatkan kelompok ahli dari pakar-pakar," Suhardi menandaskan.
Dalam acara tersebut, selain dihadiri dari BNPT, juga Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, BNN Kota dan Kabupaten Kediri, serta sejumlah tamu undangan lainnya. Acara itu juga dihadiri ribuan warga Muslimat baik Kota dan Kabupaten Kediri.