Liputan6.com, Jakarta - Siapa bilang anak Betawi hanya jago ngaji dan silat? Dikenal relijius, bukan berarti putra Betawi tak berprestasi di bidang lain. Sejak dulu, putra Betawi banyak yang sukses di sejumlah bidang, salah satunya adalah di dunia militer.
Tak sekadar berkarier sebagai tentara, putra Betawi sukses menapak jenjang tinggi dunia militer dengan berpangkat jenderal. Mayjen TNI (Purn) Nachrowi Ramli adalah salah satu contohnya. Meski telah pensiun dan aktif di dunia politik, Nachrowi menjadi contoh kekinian putra Betawi yang moncer di jalur militer.
Sebelum Nachrowi, sejumlah nama putra Betawi juga telah sukses berkiprah di dunia militer dan jadi jenderal.
Advertisement
Berikut empat putra Betawi yang sukses jadi jenderal.
1. Letjen TNI (Purn) HM Sanif
Bagi warga Betawi, Nama Haji Muhammad Sanif atau Babe Sani adalah sosok pahlawan yang lekat di hati.
Lahir di Kramat Jakarta Pusat, 16 Agustus 1928, Sanif dikenal sebagai salah satu tokoh militer Indonesia.
Berbagai macam jabatan strategis pernah dia emban. Di antaranya menjadi Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad (1976-1977), Komandan Pussenif (1977–1979), Panglima Kodam XII/Tanjungpura (1979–1980), Panglima Kodam II/Bukit Barisan (1980–1981), dan terakhir ia ditarik ke Mabes ABRI pada 1983 untuk diangkat menjadi Asisten Operasi Panglima ABRI. Pangkat militer aktif terakhirnya adalah letnan jenderal.
Lahir dari pasangan Niming dan Samiah, keluarga Sanif dikenal sebagai keluarga pejuang. Pamannya merupakan pejuang BKR Laut. Kakak-kakaknya, Lili Suherli dan Siti Jumenah, merupakan pejuang zaman revolusi.
Sanif sempat akan ditunjuk jadi Gubernur DKI di masa Orde Baru. Waktu itu, Presiden Soeharto sudah setuju agar ia menjadi gubernur karena kemampuan yang dimilikinya. Namun, Sanif gagal jadi gubernur karena lbu Negara, Tien Soeharto, tidak setuju. Sebagai gantinya, Suryadi Sudirja yang ditunjuk menjadi Gubernur DKI Jakarta kala itu.
Meski begitu, nama Babe Sani tetap pahlawan bagi warga Betawi. Dia sukses membuka jalan anak Betawi untuk menjadi tuan di kampung sendiri. Semangat dan keberanian jenderal jago perang ini diakui oleh LB Moerdani sebagai tokoh yang jago gelut.
Pada masa dia menjabat sebagai Ketua umum Bamus Betawi (1991-1996), Sanif banyak memberikan pencerahan kepada kaum muda Betawi. Moto kebetawian yang disuarakannya adalah Bemorak singkatan dari Betawi moral penggerak.
Sanif meninggal pada 8 Mei 2015 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, Jawa Barat.
2. Mayjen TNI (Purn) Eddie Marzuki Nalapraya
Bukti anak Betawi selain jago silat juga gemilang di bidang lainnya ada pada diri Eddie Marzuki Nalapraya. Selain sukses di dunia militer, Eddie juga jadi tokoh penting olahraga pencak silat Indonesia.
Lahir di Tanjung Priok, Jakarta Utara, 6 Juni 1931, Eddie menghabiskan masa kecilnya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Pendidikan SD hingga SMP ditempuh di daerah tersebut.
Tokoh yang dikenal dekat dengan ulama itu kemudian melanjutkan ke sekolah Bintara Administrasi di Surabaya (1951), dan kemudian mengikuti sekolah perwira di Bandung (1957).
Pada 1962 dia mengikuti pendidikan militer di luar negeri. Antara lain Security Course (1962) dan Command and general staff collage, Leavenworth (1972). Eddie tercatat pernah menjadi Komandan Skogar Jakarta Raya.
Pada masa pemberontakan PRRI, dia ditugaskan di Sumatera, lalu di Sulawesi Utara untuk menghadapi PERMESTA.
Dia juga sempat dikirim ke Kongo ketika menjadi utusan PBB. Sekembalinya, ia menjadi Komandan Pasukan Kawal Presiden tahun 1972.
Karier berlanjut dengan menjadi asisten pengaman Garnizun Jakarta, Kepala staf Daerah Militer V/Jaya, kemudian dipindah ke Hankam dan akhirya diangkat menjadi Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta masa jabatan 1984 – 1987
Â
3. Brigjen TNI (purn) Abdul Syukur
Putra Betawi yang jago ngaji dan sukses di dunia militer ada pada diri Abdul Syukur. Lahir di Jakarta, 21 April 1941, Abdul Syukur dikenal sebagai khatib dan penceramah andal. Ceramahnya sejuk dan menentramkan hati pendengarnya.
Tidak hanya itu, Abdul Syukur juga tercatat sebagai dokter militer. Pendidikan dokternya diambil di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Karier Militer yang pernah dijabat antara lain KaKesdim 1105, Ka Rumkit Dam XI/TB, Asnis Ka Cakespreu Jaukesad, Ka Pusrehabcat Dephankam.
Pendidikan militer yang diikuti adalah Suspepa, Suslapa, Susjamen dan Pendidikan Luar Negeri School of Public Health University of Hawaii USA, Henry Dunant Istitute, Geneva, Swiss.
Dikenal sebagai putra Betawi, Syukur banyak memperjuangkan kepentingan Betawi di Jakarta. Dia menjadi salah satu tokoh yang ngotot Jakarta dipimpin orang Betawi pada Pilkada DKI 2002.
Meski kebijakan politik partai dan presiden mengarah bukan pada orang Betawi, ia tetap saja bertahan bahkan ikut demonstrasi di depan DPRD DKI Jakarta untuk meneriakan hak-hak moral dan politik kaum Betawi untuk menjadi tuan di kampungnya sendiri.
4. Mayjen TNI (Purn) Nachrowi Ramli
Jenderal politikus ada pada diri Nachrowi Ramli. Puluhan tahun malang melintang di dunia militer, Nachrowi akhirnya pensiun dan banting setir menjadi politikus. Partai Demokrat yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi labuan politiknya. Nachrowi kini tercatat sebagai Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta.
Lahir di Kawasan Kramat Sentiong, Jakarta 12 Juli 1951, pria yang akrab disapa Nara itu merupakan seorang Jenderal TNI AD dan perwira teknik elektro. Ia menempuh pendidikan Akademi Militer (Akmil) dan lulus pada 1973. Nachrowi tercatat satu angkatan dengan SBY.
Sejak 1974, dia berkarier di bidang intelijen, khususnya bidang telik sandi. Dia pernah menjadi Kepala Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia periode 2002–2008.
Selesai mengabdi di militer dan Lembaga Sandi Negara, Nachrowi memutuskan terjun ke dunia politik. Dia sempat maju sebagai calon wakil gubernur DKI berpasangan dengan Fauzi Bowo di Pilkada DKI 2012. Namun, langkahnya memimpin DKI gagal karena kalah dengan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama atau Jokowi-Ahok. Â
Advertisement