Liputan6.com, Jakarta - Siapa bilang anak Betawi ketinggalan zaman? Siapa juga yang bilang anak Betawi tak berbudaya? Betawi sejak dulu sudah maju dan jauh dari kata tak berbudaya. Buktinya, sejumlah anak Betawi mencatatkan namanya di dunia seni dan budaya Tanah Air.
Nama seniman Betawi itu bahkan kesohor hingga ke negeri jiran, Singapura dan Malaysia. Seniman Benyamin Suaeb misalnya, punya banyak penggemar di Negeri Jiran. Film-film yang dibintangi, banyak ditonton warga rumpun Melayu negeri seberang.
Baca Juga
Berikut enam seniman Betawi yang namanya kondang:
Advertisement
1. Ismail Marzuki
Betawi necis yang jago cas cis cus bahasa Inggris. Itulah Ismail Marzuki. Betawi asli ini lahir di Kwitang, Jakarta Pusat, pada 11 Maret 1914. Tersohor sebagai seniman, pria yang akrab disapa Maing ini mengawali karier seninya dengan bergabung di kelompok musik MULO.
Di usia 17 (1931), murid Habib Ali Alhabsy itu sudah menghasilkan lagu "O Sarinah". Tempaan agama di masa anak-anak, membuat Ismail dikenal sebagai pribadi religius nasionalis. Karyanya yang melegenda, seperti "Gugur Bunga" dan "Indonesia Tanah Pusaka" adalah buktinya.
Sepanjang hidupnya, Maing menghabiskan waktunya untuk dunia seni. Selain itu dia juga tercatat aktif di sebagai pengurus bidang seni dan budaya Perkumpulan Kaum Betawi yang diketuai oleh MH Thamrin.
2. Benyamin Suaeb
Siapa tak kenal Benyamin Suaeb. Anak Betawi kelahiran Kemayoran 5 Maret 1939 ini dikenal aktor serba bisa. Aktingnya yang kocak dan kerap di luar skenario, membuat namanya cepat dikenal penonton.
Cucu Haji Jiung atau Haji Ung ini sejak kecil memang sudah mempunyai bakat seni luar biasa. Selain akting, dia juga jago nyanyi, penyiar, dan membawa acara. Lingkungan keluarga yang menyukai seni musik, membuat sosok yang akrab disapa Bang Ben ini seakan mudah menemukan jalannya untuk jadi seniman.
Kendali berasal dari keluarga yang cinta seni musik, Ben sempat dilema saat menekuni dunia artis. Gaya hidup bebas dan glamor dunia artis, sempat membuat emaknya, Siti Asiyah, keberatan. Sang emak cemas Ben akan tertular gaya hidup bebas. Siti Aisyah bahkan naik pitam saat mengetahui akhirnya Ben main film. Dia enggan menerima uang hasil main film Benyamin. "Uang haram" kata Mak Aisyah dikutip dari buku Dari Betawi untuk Indonesia, karya Aziz Khafia (2009).
Meski begitu, Ben tak menyerah. Dia terus menggeluti dunia akting. Dukungan dari saudara dan keluarga besar membuat dia tetap memutuskan untuk bermain film. Hasilnya, puluhan film akhirnya dibintangi Benyamin Suaeb. Di antara film-filmnya yang ngetop adalah Si Doel Anak Betawi, Tarzan Kota, dan Samson Betawi.
Firman Muntaco dan Bokir
3. Firman Muntaco
 "Jangan takut disebut kampungan dengan logat Betawi," itulah pesan Firman Muntaco kepada anak-anaknya. Anak Betawi kelahiran Petojo 15 Mei 1935 itu dikenal sangat kuat menjaga budaya Betawi. Dia tak mau budaya Betawi hilang karena generasi muda gengsi dianggap kampungan karena menggunakan logat Betawi.
Firman dikenal sebagai penulis dengan dialek Betawi. Tulisan pertama Firman muncul di rubrik "Cermin Jakarta" di surat kabar mingguan, Berita Minggu. Kiprah Firman di dunia seni tulis menulis pun terus berkembang. Beragam tulisan cerpen Betawi, cerita silat hingga skenario film sukses dibuatnya. Salah satu skenario tulisannya yang terkenal adalah "Ratu Amplop" yang filmnya dibintangi Benyamin Suaeb.
Kecintaannya pada Betawi, membuat dia mendirikan 'Sanggar Betawi Firman Muntaco'. Lewat sanggar ini, dia beberapa kali tampil di televisi mengenalkan budaya Betawi. Dia juga pernah jadi bintang tamu "Salam Canda" yang dibawakan Ebet Kadarusman yang cukup populer di tahun 1992.
4. Bokir
Dikenal sebagai seniman topeng Betawi, darah seni Bokir mengalir dari ayahnya yang seorang seniman topeng di masa kolonial Belanda. Lahir pada 25 Desember 1925 Bokir dikenal dengan pimpinan grup topeng Setia Warga. Grup ini banyak manggung di berbagai wilayah Jabodetabek pada 1970-an. Tak hanya itu, grup topeng Setia Warga juga main di TVRI.
Bakat seni Bokir tidak hanya di dunia topeng Betawi. Putra Djiun itu juga membintangi sejumlah film nasional. Puluhan film berhasil melambungkan namanya di deretan seniman Betawi yang melegenda.
Bokir mengembuskan napas terakhir di umur 78 tahun (2002) setelah menderita penyakit darah tinggi cukup lama. Almarhum meninggalkan seorang istri, lima anak kandung, dua anak angkat, dan delapan cucu.
Advertisement
SM Ardan dan Ellya Khadam
5. SM Ardan
Lahir di Medan pada 2 Februari 1932, Syahmardan atau Ardan sudah rajin menulis sejak duduk di Taman Siswa. Karya-karyanya banyak ditemukan di koran dan majalah seperti Indonesia, Mimbar, Pujangga Baru, Zenith dan lain-lain.
Tulisan Ardan cukup beragam, dari puisi, novel hingga skenario film. Terang Bulan Terang di Kali menjadi karya novelnya yang sukses di pasaran. Novel ini sempat beberapa kali cetak ulang karena tingginya peminat. Sedangkan untuk skenario, Ardan sukses menulis cerita Si Pitung hingga menjelma jadi kebanggaan warga Betawi.
Selain dunia tulis-menulis, Ardan juga dikenal sebagai jago lenong Betawi. Waktunya banyak dihabiskan untuk ngamen lenong dari kampung ke kampung hingga bisa mentas di Taman Ismail Marzuki. Ketelatenannya menekuni lenong membuat namanya juga lekat dengan seniman lenong yang disegani seniman Betawi dan juga seniman nasional.
6. Ellya Khadam
Generasi masa kini mungkin banyak yang tidak mengenal lagu "Boneka dari India". Namun bagi generasi 80 hingga 90-an, lagu ini sangat familiar dan enak didengar. Lagu inilah yang melejitkan nama Ellya Khadam di dunia seni musik kala itu.
Lahir dari pasangan Alwi dan Siti Hapsah, bakat musik Ellya sudah terlihat sejak sekolah di SD. Namun, karena lingkungan keluarga yang masih kolot, Elly tidak bisa mengembangkan bakatnya di dunia tarik suara. Orangtuanya menikahkan dia di saat masih berumur belia dan harus cerai di kala usia baru 17 tahun.
Perceraian justru membuka jalan Ellya menggeluti dunia musik. Berkat dukungan Lasmina, tetangganya, wanita Betawi kelahiran 1993 itu mulai membawakan lagu-lagu Melayu yang cukup digemari masa itu. Sempat bergabung dengan orkes Cahaya Muda pimpinan Sarbini, Ellya akhirnya membentuk grup sendiri bernama Elsitara.
Sepanjang kariernya, Ellya dikenal dengan gaya khas ala India. Dia bahkan sempat mendapat julukan Miss Lata Mangeskar of Indonesia.